REPUBLIKA.CO.ID, JOHANESBURG -- "FIFA adalah pihak utama yang menikmati hasil Piala Dunia. FIFA kali ini mendapat keuntungan labih banyak dibandingkan Piala Dunia di negara-negara lain. Masalah di Afrika Selatan adalah: Ke mana larinya uang sebanyak itu dan siapa yang sebenarnya mengeruk untung dari Piala Dunia. Jawaban kami: kontraktor, FIFA dan mitra-mitranya." Ini pendapat Eddie Cottle, utusan bagi Piala Dunia dari kelompok lobi Labor Research Service dan salah satu dari pengritik ajang Piala Dunia di Afrika Selatan.
Sebanyak 1,5 milIar euro dari 400 ribu penonton Piala Dunia akan diperoleh Afrika Selatan. Padahal ada pengeluaran bagi pembangunan infrastruktur saja sekitar 1,7 milyar Euro. Sementara jumlah yang akan diperoleh FIFA pada malam 11 Juli mendatang sebagai keuntungan bersih kurang lebih 3,3 miliar euro.
Nkosinathi Jigega, anggota NGO Street Vendors yang mengurusi para pedagang kaki lima di Port Elizabeth, harus turut menyaksikan bagaimana FIFA tanpa kompromi mengusir para pedagang kecil dari lapangan parkir stadion untuk memberikan tempat bagi sponsor seperti McDonalds dan Coca Cola. Lokasi yang sebelumnya dibiayai oleh para pembayar pajak.
"Slogan piala dunia Afrika hanya trik pemasaran. Kenyataannya, perusahaan Eropa dan FIFA menggunakan uang yang menjadi beban warga Afrika Selatan. Karena semua yang Anda lihat di televisi telah disiapkan oleh pemerintah Afrika Selatan," cetus Nkosinathi Jigega.
Di bar-bar Afrika Selatan yang juga menjadi pembicaraan, setelah gugurnya tim nasional Bafana Bafana dari turnamen, adalah, siapa yang akan membayar tagihan dan apakah semua usaha keras membuahkan hasil. Kenneth yang bekerja di sebuah bar kecil di Soweto menjawab "Ya, bagi saya pribadi, Piala Dunia menguntungkan. Karena sekarang saya punya pekerjaan. Dulu tidak. Piala Dunia memberi banyak kesempatan dan khususnya mewujudkan lapangan kerja. Dan ini akan terus berlangsung."
Innocent, putra seorang pemilik bar, sebaliknya memiliki pendapat yang juga merupakan pemikiran sebagian besar warga Afrika Selatan akhir-akhir ini. "FIFA yang paling beruntung. Setidaknya lebih dari kami warga biasa Afrika Selatan. Uang akan mengalir ke pihak yang sudah memiliki uang juga."
Wartawan investigasi Inggris Angrew Jennings menulis sebuah buku yang khususnya di saat Piala Dunia ini laris di Afrika Selatan. Buku berjudul Foul tersebut memaparkan mengenai kekuasaan FIFA yang meragukan. Ironisnya, Sepp Blatter, presiden FIFA berharap, setelah kejuaraan berakhir ia akan diusulkan untuk meraih penghargaan Nobel.