Senin 21 May 2018 06:01 WIB

Al Lata, Al Uzza, dan Manah di Mana?

Dalam praktiknya, manusia cukup sering menyekutukan Allah.

Berhala kayu yang diperkirakan berusia 11 ribu tahun.
Foto: siberiantimes.
Berhala kayu yang diperkirakan berusia 11 ribu tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ali Akbar, Doktor Arkeologi lulusan Universitas Indonesia

Dalam Alquran Surah An-Najm (53):19-20 disebutkan: "Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?"

Dalam praktiknya, manusia cukup sering menyekutukan Allah SWT. Bahkan, Allah SWT dianggap punya anak. Dalam konteks ayat itu, anak yang dimiliki adalah perempuan. Perempuan pada masa jahiliyah dipandang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Demikianlah, upaya manusia khususnya kaum musyrik berusaha merendahkan Allah SWT.

Lalu, siapakah atau apakah al Lata, al Uzza, dan Manah?

Al Lata atau Al-Lat menurut Philip K. Hitti berasal dari kata Ilahah, artinya tuhan perempuan. Dalam buku karya Hitti yang berjudul History of the Arabs, Herodotus, sejarawan Yunani menyebutnya sebagai Alilat yang juga berarti tuhan perempuan. Alilat merupakan salah satu tuhan bangsa Nabatea. Herodotus juga menyebut adanya kuil Allat yang disebut sebagai Aphrodite Urania.

Bangsa Nabatea atau Nabataean berjaya dalam bidang perdagangan pada sekitar 400 Sebelum Masehi atau 1.000 tahun sebelum Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam lahir. Bangsa ini membuat kota besar dengan cara memahat dinding bukit yang kini disebut sebagai Petra di Yordania.

Saat penulis berkunjung ke Petra, terdapat informasi Al Uzza juga berasal dari Petra. Al Uzza diwujudkan dalam bentuk obeliks atau tiang batu berdampingan dengan obeliks untuk dewa utama Petra, yakni Dushara atau Dzu al-Syara. Kuil utama untuk Al Uzza terdapat di Temple of the Winged Lions. Sementara itu, Al Uzza menurut Hitti artinya yang paling agung, Venus, atau bintang pagi. Al Uzza merupakan permaisuri Uzzay-an, tuhan bangsa Arab Selatan.

Manah menurut Hitti berasal dari kata Maniyah yang artinya pembagian nasib. Nama dewa Manah diasosiasikan dengan Dzu al-Syara dalam beberapa tulisan Nabasia di al-Hijr.

Dalam buku Alquran dan Tafsirnya terbitan Kementerian Agama RI, disebutkan saat Muhammad belum menerima wahyu, ada tempat pemujaan Al-Lat di dekat Taif. Al Uzza dipuja di Nakhlah di sebelah timur Mekkah. Bentuknya berupa tiga batang pohon. Manah diwujudkan dalam bentuk batu hitam di Qudayd, daerah di antara Makkah dan Madinah.

Al Lat, Al Uzza, dan Manah di Hijaz, Arab Saudi menurut Hitti mendapat pengaruh dari Nabatea. Sebagaimana halnya Hubal, dewa utama di Mekkah yang patungnya diyakini dibawa dari Moab atau Mesopotamia. Pada saat Muhammad menerima wahyu Alquran, patung-patung pun dihancurkan.

Menurut para peneliti Petra, bangsa Nabatea memuja banyak dewa dan mengalami evolusi seiring waktu. Religi Nabatea itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari pengaruh dan saling mempengaruhi dengan peradaban di sekitarnya, misalnya Mesir, Syria, Arab bagian utara dan Edom, serta belakangan Yunani dan Romawi.

Pada saat mendapat pengaruh dari peradaban Yunani, Al Uzza diasosiasikan dengan Aphrodite. Pada saat pengaruh Romawi, dianggap ekuivalen dengan Venus. Al Lat pada saat pengaruh Yunani diasosiasikan dengan Athena. Pada saat pengaruh Romawi, dianggap ekuivalen dengan Minerva.

Mengapa di antara para ahli terkesan ada perbedaan pendapat dan istilah?

Harus disadari pada masa lalu terdapat beberapa peradaban besar. Masing-masing mengalami tahap perkembangan. Patut dicermati bahwa antar-peradaban saling mempengaruhi. Lalu, masing-masing peradaban membuat racikannya sendiri. Sehingga, pada masa kini peneliti mesti mengetahui asal usul, perkembangan, dan variasinya.

Jika kita membicarakan masa kini, maka di mana al Lata, al Uzza, dan Manah? Jawabannya bisa ada di mana-mana.

Al Lata, al Uzza, dan Manah dapat muncul dalam berbagai variasi nama dan bentuk yang tujuannya untuk menyekutukan Allah SWT. Singkatnya, beberapa peradaban membuat konsep religi masing-masing. Lalu, konsep itu menyebar ke wilayah lain dan diadopsi dengan beberapa penyesuaian.

Kesimpulannya, jika manusia membuat sesuatu dalam bentuk apa pun yang tujuannya untuk menyekutukan dan merendahkan Allah SWT, maka manusia tersebut sedang membuat Al Lata, al Uzza, dan Manah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement