Ahad 04 Mar 2018 10:32 WIB

Secuil Kenangan bersama Agus Harimurti


Saya tidak mengira, ternyata Agus adalah putra Pak SBY.

Agus Harimurti Yudhoyono
Agus Harimurti Yudhoyono

Oleh: Mohammad As’adi*

Saya lupa tahun berapa persisnya, tetapi antara 1996-1997, saya mendapat tugas dari Jakarta untuk membuat reportase SMA TARUNA Nusantara . Untuk bisa melakukan liputan di sekolah yang dulu dibawah naungan Hankam dan semi militer ini, memang tak semudah melakukan liputan di sekolah lain. Harus ada ijin khusus. Tapi tentunya tidak seketat kalau kita melakukan liputan di Akademi Militer saat itu.


Untung, saya kenal baik dengan Bu Eko, kalau tidak salah ketika itu beliau menjabat sebagai humas sekolah ini. Lagi pula saya juga sudah acapkali melakukan liputan di tempat itu, jadi tidak banyak mengalami kesulitan. Apalagi tahu kalau saya dari HU Republika.


Setelah janjian, saya datang tepat waktu sesuai kesepakatan, dan langsung dipertemukan dengan kepala sekolah. Setelah melakukan wawancara, saya minta satu siswa untuk berbincang-bincang seputar sekolah ini dari sudut pandang mereka.


Sosok ganteng, tegap , bermuka cerdas di pertemukan di aula sekolah itu. Agus Harimurty namanya. Kami berbincang banyak hal terkait pendidikan di sekolah ini. Selain itu juga kami berbincang soal bagaimana performa pemimpin negeri ini, bagaimana seharusnya generasi muda mengisi kemerdekaan negeri ini.


Ketua OSIS di SMA TN yang disandangnya, bukanlah suatu pekerjaan ringan. Sebab di sekolah ini, segala aspek terkait urusan intrasiswa jadi tanggung jawab Ketua Umum OSIS. Apa pun yang terjadi terkait aktivitas siswa, sebagian besar menjadi tanggung jawab Ketua OSIS. Dan itu dijalani dengan baik dan ketika lulus mendapat predikat lulusan terbaik pula.


Saya tidak mengira, ternyata Agus adalah putra Pak SBY. Saya baru tahu ketika Agus lulus dari SMA TN dan menjalani wisuda. Ketika melakukan wawancara sebelumnya, saya hanya tahu, Agus adalah Ketua OSIS dan dikenal sebagai siswa yang pintar.


Dengan Pak SBY, saya memang tidak kenal secara pribadi, namun beberapa kali sempat bertemu dan ngobrol. Terakhir, saya dan teman wartawan lain ngobrol dengan Pak SBY, ketika melakukan liputan Wisuda Purnawira Perwira Tinggi TNI AD di Akademi Militer, kalau tidak salah tahun 1995. Saat itu pak SBY masih menjabat sebagai Danrem 072 Pamungkas, Yogyakarta.


Kesan yang sampai hari ini tak terlupakan adalah, ketika bicara, meski tak selembut pak Mardiyanto, sebagai sosok militer tak pernah meledak-ledak, senyum khasnya senantiasa mewarnai wajahnya. Dan beliau, lebih banyak ngobrol soal pribadi dan bergurau. 
Di masa Orde Baru, Wisuda Purnawira Perwira Tinggi Militer, menjadi acara primadona kalangan pers. Sebab di tempat itu berkumpul banyak jenderal khususnya Angkatan Darat. Yang kami incar biasanya, kalau tidak Panglima ya Kepala Staf TNI AD.

Pada kesempatan itu kami bisa menanyakan isu-isu nasional yang tengah merebak, terutama terkait isu-isu keamanan Negara.
Yang membuat kalangan pers antusias, karena yang bicara adalah pemegang wewenang tertinggi di bawah presiden, berita selalu menjadi headline.

Sebagai wartawan yang bertugas di daerah, bisa menulis berita hedline halaman depan, merupakan sebuah kebanggaan tersediri.

*Mohammad As’adi, Junalis senior dan mantan wartawan Republika.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement