REPUBLIKA.CO.ID, Allah menggoreskan berbagai keistimewaan untuk bulan Ramadhan. Ketika datang Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, sedangkan pintu-pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu. Di dalamnya, Alquran sebagai petunjuk bagi manusia pertama kali diturunkan.
Bulan yang membuka pengampunan dosa yang telah berlalu bagi mereka yang berpuasa. Segala amal berlipat ganda nilainya. Umrah pada bulan suci menyamai pahala ibadah haji. Ganjaran infak dilipatgandakan bagaikan infak fi sabilillah, dan tasbih pada bulan penuh keberkahan ini lebih utama daripada di bulan lain.
Pada 10 hari terakhir, terdapat Lailatul Qadar, yang satu malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. Semua keutamaan yang ada menunjukkan betapa Allah mengistimewakan bulan Ramadhan. Begitu pula Rasulullah yang selalu menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan memperbanyak ibadah.
Tentu saja sebagai hamba dan umat, kita harus merebut keistimewaan di bulan ini. Beribadah lebih giat, beramal lebih banyak, menjaga akhlak lebih baik, serta bersikap lebih bijak.
Akan tetapi sayang, berbagai berita mewarnai Ramadhan tahun ini dengan kedukaan dan keprihatinan. Menjelang hadirnya bulan yang mulia, sebuah bom menggegerkan Kampung Melayu, mengusik kedamaian Ibu Kota. Belum lagi ledakan di Manchester tiga pekan lalu dan penyerangan di London pada 3 Juni ini.
Di Filipina, Ramadhan diisi dengan berita ribuan pengungsian penduduk Muslim akibat pertempuran domestik. Ribuan keluarga muslim tidak lagi bisa berbuka secara tenang dan nyaman di rumah masing-masing, karena luluh lantak terkena bom atau hancur akibat kontak senjata. Terluka menyaksikan saudara muslim kita menjalankan ibadah dalam kepedihan dan air mata.
Ramadhan tahun ini juga diwarnai dengan eskalasi suhu politik di Timur Tengah. Qatar menghadapi cobaan terberatnya. Negara tetangga sesama Muslim, Arab Saudi, UEA, Bahrain, memutus hubungan diplomatik dan diikuti solidaritas Libya, Mesir, Yaman, Mauritania, Chad, dan Yordania.
Tidak sekadar memutus hubungan, pemboikotan juga dilakukan dengan tegas. Jalan darat dan udara Qatar ditutup. Sekalipun makmur, negara kecil ini mengimpor 100% kebutuhan pangannya dari luar dan 40% di antaranya melewati Arab Saudi.
Seluruh warga Qatar yang berada di negara yang memutus hubungan diplomatik juga diusir, diberi waktu dua pekan untuk segera angkat kaki.
Pesawat Qatar Airways terpaksa mengurungkan ratusan jadwal penerbangan ke Arab Saudi, mengakibatkan ribuan jamaah umroh yang terjadwal mengudara dengan maskapai tersebut, batal berangkat. Turki yang keberatan dengan ajakan untuk memboikot Qatar, justru mengirimkan makanan serta 3.000 tentara untuk menjaga kemungkinan terburuk.
Semua terjadi dalam waktu yang relatif singkat di bulan Ramadhan. Sungguh perseteruan yang membuat sebagian besar muslim bingung. Karena nyaris semua negara yang terlibat dalam perselisihan merupakan negara Islam yang seharusnya bersaudara dan saling tolong menolong.
Lebih dari itu sebagian besar mereka juga mempunyai kontribusi besar dalam dakwah, dan menjadi donatur kemanusiaan yang memberi citra baik Islam di dunia. Tapi sebagaimana keluarga, kadang perselisihan terjadi antara kakak, adik, atau saudara. Pertanyaannya, mampukah persoalan ini juga diselesaikan secara baik-baik sebagai keluarga? Sebab bersatu selalu menguatkan, sementara bercerai akan melemahkan.
Ramadhan 15 hari lagi. Saatnya bersama, kita menambah khasanah doa. Tak hanya bagi diri dan keluarga, juga umat Islam di mana pun.
Semoga Allah berikan kebesaran hati agar sesama muslim sanggup mencairkan kebekuan di antara mereka. Semoga Allah turunkan berkah dan rahmat Ramadhan hingga membuka pintu perdamaian di dunia. Semoga ya Allah, Engkau jadikan bulan suci ini Ramadhan indah, tanpa kebencian, permusuhan dan pertumpahan darah.