Oleh: Denny JA*
Jika ada ahli sejarah ingin menulis tujuh keajaiban politik Indonesia, satu dari tujuh peristiwa itu yang layak untuk dipertimbangkan adalah terpilihnya Jokowi menjadi presiden Indonesia tahun 2014.
Peristiwa itu dikatakan ajaib karena seolah melawan “convensional wisdom,” melawan apa yang biasa. Di tahun 2011, tiga tahun sebelum pemilu presiden, tak ada yang membicarakan Jokowi akan menjadi presiden Indonesia. Untuk menjadi calon presidenpun, nama Jokowi jauh dari radar.
H-3 tahun, Jokowi walikota Surakarta. Populasi wilayah itu hanya 500 ribu jiwa. Dibandingkan populasi Indonesia yang 250 juta jiwa, itu hanya 0,2 persen.
Saat itu, Jokowi bukan tokoh partai politik. Ia bukan konglomerat. Ia bukan anak atau bagian dinasti tokoh Indonesia. Jokowi bahkan belum masuk hitungan tokoh nasional.
Namun peristiwa berjalan cepat dan tak terduga. Jokowi menjadi calon gubernur Jakarta, dan terpilih. Jokowipun menjadi calon presiden Indonesia dan terpilih.
Semua peristiwa yang membawa Jokowi dari wali kota solo menjadi Presiden indonesia dalam hitungan tiga tahun, sungguh bukan rancangan siapapun. Konsultan politik paling jenius sekalipun, tak akan mampu menciptakannya.
Ini kombinasi antara kekuatan pribadi Jokowi saat itu, ditambah peristiwa alam, ditambah ketepatan merespon situasi. Tentu awalnya adalah gaya politik original Jokowi yang dikenal dengan istilah blusukan. Ia dekat dengan rakyat, dikenal relatif bersih dan sederhana.
Ia pun kemudian dilirik menantang gubernur Jakarta Fauzi Bowo. Hari pilkada kurang dari 6 bulan, bahkan tak ada satu lembaga surveipun yang mengunggulkan Jokowi. Fauzi Bowo, selaku pertahana, selalu menang telak.
Telah tejadi sesuatu setelah survei terakhir, H-14 sampai hari pencoblosan. Telah terjadi gerakan yang membalikkan suara. Satu yang dapat diduga adalah politik sosial media yang saat itu mulai semarak. Berbeda dengan jalur lain, media sosial tetap berbunyi hingga detik terakhir pencoblosan.
Jokowi terpilih sebagai gubernur Jakarta. Politik gempar!
Tak lama kemudian, Jakartapun dilanda banjir panjang dan parah di bulan Januari- Febuari 2013. Ini sepenuhnya peristiwa alam. Namun banjir itu membuat gubernur Jakarta berhari hari menjadi panggung nasional.
Jokowi melintasi banjir dengan gerobak. Jokowi masuk ke terowongan memeriksa saluran. Jokowi bercakap dengan rakyat. Terasa semua begitu wajar ekspresi pemimpin yang merakyat, sederhana, penuh perhatian. Publik mulai berseru: Telah lahir pemimpin yang merakyat, dari rakyat, untuk rakyat.
Tak terduga Jokowi menjadi tokoh baru yang populer. Iapun unggul di aneka survei untuk capres 2014. Bahkan kemudian, Megawati merelakan diri tak maju sebagai capres, dan memberikan tiket PDIP itu kepada Jokowi.
*****
Dalam pilpres 2014, terjadi keajaiban lain. LSI Denny JA sejak H- 6 bulan, setiap bulan melakukan survei. Mencengangkan jarak antara Jokowi-JK melawan Prabowo- Hatta semakin surut. Awalnya pasangan Jokowi unggul di atas 20 persen. Namun H- 1 bulan, pasangan Jokowi hanya unggul 0,5 persen. Ini di bawah margin of error.
Jika trend menurun berlanjut, Jokowi akan dikalahkan. Semua survei menunjukkan trend selisih yang menurun. Sebagian mempublikasikannya. Sebagian lembaga menyimpan saja data itu.
Saya jumpa Jokowi bersama Luhut Panjaitan. Saya juga jumpa Andi Wijayanto yang saat itu menjadi tokoh penting dalam team sukses Jokowi. Disepakati LSI Denny JA bergerak di 7 provinsi terbesar dalam sisa waktu.
Seketika kantor LSI menjadi gudang begitu banyak brosur. Door to door ke rumah rumah di 7 provinsi dilakukan. Saya usulkan lima program untuk menarik hati wong cilik. Lima program itu kemudian dimodifikasi lagi oleh team Jokowi.
Saya ingat, langkah pertama saya jumpa Rikard Bagun di Kompas. Saya ditemani Agus Edi Santoso. Rikard bertanya apakah iklan tentang program Jokowi ini sudah disetujui Jokowi? Saya jawab: silahkan dan tentu harus dicek oleh Kompas. Akhirnya Kompas memuat iklan Jokowi itu.
Iklan di Kompas saya utamakan untuk kabar nasional ada program baru Jokowi. Berita ini diharap sebagai momen untuk membalikkan trend. Program unggulan Jokowi yang dimuat di harian Kompas, juga sebagai penanda LSI Denny JA sebagai lembaga resmi bergerak untuk Jokowi.
Di antara 7 provinsi besar, saya sendiri menggerakkan relawan di Jabar, Jateng, dan Jatim. Video saya menggerakkan relawan di tiga kota itu masih bisa ditonton di Youtube.
Karena ini era social media, saya buat juga mobilisasi di twitter, facebook, dan berita online. Tweet saya mengajak mendukung Jokowi bahkan di RT lebih sejuta kali.
Twitter Inc kemudian menjadikan tweet saya untuk kampanye Jokowi itu sebagai tweet no 2 paling banyak di RT tingkat dunia. Tweet itu hingga kini tetap dianggap sebagai satu tweet yang paling banyak di RT sepanjang sejarah twitter.
Terkaget pula saya. Peran saya dalam politik sosial media itu dianggap fenomenal oleh majalah terbesar dunia TIME Magazine. Di tahun 2015, saya pun dipilih satu dari 30 tokoh internet dunia bersama Presiden Obama, Presiden Argentina, PM India, dan selebriti seperti Justin Bieber, Sakira, dan lainnya.
Survei LSI terakhir H-7 hari, situasi mulai berbalik. Selisih Jokowi versus Prabowo yang kian kecil hingga 0,5 persen, menaik lagi dan melebar.
Aha! Trend mulai berbalik. Saya meyakini Jokowi terpilih. Karena itu pula, di hari pemilu, sebelum TPS tuntas menghitung suara, melalui exit poll, saya sudah umumkan Jokowi presiden baru.
Saya ingat karena mengumumkan Jokowi menang terlalu dini, saya dipolisikan oleh Fadli Zon. LSI pun membuat konf pers. Mengapa riset ilmu pengetahuan dikriminalkan? Dua minggu kemudian, hasil resmi KPU keluar. Aha! Quick count LSI termasuk yang paling akurat, selisih hanya di bawah 0,5 persen dibanding hasil akhir KPU.
Semua yang saya kisahkan di atas bisa dilacak di Google.
*****
Apa point dari kisah ini? Pernah terjadi keajaiban dalam pemilu presiden 2014. Jangan remehkan juga pemilu presiden 2019. Keajaiban yang membuat seorang tokoh menjadi presiden tetap bisa terjadi.
Jangan terpaku oleh hasil survei sementara H-11 bulan. Dalam politik, kecuali singa yang berubah menjadi burung merpati, segala hal bisa berubah. Banyak keajaiban dalam pemilu presiden.
April 2018
*Denny JA, Pendiri Lingkaran Survei Indonesia