Selasa 08 Nov 2016 06:00 WIB

BNPT, Mantan Teroris, dan Beasiswa

Red: Maman Sudiaman
Professor Ahmad Syafii Maarif
Foto: Republika/Daan
Professor Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID, Ustadz Ali Fauzi yang menyebut dirinya sebagai mantan teroris, pada 6 Nop. 2016 menulis SMS kepada saya: “Salam ayahanda…mohon ijin jika ada peluang mantan-mantan teroris bisa dapat beasiswa mohon mereka diberi kesempatan biar program deradikalisasi bisa tepat sesuai harapan. Suwun.” Ali Fauzi adalah adik kandung alm. Amrozi dan alm Ali Gufron yang dulu terlibat dalam bom Bali pada 12 Oktober 2002. Ali Fauzi pernah mengatakan kepada saya bahwa dialah yang mengajar DR Azahari Husin (tertembak di Batu, Malang, pada 9 Nop. 2005) tentang agama, saat masih bersama-sama dengan kelompok ini. Dengan demikian Ustadz Ali Fauzi ini bukan orang sembarangan di dunia terorisme sebelum sadar akan kekeliruannya.

Dalam SMS berikutnya, Ali Fauzi menyebut ada sekitar 1.090 mantan teroris itu, dan baru dia yang sudah beroleh beasiswa. Sisanya sungguh berharap akan mendapatkan biaya untuk bisa belajar lanjut. Menurut hemat saya, permohonan semacam ini patut dicarikan jalan ke luar oleh negara dan masyarakat umumnya. Beberapa tahun yang lalu, saya dan teman-teman sudah berupaya agar mantan teroris dan keluarganya disantuni, tetapi belum menampakkan hasil yang berarti, karena tipisnya perhatian negara terhadap warganya dalam kategori ini.

Sekarang suasananya lebih baik dan cair saat BNPT dipimpin oleh Komjen Suhardi Alius. SMS Ali Fauzi saya langsungkan kepada jenderal ini. Jawaban via SMS tertanggal 6 Nop. dalam format bahasa Indonesia yang telah diedit adalah: “Itu yang akan kami kerjakan buya…bisa disampaikan ke Ali Fauzi buya…bahwa awak sedang jalin kerjasama dengan Mensos, Mendikbud, Menristek Dikti, dan lain-lain. Antara lain untuk beasiswa dan anak asuh untuk keluarga mantan teroris…do’akan berhasil ya buya…” Ini namanya gayung sudah bersambut dari tokoh yang dipercaya negara untuk menangani masalah terorisme yang skalanya sudah mendunia.

Jawaban Kepala BNPT yang memberi harapan ini sudah saya sampaikan kepada Ali Fauzi, dan tentu telah pula disebarkan kepada para mantan teroris yang jumlahnya tidak kecil itu. Jumlah kelompok garis keras akan terus bertambah dengan kepulangan mereka yang pernah bertempur di Irak dan Suria. Kita tidak tahu bagaimana pula suasana mental mereka, apakah masih tetap sebagai perpanjangan tangan ISIS atau sudah mulai sadar.