REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia
Di antara deret kelebihan lain, ada satu hal yang membuat saya punya harapan besar terhadap pasangan gubernur dan wakil gubernur Jakarta yang sebentar lagi dilantik, mereka peduli rakyat kecil. Keduanya mengerti isu akar rumput dan punya pembelaan terhadap kalangan bawah.
Interaksi langsung saya dengan mereka bisa dihitung dengan jari, tapi semoga cukup untuk menyimpulkan, kepedulian sosok Anies Baswedan dan Sandiaga Uno terhadap rakyat kecil dan strata bawah bukan sekadar jargon kampanye, melainkan melekat pada kepribadian.
Namun, satu hal yang juga membuat saya sedikit khawatir terhadap dua pemimpin Jakarta ini, justru sebab mereka peduli rakyat kecil. Terdengar aneh memang, tapi kadang kepedulian terhadap rakyat kecil bisa disalahgunakan.
Baru-baru ini seorang teman yang biasa berbelanja di Tanah Abang mengeluhkan jalanan yang kembali macet. Kaki lima mulai berani coba-coba buka lapak di pinggir jalan. Memahami reputasi gubernur yang peduli rakyat, sebagian mungkin merasa aman, yakin tidak digusur, digerebek atau ditindak. Kabarnya para preman mulai unjuk kekuasaan lagi.
Beberapa teman yang mengurus administrasi di pemerintahan daerah saat ini juga merasa kedisiplinan pegawai pemda tidak sebaik ketika Basuki Tjahaja masih memegang kendali pemerintahan. Harus diakui, kedisiplinan di Indonesia, sebagian merupakan bentuk kepatuhan pada atasan, bukan murni kesadaran. Dengan alasan-alasan tersebut, jika pemimpin baru Jakarta tidak menegakkan kebijakan dalam kedisiplinan, bisa jadi kebaikan mereka disalahgunakan.
Kartu Jakarta Pintar juga punya catatan. Kebetulan saya punya beberapa saudara dan kerabat yang mempunyai KJP. Sebagian besar memiliki banyak anak, sehingga ketika mencairkan uang santunan pendidikan, jumlah yang diterima tidak sedikit. Lalu digunakan untuk apakah dana yang dicairkan?
Di antara mereka ada yang menggunakannya sekadar mengisi pulsa, ada yang menambah kekurangan dana membeli handphone terbaru, atau dialokasikan untuk jalan-jalan. Hanya sedikit yang benar-benar dimanfaatkan untuk pendidikan.
Mungkin saja ini baru terjadi pada orang yang kebetulan saya kenal, tapi terselip kekhawatiran bahwa ini mewakili potret sebagan besar masyarakat, yang menanti pencairan Kartu Jakarta Pintar bukan untuk kepentingan pendidikan siswa. Belum lagi jasa khusus pengurusan KJP yang tentu saja memotong nilai uang yang diterima pelajar.
Bentuk kepedulian lain kedua pemimpin baru Jakarta yang jadi catatan adalah rencana memenuhi harapan penggemar sepak bola di Jakarta. Mereka akan membangun stadion megah untuk Persija. Dana yang dianggarkan juga tidak tanggung-tanggung mencapai triliunan rupiah.
Sebagai orang tua yang mempunyai anak penggemar sepak bola, tentu saja bahagia mendengar kepedulian pemerintah terhadap olahraga tersebut. Tapi apakah ini kebutuhan warga Jakarta seluruhnya?
Rencana tersebut menyisakan tanya. Bukankah pembangunan stadion Persija adalah kewajiban klub sendiri untuk mendirikan, bukan tugas pemerintah. Kalaupun pemda membangun stadion mewah, maka itu menjadi milik masyarakat bukan salah satu klub saja.
Pun pemerintah harus menekankan ketertiban suporter sebagai syarat untuk memakainya. Sebagaimana stadion San Siro di Milan, yang merupakan milik pemerintah daerah, sehingga AC Milan dan Inter Milan hanya penyewa saja.
Tentu banyak sekali catatan yang akan menjadi pekerjaan rumah pemimpin Jakarta. Pada akhirnya rakyat tidak melihat hal-hal detail dalam program pemerintahan baru, melainkan hasil atau indikator nyata di lapangan.
Rakyat ingin Jakarta yang macetnya berkurang, kota yang bebas banjir dengan sungai-sungai bersih yang mengalir lancar, metropolitan yang tertib dan aman siang maupun malam, transportasi massal yang memadai, sampah yang tertangani, fasilitas ruang terbuka yang ramah, reklamasi yang tidak merusak lingkungan atau sumber penghasilan nelayan, serta Jakarta yang terjaga moral dan kesantunannya.
Tulisan ini hanya catatan ringan yang mencoba mengerucutkan letupan-letupan yang terdengar. Tentu saja banyak harapan terbentang, juga tantangan terkait babak baru bagi Jakarta. Semoga di bawah kepemimpinan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, harapan berpuluh tahun masyarakat Jakarta terwujud. Syukur-syukur melebihi ekspektasi hingga DKI Jakarta menjadi teladan bagi provinsi-provinsi lain di Tanah Air.