Ahad 25 Feb 2018 17:31 WIB
Buku "Jalan-Jalan ala Ilham Bintang"

Tidak hanya Suasana, Tapi Juga Perenungan

Membaca buku "Jalan-Jalan ala Ilham Bintang" ini seperti membaca novel.

Asro Kamal Rokan
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Asro Kamal Rokan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asro Kamal Rokan*

Ilham Bintang menerbitkan buku Jalan-Jalan ala Ilham Bintang pada Hari Pers Nasional 2018 Padang. Buku 202 halaman ini bercerita tentang perjalanan Ilham ke sejumlah negara. Catatan menarik, deskriptif, dan detil. Khas seorang wartawan: tidak hanya melihat, tapi juga memperkaya laporan dengan data-data.

Pilihan diksi dan penuturan yang runtut, membawa pembaca masuk ke tempat yang dikunjungi Ilham. “Terik matahari amat menyengat dalam suhu 32 derajat di New Delhi. Hawa udara terasa pengab, karena uap tanah seperti mengapung sehabis hujan mengguyur Delhi sejak kemarin hingga pagi hari..” (halaman 127).

Kisah naik balon udara di Cappadocia, Turki, sangat menarik. Ilham tidak saja mendiskripsikan keindahan puncak-puncak bukit batu dan ratusan balon warna-warni di atasnya, tapi juga membawa pembaca ikut tegang dan khawatir, mengikuti irama susana hatinya.

Ilham meyakinkan istrinya bahwa balon udara itu aman. Namun saat bersamaan Ilham juga khawatir. Dia ingat pernah terjadi balon terbakar saat terbang. “Saya segera menghapus memori itu. Syukurlah istri menurut,” tulis Ilham (hal 190).

Buku Jalan-Jalan ala Ilham Bintang ini berisi 23 laporan perjalanannya.  Dalam setiap laporan perjalanan, Ilham membantu pembaca untuk mengetahui sisi lain negara yang dikunjunginya, di antaranya tentang sosial, politik, sejarah, dan ekonomi. Bahkan, dalam beberapa tulisan, Ilham memantulkan kondisi sosial, politik, ekonomi negara yang dikunjunginya ke situasi dalam negeri. Laporan yang menggelitik.

Dalam laporan bertajuk “Salam dari Auckland”, Ilham tidak saja bertutur tentang keindahan kota terbesar di New Zeland itu, tapi juga kondisi sosial masyarakatnya. Keamanan dan kenyamanan terjaga. Tas yang ditinggal pemiliknya di mobil yang jendela pintunya terbuka, aman. Bagi Ilham ini terasa aneh. Jika di Jakarta, tidak hanya tas, mobil pun hilang.

Layanan pemerintah pada warga Auckland menjadi catatan Ilham. Penganggur mendapatkan santunan 200 dolar NZ per bulan seorang. Wanita yang melahirkan dapat santunan ganda, untuknya yang terpaksa berhenti kerja kerena melahirkan, dan santunan karena merawat bayinya. Jika ada anak-anak berusia 5 tahun belum sekolah, negara menyekolahkannya.

Apartemen di kota ini dikelola seperti koperasi. Setiap tahun, pengelola mengembalikan  sejumlah “hasil usaha” kepada penghuni, yang di antaranya berasal dari kelebihan uang bayar listrik. Sekitar 20 persen penghuni tidak mengambil uang tersebut, melainkan diserahkan ke lembaga sosial.

Untuk memastikan temuannya, Ilham segaja berkunjung ke Departemen Sosial New Zealand di Aucland. Tidak banyak orang datang ke kantor ini untuk mengambil dana sosial, padahal iklan program dan brosur yang dicetak luks, disebar luas. ”Lagi-lagi hati saya membatin, lembaga ini lebih tepat di Indonesia. Banyak orang Indonesia amat membutuhkan (lembaga) ini, butuh negeri dan pemerintah seperti Selandia Baru,” tulisnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement