Kamis 04 Oct 2018 13:11 WIB

Komunikasi di Keluarga Islami Lindungi Anak dari Perundungan

Kasus kekerasan kepada anak sudah selayaknya menjadi perhatian kita semua.

Dr Lisa Adhrianti, Dosen FISIP Universitas Bengkulu, Jurusan Ilmu Komunikasi
Foto: Dokumen pribadi
Dr Lisa Adhrianti, Dosen FISIP Universitas Bengkulu, Jurusan Ilmu Komunikasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr Lisa Adhrianti*

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat yang terbentuk dari suatu hubungan yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkaitan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Keluarga juga merupakan organisasi terbatas yang di dalamnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang berintegrasi dan berkomunikasi sehingga dapat terciptanya peranan-peranan sosial bagi anggotanya. Berbagai permasalahan dalam keluarga selayaknya menjadi perhatian kita semua. Terlebih kasus kekerasan pada anak.

Masalah sosial kekerasan pada anak Indonesia relatif masih tinggi. Terlebih di era media baru saat ini, berbagai akses informasi semakin terbuka lebar melalui dunia maya yang tentunya menimbulkan berbagai dampak positif dan negatif. Salah satu yang mengkhawatirkan adalah pengaruh berbagai aksi kekerasan semakin mudah disaksikan termasuk oleh anak-anak.

Masalah perundungan termasuk masalah yang kerap dihadapi anak-anak saat ini dalam interaksi sosial mereka. Hal ini tentunya menimbulkan dampak kurang baik terhadap perkembangan kejiwaan anak. Peran komunikasi keluarga yang mengedepankan nilai-nilai keislaman dipandang sangat penting untuk mengatasi problem sosial ini.

Komunikasi merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan dalam keluarga. Keluarga menjadi kelompok sosial pertama dan tempat belajar sebagai mahluk sosial. 

Agama Islam memiliki kesempurnaaan dalam mengatur tentang komunikasi melalui ajaran Alquran dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dalam Alquran akan ditemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hamba-Nya melalui wahyu. Selain itu, kita mendapati Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam berkomunikasi dengan keluarga, sahabat dan umatnya.

Komunikasi keluarga Islami akan memberikan kontribusi penting dalam mengatasi permasalahan sosial perundungan pada anak. Persepektif teori atribusi komunikasi yang berkaitan dengan bagaimana individu menginterpretasilan peristiwa-peristiwa berdasarkan pemikiran dan perilaku tertentu, dipandang menarik untuk dikaji. Tujuannya untuk menjadi acuan bagi orang tua dalam memberikan informasi dan solusi kepada anak tentang perundungan yang dihubungkan dengan prinsip-prinsip keislaman.

Teori atribusi mengasumsikan manusia adalah penafsir aktif dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sosial mereka, sehingga meraka mencoba untuk menentukan mengapa seseorang melakukan apa yang mereka lakukan. Proses internal (berpikir) dan eksternal (berbicara) dalam menafsirkan dan memahami apa yang menjadi sebab perilaku diri kita sendiri dan orang lain.

Beberapa bentuk penerapan (implementasi) yang dapat dilakukan orang tua sebagai bentuk penerapan atribusi komunikasi dalam keluarga Islami sebagai berikut:

1. Mengamati dan mengenali perilaku anak-anak kita sehari-hari.

2. Menjadi pendengar yang baik yang paham dan mengerti perasaan anak.

3. Tidak bersikap emosional. Tanpa emosi komunikasi dapat disampaikan dengan jelas, benar, serta teratur.

4. Ajarkan anak untuk berbicara dan terbuka pada orang dewasa di sekolah, misal: guru, wali kelas, guru BP, kepala sekolah.

5. Mengimbau anak untuk tetap berada di kelompok, terutama di waktu yang tidak  terawasi guru.

6. Mengajarkan untuk berlapang dada. Tidak terlalu disarankan to fight back pada pelaku. Tetapi cukup mengatakan : “Hentikan, saya tidak suka dengan perlakuan kamu” dan kemudian tinggalkan si pelaku. Berlapang dada akan memunculkan jiwa pemaaf dan berdo’a kepada Allah (QS.3:159).

7. Latih anak bagaimana berperilaku (anticipated coping behavior) jika kejadian berulang.

8. Ajari anak untuk bersikap asertif pada banyak hal.

9. Memberi saran kepada anak untuk berempati pada pelaku (karena kemungkinan si pelaku juga merupakan korban perundungan).

10. Pastikan bahwa “Anak merasa nyaman untuk menjadi dirinya”.

11. Berusaha meminta saran profesional untuk menyelesaikan masalah jika dianggap masalah cukup serius. 

12. Jika terjadi kekerasan yang berakibat fatal seperti mengakibatkan kecacatan atau mengancam nyawa anak, maka orang tua bisa melaporkan kejadian tersebut pada pihak sekolah maupun pihak berwajib.

Secara garis besar prinsip komunikasi keluarga Islami yang menyandarkan pada nilai-nilai Alquran harus mengandung:

1.Qaulan Tsaqila (komunikasi yang berpengaruh)  dengan menunjukkan, setiap komunikasi yang orang tua sampaikan kepada anak hendaknya dipersiapkan dengan sungguh-sungguh sehingga bisa memberikan pengaruh pada pihak yang kita ajak bicara.

2. Qaulan Sadida (komunikasi yang tegas) yakni komunikasi yang tidak penuh keraguan, ketidakpastian dan ketidak-percaya-diri.

3. Qaulan Balighoh (komunikasi yang penuh makna) sehingga dapat mengarahkan orang tua untuk bisa menyampaikan setiap pemikiran, perasaan dan nasehat dengan menggunakan pilihan kata, gaya bahasa, yang penuh makna kepada anak sehingga membekas dalam diri anak.

4. Qaulan Layyina (komunikasi dengan lemah-lembut) sehingga anak merasa nyaman berbicara dengan orang tuanya.

5. Qaulan Ma’rufa (komunikasi yang penuh nilai-nilai kebaikan) yang membuat anak dan orang tua mengucapkan perkataan yang jujur dan baik untuk menghasilkan solusi yang disepakati bersama.

*) Dosen FISIP Universitas Bengkulu, Jurusan Ilmu Komunikasi

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement