REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahyudin *)
Ada banyak sebab pecahnya tangisan. Saya hanya menyoal tangis yang membangun semangat, membangkitkan energi.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) dirancang dengan keyakinan besar, untuk hal-hal besar, dan bergantung pada pertolongan Yang Maha Besar. Dengan demikian, semua kesulitan tak perlu jadi penghalang langkah.
Saya kerap mengingatkan kawan-kawan, ACT tak punya tempat untuk membahas kesulitan. Kesulitan melaksanakan hal baik untuk umat, sebuah keniscayaan. Distribusikan di antara tim kita, cukup tiga perkara: solusi, apresiasi, dan semangat.
Termasuk kabar membahagiakan pada Senin (26/3) sore kemarin. Beras Indonesia tiba di Gaza.
Mitra ACT di sana bersyukur sekali. Wajahnya berkaca-kaca. Beras ekspor dari Indonesia, dengan karung "made in Indonesia", turun dari Kapal Kemanusiaan Palestina di pelabuhan (terpaksa harus melalui) Ashdod, Israel, lalu ke Gaza.
Mas Bambang Triyono atau yang akrab disapa Mas Bam selaku Direktur Global Humanity Response (GHR), mengabarkan amat ekspresif. "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Sujud syukur, alhamdulillahirabbil'alamiin. Allah Maha Besar, Allahu Maha Pengatur Siasat, Wa Allahu Al Musta'an..."
Mas Bam, sebagaimana yang kami juga rasakan, mengungkapkan, banyak orang meragukan ACT bisa mengirim beras untuk saudara-saudara kita di Gaza. Banyak yang sangsi, Muslimin Indonesia bisa menyampaikan beras untuk rakyat Palestina di Gaza. Ya! Ini sebuah pencapaian, layak kita syukuri.
Mas Bam mengungkapkan sukacitanya. Energinya kami rasakan menjalari diri-diri kami, menyetrum sendi-sendi lembaga ini. Semua dada keluarga besar ACT bergemuruh.
"Sore ini waktu Gaza, beras kita, beras Indonesia ada di genggaman saudara-saudara kita di Gaza. Tidak henti kami, tim GHR, bersyukur," kata Bam.
Bambang melanjutkan, bukan hanya saya dan Diba - staf GHR - yang sama-sama mendengar kabar itu pertama kali dari Gaza, katanya, yang meneteskan air mata. "Bahkan mitra kita juga menyampaikan kabar menggembirakan dan menyemangati ini dengan terbata-bata dan meneteskan airmata."
Mitra kita ini, kata Mas Bambang, di sela getar laporannya mengatakan, "beberapa orang di Gaza sendiri pun meragukan, bahkan orang Indonesia yang ada di Gaza menyatakan hal yg sama."
ACT membantu menyalurkan beras untuk warga Gaza, Palestina.
Dan, aliran beras itu, berkat kehendakNya, lancar menuju Gaza dalam beberapa kali pengiriman. Hari Senin masuk empat kontainer (100 ton), Selasa masuk enam kontainer (150 ton), hari Rabu delapan kontainer (200 ton), sehingga sudah masuk sampai Rabu 28 Maret, sebanyak 450 ton. Alhamdulillah.
Benar, ini semua kehendak Allah semata. Lalu, Mas Bam mengutip kata-kata mitra Gaza kita, "Ini untuk pertama kalinya dalam sejarah, beras Indonesia (bantuan fisik) hadir di Gaza. For me, this is the momentum of the life."
Allahu Akbar
Saya masih dalam getaran yang sama saat menyelesaikan tulisan ini, hanya bisa mengungkap kata-kata suci, Alhamdulillah ya Rabbana. Energi penyemangat itu datang, mendekati tanggal milad ACT 21 April 2018, sekaligus hari pelepasan Kapal Kemanusiaan untuk Suriah (KKS) dari pelabuhan Belawan.
Milad belum tiba, kado sarat energi ini Allah anugerahkan. Tibanya beras Indonesia, benar-benar karung berisi beras dari bumi Indonesia, di Gaza, ini sejarah! Inilah beras "merah putih", dari negeri yang pernah disuarakan kemerdekaannya oleh Palestina, sebelum diproklamasikan!
Tibanya bantuan beras ini sedikit menghibur kami, lantaran Indonesia telah merdeka, sementara Palestina yang menyokong kita secara diplomasi maupun menyumbangkan hartanya, masih dijajah Israel.
Di sana, di Gaza ada tangis. Di Reyhanli, Turki, di lokasi Indonesia Humanitarian Center, di sela tugas Mas Bambang dan Tim mengawal program bantuan pangan untuk pengungsi Suriah, sembari terus memohon agar Allah menggerakkan banyak nurani bersatu menolong para pengungsi, ada tangis.
Di semua kantor ACT, juga ada tangis. Semuanya, tangis yang serupa. Tangis syukur karena hal yang tak terlintas di nalar, telah terlaksana. Kami menerima transmisi tangis pejuang, yang tak gentar menjaga Palestina.
Mengirim beras, sungguh, tak lebih berat dibanding berbilang tahun bertahan di Gaza. Kita bersyukur, mereka, orang-orang luar biasa ini, tulus mendoakan kita, menyebut kata "Indonesia" dengan lisannya. Bersama tetesan airmata haru atas sampainya beras Indonesia, di Gaza.
Indonesia menangkap energi besar itu, bersama doa tulus rakyat Gaza!
*) President ACT