Senin 24 Sep 2018 07:57 WIB

Relasi Ulama, Pesantren, dan Politik

Ulama, pesantren dan kekuasaan adalah tiga komponen yang mengalami dinamika relasi

Demokrasi: politik atau agama (ilustrasi).
Foto: matthewmachowski.com
Demokrasi: politik atau agama (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Ahmad Sastra, Ketua Forum Doktor Islam Indonesia

Menjelang pemilu pilpres, dua kandidat makin gencar melakukan sosialisasi program ke masyarakat. Pembentukan tim pemenangan menambah suasana Pemilu 2019 makin menghangat. Perang tagar menambah dinamika politik.

Tak terkecuali, berebut suara umat Islam adalah ritual wajib hajat lima tahunan ini. Mengapa umat Islam begitu berarti dalam setiap momen pemilu? Tentu karena sistem demokrasi menghajatkan suara terbanyak sebagai indikasi kemenangan dalam kontestasi pilpres.

Seperti biasa, pesantren adalah salah satu lumbung suara yang menjadi sasaran kandidat. Pesantren, terutama figur kiai adalah elemen strategis bagi upaya mendulang suara.

Selain memiliki banyak jamaah, kiai juga merupakan figur spiritual yang lisannya masih didengarkan oleh masyarakat. Itulah alasan kedua kandidat mengklaim dirinya didukung oleh para kiai dan ulama.

Setelah Jokowi menggandeng KH Ma’ruf Amin yang ketua umum MUI, giliran Prabowo didukung penuh oleh ijtima ulama II beberapa waktu yang lalu. Atmosfer ini berat bagi ulama. Sebab, polarisasi ulama atau pesantren dalam kontestasi politik praktis akan membawa konsekuensi.

Ulama dengan pesantren yang dipimpinnya adalah sosok yang selama ini berperan memberikan ilmu dan pencerahan kepada bangsa, kini harus terjun langsung dalam pemilu praktis. Sosok yang selama ini menggeluti tafaqquh fiddin, kini harus berhitung soal kalah dan menang.

Ulama, pesantren dan kekuasaan adalah tiga komponen yang terus mengalami dinamika relasi. Pemilu 2019 adalah sebuah proses menguatnya relasi antara ulama dan politik kekuasaan.

Islam sendiri adalah agama paripurna yang memiliki konsepsi politik yang juga paripurna. Di sinilah ulama harus berhati-hati melangkah. Kesalahan langkah ulama dalam berbaur dengan politik praktis akan berdampak besar bagi bangsa ini.

Idealnya, keterlibatan ulama dalam politik akan membawa bangsa ini pada puncak kebaikan dan kemuliaan. Satu hal yang penting adalah jangan sampai terjadi proses polarisasi yang makin menajam antarulama akibat Pemilu 2019 ini.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement