Kamis 25 Jan 2018 06:03 WIB

Populisme Islam (5)

Menjadi tanda tanya, apakah populisme Islam bisa bangkit pada Pileg dan Pilpres 2019?

Red: Elba Damhuri
Azyumardi Azra
Foto: Republika
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Azyumardi Azra

Dilihat dari perspektif historis dan pembentukan tradisi Islam Indonesia, populisme Islam vis-a-vis kekuasaan—khususnya sejak masa kemerdekaan—hanya memiliki ruang sempit untuk berkembang. Realitas Islam Indonesia yang bersifat wasathiyah tidak cocok dengan pemikiran dan praksis politik yang mengandalkan kekuatan massa yang cenderung konfrontatif.

Meski ada elemen ormas arus utama yang simpati dan pro pemikiran dan gerakan populisme Islam, arus utama dalam ormas-ormas tetap memegang Islam wasathiyah. Di sini ormas wasathiyah terlalu besar untuk bisa terbawa arus populisme Islam. Sebaliknya, ada ketegangan dan kontestasi apakah terbuka atau tersimpan di bawah permukaan antara ormas-ormas washatiyah di satu pihak dan gerakan populisme Islam di pihak lain.

Lebih jauh, ormas-ormas arus utama umumnya memiliki hubungan baik dan kedekatan dengan kekuasaan. Meski ada elemen-elemen kritis terhadap rezim penguasa, mayoritas terbesar arus utama ormas-ormas bersifat nonpolitik; tidak terlibat dalam agenda politik kekuasaan dan day-to-day politics.