REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Shamsi Ali *)
Kepedulian lingkungan para pemuda akan berdampak pada proses perubahan yang terjadi. “Berikan kepadaku 10 pemuda akan kupindahkan gunung Lampo Battang”, demikian kata seorang pejuang.
Harapan itu selalu ada
Semangat juang yang membara para pemuda kerap kali juga dengan mudah dipadamkan oleh tantangan-tantangannya. Oleh karenanya, untuk kaum muda tetap bersinar, melaju menuju pulau impiannya, diperlukan optimisme dan harapan yang tinggi.
Dalam perjuangan memang ada tiga pilar utama yang saling menguatkan: niat, ikhtiar dan harapan. Dengan niat yang benar akan tumbuh energi positif yang mewarnai perjalanan dan langkah juang. Dengan ikhtiar yang maksimal (jihad) terpenuhi hukum alam dalam perjuangan. Dan dengan harapan besar yang dibangun di atas keyakinan, akan tumbuh dorongan besar untuk beristiqamah hingga Allah menentukan hasil akhirnya.
Perintah Alquran memang selalu perintah kerja dan usaha. Kita belum menemukan ayat-ayat yang memerintahkan untuk menentukan hasil. Walaupun perjuangan dalam Islam selalu berorientasi sukses. Akan tetapi kesuksesan harusnya bukan pada kalkulasi manusiawi kita.
Pemuda Al-Kahf digambarkan disinari oleh matahari kanan dan kiri: “wa taros syamsa idza thola’at tazawara an kahfihim dzatal yamiin wa idza gharobat taqridhuhum syaatas syimaal” (dan kamu lihat matahari jika terbit menjauh dari gua mereka ke arah kanan. Lalu ketika terbenam mata hari itu condong ke arah kiri).
Penyebutan matahari ini dimaknai sebagai gambaran bahwa kemana pun pergerakannya matahari tetaplah matahari. Sumber cahaya dan energi yang akan memberikan kehidupan ke seluruh penjuru alam semesta.
Selain sebagai sumber cahaya dan energi, matahari juga akan selalu berada di ketinggiannya. Dan setebal apapun awan yang menghalanginya matahari tidak akan pernah menghilang. Dia akan tetap eksis memberikan sinar dan energi pada alam semesta. Bahkan ketika matahari terhalangi oleh awan di sebuah bagian alam, matahari akan menyinari bumi pada bagian yang lain.
Begitulah pemuda-pemudi penggerak perubahan. Mereka bagaikan matahari yang menyinari dan memberikan energi positif ke alam semesta. Mereka akan selalu berada di ketinggian (kemuliaan) dengan keyakinannya: “wa antumul a’lawna inkuntum mu’miniin”. Dan apapun rintangan dan halangan, (bagaikan awan bagi matahari) cahaya dan energi positifnya tetap hadir membawa kehidupan bagi semua.
Konsisten dalam pergerakan
Ada masa-masa dimana peranan pemuda dianggap tidak relevan oleh sebagian kalangan. Tapi pemuda tidak akan berhenti bergerak dan melakukan perubahan. Ini yang menjadikan ada pihak-pihak yang merasa khawatir ketika pemuda memainkan peranannya. Bahkan di saat mereka diam pun ada pihak lain yang akan melihatnya sedang melakukan pergerakan.
“Wa tansabuhum awqaazhan wa hum ruquud. Wa nuqallihuhum dzatal yamiini wa dzaatas syimaal” (kamu mengira mereka bangkit padahal mereka tertidur. Dan kami membolak balik mereka ke arah kanan dan kiri).
Diamnya pemuda pun bisa menggoncang. Apalagi jika memang bergerak dan bersuara. Generasi tua memiliki kelemahan pada salah satu atau kedua sisi kehidupan. Kadang kuat semangat tapi lemah energi. Kadang pula lemah semangat dan juga kurang energi.
Tapi anak muda berada di luar kedua kemungkinan kelemahan itu. Kuat secara semangat dan kuat secara tenaga.
Realita seperti itulah yang menjadikan ada saja pihak-pihak atau kalangan tertentu yang merasa jika kaum muda bisa menjadi ancaman bagi “confort zone” mereka.
Bagi Indonesia pergerakan kaum muda dan mahasiswa tercatat sejarah ketika berhasil meruntuhkan kekuasaan Orde Baru di tahun 1997. Mahasiswa dan pemudalah yang berhasil menduduki gedung DPR/MPR saat itu dan memaksa Soeharto untuk turun dari tahta kepresidenan yang telah dipegangnya sekitar 32 tahun.
Saya sangat yakin, jika di negara dan bangsa ini ada hal-hal yang dianggap secara fundamental dustruktif maka pemuda tidak akan memilih diam. Mereka akan konsisten dalam pergerakan itu, memerangi berbagai hal yang dapat membawa bangsa dan negara ini ke arah kehancurannya.
Apapun bentuknya, jika memang jelas menjadi ancaman maka pemuda siap berada di garda depan untuk memeranginya. Berbagai manifestasi immoralitas, hingga kezholiman sosial ekonomi, semua ini adalah bentuk ancaman yang sangat berbahaya. Dan pemudalah benteng terdepan untuk menjaga bangsa dan negara ini.
Aman dan mengamankan
Dalam melakukan langkah-langkah perjuangannya pemuda penggerak perubahan tentu tidak akan semrawut. Walaupun dengan semangat tinggi, mereka akan tetap berjaga-jaga agar tidak terjatuh ke dalam lobang kehancuran.
Kisah anjing “penghuni gua” (Ashabul Kahf): “wa kalbuhum baasithun dzira’aihi bil washiid”. (Dan anjing mereka mengujurkan kakinya di depan gua) dapat dimaknai sebagai kepedulian keamanan.
Dengan kata lain, pemuda dalam melakukan perjuangannya tidak akan menyepelekan keamanan. Sebaliknya mereka menjadi bagian dari keamanan itu, walau ada yang nantinya merasa tidak aman dengan mereka.
Kata “law itthola’ta alaihim lawallaeta minhum firaaran wa lamuli’ta minhum ru’ba” (kalau saja kamu melihat mereka, niscaya kamu akan melarikan diri dipenuhi oleh rasa takut) jelas menyampaikan pesan bahwa kendati mereka ini tenang dan menenangkan, aman dan mengamankan, boleh jadi ada pihak-pihak yang merasa ketakutan dan terancam dengan penampakan mereka.
Demikianlah pemuda pemudi bangsa. Mereka akan membawa keamanan bahkan menjadi sumber pengamanan dan keamanan. Tapi bagi pihak-pihak yang merasa “posisinya” menjadi target perubahan yang diusung oleh kaum muda akan ketakutan dan merasa terancam.
Walhasil di tangan pemudalah wajah masa kini dan masa depan bangsa. Semoga pemuda-pemudi, putra-putri bangsa semakin sadar akan tanggung jawab ini. Amin! (Bersambung).
Udara Dubai - Jakarta.
* Presiden Nusantara Foundation