Sabtu 10 Jun 2017 06:00 WIB

Ramadhan Damai

Asma Nadia
Foto: Daan Yahya/Republika
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Allah  menggoreskan berbagai keistimewaan untuk bulan Ramadhan. Ketika datang  Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, sedangkan pintu-pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu. Di dalamnya, Alquran sebagai petunjuk bagi manusia pertama kali diturunkan.

Bulan yang membuka pengampunan  dosa yang telah berlalu bagi mereka yang berpuasa. Segala amal berlipat ganda nilainya.  Umrah pada bulan suci  menyamai pahala ibadah haji. Ganjaran infak  dilipatgandakan bagaikan infak fi sabilillah, dan tasbih pada bulan penuh keberkahan ini  lebih utama daripada di bulan lain.

Pada 10 hari terakhir,  terdapat Lailatul Qadar, yang satu malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. Semua keutamaan yang ada menunjukkan betapa Allah mengistimewakan bulan Ramadhan. Begitu pula Rasulullah yang selalu menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan memperbanyak ibadah.

Tentu saja sebagai hamba dan umat, kita  harus  merebut keistimewaan di bulan ini. Beribadah lebih giat, beramal lebih banyak, menjaga akhlak lebih baik, serta bersikap lebih bijak.

Akan tetapi sayang, berbagai berita mewarnai Ramadhan tahun ini dengan kedukaan dan keprihatinan. Menjelang hadirnya bulan yang mulia, sebuah bom menggegerkan Kampung Melayu, mengusik kedamaian Ibu Kota. Belum lagi  ledakan di Manchester tiga pekan lalu dan penyerangan di London pada 3 Juni ini.

Di Filipina, Ramadhan diisi dengan berita ribuan pengungsian penduduk Muslim akibat pertempuran domestik. Ribuan keluarga muslim tidak lagi bisa berbuka secara tenang dan nyaman  di rumah masing-masing,  karena  luluh lantak terkena bom atau hancur akibat kontak senjata. Terluka menyaksikan saudara muslim kita menjalankan ibadah dalam kepedihan dan air mata.

Ramadhan tahun ini juga diwarnai dengan eskalasi suhu politik di Timur Tengah. Qatar menghadapi cobaan terberatnya. Negara tetangga sesama Muslim, Arab Saudi, UEA, Bahrain, memutus hubungan diplomatik dan diikuti solidaritas Libya, Mesir, Yaman, Mauritania, Chad, dan Yordania.

Tidak sekadar memutus hubungan, pemboikotan juga dilakukan dengan tegas. Jalan darat dan udara Qatar ditutup. Sekalipun makmur, negara kecil ini mengimpor 100% kebutuhan pangannya dari luar dan 40% di antaranya melewati Arab Saudi.

Seluruh warga Qatar yang berada di negara yang memutus hubungan diplomatik juga diusir, diberi waktu dua pekan untuk segera angkat kaki.

Pesawat Qatar Airways terpaksa mengurungkan ratusan jadwal  penerbangan ke Arab Saudi, mengakibatkan ribuan jamaah umroh yang terjadwal mengudara dengan  maskapai tersebut, batal berangkat. Turki yang keberatan dengan ajakan untuk memboikot Qatar,  justru mengirimkan makanan serta 3.000 tentara untuk menjaga kemungkinan terburuk.

Semua terjadi dalam waktu yang relatif singkat di bulan Ramadhan. Sungguh perseteruan yang membuat sebagian besar muslim bingung. Karena nyaris semua negara yang terlibat dalam perselisihan merupakan negara Islam yang seharusnya bersaudara dan saling tolong menolong.

Lebih dari itu sebagian besar mereka juga mempunyai kontribusi besar dalam dakwah, dan menjadi donatur kemanusiaan yang memberi citra baik Islam di dunia. Tapi sebagaimana keluarga, kadang perselisihan terjadi  antara kakak, adik, atau saudara. Pertanyaannya, mampukah persoalan  ini juga diselesaikan secara baik-baik sebagai keluarga?  Sebab bersatu selalu menguatkan, sementara bercerai akan melemahkan.

Ramadhan 15 hari lagi. Saatnya bersama, kita menambah khasanah doa. Tak hanya bagi diri dan keluarga, juga umat Islam di mana pun.

Semoga Allah  berikan kebesaran hati agar  sesama muslim sanggup mencairkan kebekuan di antara mereka. Semoga Allah turunkan berkah dan rahmat Ramadhan hingga membuka pintu perdamaian di dunia. Semoga ya Allah, Engkau jadikan bulan suci ini Ramadhan indah, tanpa  kebencian, permusuhan dan pertumpahan darah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement