REPUBLIKA.CO.ID, Seorang pejabat tinggi--pemimpin lembaga tinggi negara yang terhormat--ditangkap KPK dengan barang bukti berupa uang sebesar 100 juta rupiah, hadiah dari tamu yang baru saja berkunjung.
Padahal sang pejabat mempunyai usaha yang cukup besar, dengan aset bernilai tinggi, selain jabatan prestisius tersebut. Uang 100 juta sejatinya tidak ada nilainya dengan apa yang sudah dia miliki. Tapi kenapa diterima, yang kemudian menjadikannya incaran KPK. Perjalanan panjang hidup dan keberhasilan sudah disia-siakan untuk hal sepele. Jika benar, sangat disayangkan.
Saya jadi teringat The Voice season 8 tahun lalu--ajang pencarian bakat televisi yang memenangkan EMI award dua tahun berturut-turut. Empat juri yang terdiri dari penyanyi sukses dunia menemukan bakat dengan cara mendengarkan suara tanpa melihat. Jika ada peserta dengan kemampuan luar biasa, juri akan berputar dan menawarkan kesediaan menjadi pelatih vokal mereka.
Setelah 8 tahun penyelenggaraan reality show tersebut, muncul seorang pemuda yang dianggap termasuk paling berbakat dalam sejarah The Voice. Sekadar menggambarkan betapa luar biasa bakat pemuda bernama Anthony Riley ketika bernyanyi, bahkan baru mengeluarkan suara pembuka ha... para juri langsung terkesima, lalu memutar kursi. Masuk ke bait pertama lagi, seluruh juri sudah memutar kursi yang awalnya memunggungi peserta, dan berhadapan dengan si kontestan spesial.
Anthony Riley yang kesehariannya berprofesi sebagai penyanyi jalanan memecahkan rekor sebagai peserta yang paling cepat mendapat putaran keempat juri dalam ajang The Voice. Semua yang menyaksikan sudah membayangkan masa depannya. Si pemuda sendiri mampu merasakan betapa harapan akan impian yang terwujud semakin dekat.
Akan tetapi pada babak berikut, ternyata Anthony tak lagi muncul. Penonton bertanya-tanya. Calon terkuat pemenang tidak melanjutkan kesertaannya pada ajang pencarian bakat paling menarik. Apa sebenarnya yang terjadi? Apa alasan pemuda yang sepertinya sanggup menyanyikan lagu apa pun, menghilang?
Setelah lama tak terdengar, baru muncul berita, Anthony Riley tidak melanjutkan kompetisi karena penyalahgunaan zat adiktif (narkoba) sehingga harus direhabilitasi. Beberapa hari kemudian, dunia mendapat kabar lebih buruk, ia ditemukan tewas bunuh diri. Hanya selangkah lagi mencapai puncak, Anthony Riley tak sanggup menahan diri hingga akhirnya bakat bukan saja tersia, namun juga terkubur selamanya.
Kisah Bruce Lee pun bisa menjadi pembelajaran.
Kariernya di dunia bela diri sudah diakui dunia. Hollywood mulai melirik dan sang tokoh kian melegenda. Hanya saja sayang, di usia muda, lelaki yang nyaris tidak pernah kalah dalam bertarung, suatu hari ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Di luar berbagai dugaan lain, National Geographic mengungkap teori terakhir, sang legenda meninggal karena mencoba mengkonsumsi narkoba. Zat yang bagi banyak pecandu bisa diantisipasi tubuh, tapi untuk tubuh Bruce Lee yang sehat dan bersih justru sangat merusak dan mengakibatkan kematiannya. Sungguh sebuah kesia-siaan.
Masih ingat kasus mahasiswa yang menabrak banyak orang akibat berkendara dalam pengaruh obat? Yang saya dengar, pemuda tersebut sosok baik yang sedang kuliah di Amerika. Suatu hari ketika pulang ke Indonesia, seorang teman mengajaknya mengonsumsi narkoba jenis baru yang tinggal ditempel di bawah lidah.
Ia bukan pecandu. Bahkan tidak terbiasa dengan minuman keras, juga gemar olahraga. Entah dengan alasan tidak enak dengan teman, atau terlalu percaya diri akan baik-baik saja, akhirnya ikut mencoba dan mabuk lebih parah dari temannya.
Pulang diantar sopir dalam keadaan fly. Di jalan ia melempar handphone ke luar mobil. Sang sopir berhenti untuk mengambil handphone. Ketika sopir masih di luar, tiba-tiba ia mengambil kendali mobil, menyetir tanpa arah. Lalu terjadilah insiden menabrak orang di sekitarnya hingga tewas.
Mahasiswa yang sedianya menikmati masa-masa bersama keluarga di tanah air, harus meringkuk di penjara--karena narkoba. Nyawa orang lain pun melayang. Sungguh amat disayangkan. Kemalangan bagi pemuda tersebut, dan kesedihan mendalam untuk keluarga korban. Benar-benar sebuah kesia-siaan.
Kita tidak akan jatuh karena batu besar.
Jika batu besar ada di depan mata, kita bisa menghindari. Jika ada halangan sebesar gunung, kita bahkan bisa mendakinya.
Tapi batu kecil sering justru membuat kita jatuh.
Kerikil yang membuat kita tersandung.
Mungkin dia berupa uang suap yang jumlahnya tak seberapa.
Mungkin batu kecil itu adalah coba-coba narkoba.
Mungkin sekadar hanya mencicip minuman keras
Tapi belajar dari peristiwa di sekitar juga sejarah, kita akan menemukan lebih banyak figur-figur besar dengan pencapaian luar biasa yang jatuh hanya karena sebutir kerikil yang tak perlu.