Ahad 21 Jan 2018 06:00 WIB

Pengendalian Penyakit untuk Asmat

Akses pelayanan publik jadi tantangan pertama pemerataan pelayanan publik di Asmat.

Gizi buruk (Ilustrasi).
Foto: IST
Gizi buruk (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Aditya Ramadhan *)

Kasus kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat, Papua telah mengakibatkan sedikitnya 59 anak meninggal dunia dan ratusan lainnya dirawat intensif di rumah sakit. Peningkatan kasus penyakit campak dan gizi buruk yang sebetulnya sudah terjadi sejak Oktober 2017 itu, disebabkan oleh banyak sekali faktor yang pada akhirnya menumpuk menjadi masalah kesehatan di Papua.

Lagi-lagi, akses geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia selalu menjadi tantangan paling pertama untuk pemerataan pelayanan publik, terutama di bagian timur Indonesia. Kabupaten Asmat terletak di tenggara Taman Nasional Lorentz yang terletak di bagian tengah Pulau Papua. Untuk mencapai daerah itu harus menggunakan pesawat dengan penerbangan khusus dari Bandara Moses Silangin Timika dan dilanjutkan lagi dengan kapal cepat.

Akses menuju Asmat hampir terisolasi dari kemudahan transportasi membuat apa-apa sulit diperoleh di tempat itu, termasuk sulitnya sumber daya manusia kesehatan. Aspek ketahanan pangan, khususnya di daerah timur Indonesia, juga menjadi salah satu hulu munculnya bibit-bibit penyakit karena masyarakat tidak tercukupi gizinya dengan baik.

Tidak tersedianya akses sanitasi dan air bersih, jauhnya tempat masyarakat menjangkau fasilitas kesehatan, dan rendahnya pemahaman masyarakat setempat akan pentingnya kesehatan telah mengakumulasi faktor risiko berbagai penyakit yang bisa dengan mudah mewabah. Bahkan, para orang tua di Asmat pun tidak memahami bagaimana cara membuat susu.

Hal itu, ditambah lagi dengan rendahnya cakupan imunisasi campak maupun imunisasi rutin program pemerintah, berdampak pada kekebalan tubuh masyarakat terhadap penyakit makin rendah. Catatan Dinas Kesehatan Provinsi Papua sebanyak 558 kasus campak telah terjadi sejak September 2017 di Kabupaten Asmat dengan 59 kasus kematian.

Sementara data pemantauan status gizi masyarakat pada 2017 di Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 183 anak sudah teridentifikasi sebagai balita kurus yang cenderung berpotensi gizi buruk kalau tidak ditangani dengan segera. Namun, di lapangan kasus gizi buruk dan campak tersebut saling berhubungan yang memperparah kondisi kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak.

Belum diketahui mana kasus yang terjadi lebih dulu, campak atau gizi buruk. Tetapi yang pasti, penyakit campak membuat pasien kesulitan untuk mengonsumsi makanan dan memperparah status gizi.

Penyakit yang menyerang masyarakat di Asmat tidak hanya campak dan gizi buruk. Namun, Direktur Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy menyebutkan, sebagian besar kasus meninggal pada pasien campak karena pneumonia atau infeksi paru-paru.

Data RSUD Asgat di Kabupaten Asmat Papua juga menunjukkan bahwa penyakit yang diidap oleh pasien, termasuk malaria, diare akut, pneumonia, kurang energi kronik bagi ibu hamil, dan anemia berat.

Penanggulangan KLB

Pemerintah melalui berbagai kementerian-lembaga, termasuk dari kalangan masyarakat, berbondong-bondong mengirimkan bantuan untuk penanggulangan KLB campak dan gizi buruk di Asmat. Kementerian Kesehatan mengirimkan tenaga kesehatan yang terdiri atas 11 dokter spesialis, empat dokter umum, tiga perawat bedah, dua penata anestesi, dan 19 tenaga kesehatan ahli gizi, kesehatan lingkungan, dan surveilans.

Kementerian Kesehatan juga mengirimkan logistik untuk kebutuhan pencegahan peningkatan kasus, seperti 1.100 vial vaksin campak, tiga ton pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit untuk memperbaiki gizi, dan 2.000 tablet disinfektan untuk membunuh bakteri di genangan-genangan air bersih. Pemerintah juga melaksanakan imunisasi ulang atau "Outbreak Response Immunization" (ORI) campak di Kabupaten Asmat.

Bantuan juga datang dari TNI dengan mengirimkan 53 personel tim medis, yakni dokter spesialis dan paramedis yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan TNI. Tim medis TNI tersebar di sembilan titik pelayanan untuk menjangkau 19 distrik di Kabupaten Asmat.

TNI mengirimkan obat-obatan, dengan prioritas vaksin campak dan difteri serta alat kesehatan. Satgas Kesehatan TNI juga membawa logistik berupa bahan makanan siap saji sebanyak 11.100 paket. TNI membantu dengan mengerahkan dua helikopter untuk pengiriman obat-obatan, makanan, dan alat kesehatan ke Kabupaten Asmat.

Pihak Polri melalui Polda Papua juga memberikan bantuan dengan menerjunkan tenaga medis dan bantuan berupa bahan makanan dan sandang yang diperlukan masyarakat.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek menilai, KLB campak dan gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Asmat itu merupakan sebuah hilir dari berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan.

Sedangkan hulu dari terjadinya penyakit ialah dari faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan dengan tidak tersedianya akses sanitasi dan air bersih, infrastruktur yang belum terbangun untuk memudahkan proses upaya kesehatan, ketersediaan energi untuk kebutuhan tindakan medis serta penyimpanan obat-obatan, dan juga aspek ketahanan pangan yang berpengaruh pada status gizi masyarakat di daerah tertentu.

Peran pemerintah daerah juga penting untuk menyediakan berbagai layanan kesehatan dan melaksanakan program-program strategis nasional, khususnya di bidang pembangunan kesehatan.

*) Pewarta Antara

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement