Rabu 24 Oct 2018 05:01 WIB

Santri dan Abangan: Varian Keagamaan Orang Jawa

Apakah pemikiran ini masih lestari sampai sekarang atau sekedar kegenitian saja?

Red: Muhammad Subarkah
Sebuah acara selamaten/kenduri di zaman dahulu.
Foto: gahetna.nl
Sebuah acara selamaten/kenduri di zaman dahulu.

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Buku penelitian mendiang DR Clifford  Geertz meski telah terbit lebih dari setengah abad silam --Agama Jawa: Santri Priyayi dan Abangan, tampaknya sedap untuk dikaji kembali dalam situasi masa kini. Dari dahulu banyak peneliti yang mengkritik adanya Tri Kotomi (tiga varian)  yang dibuatnya itu.Setidaknya menjadi menarik dibahas hari ini, terutama ketika kata 'santri' menjadi titik perhatian.

Ini makin menarik ketika istilah santri kini semakin gencar dibirakan. Guru Besar Filsafat Kebudayaan Islam Univeritas Paramadina, Prod DR Abdul Hadi WM, menyatakan istilah 'santri' berasal dari kata Sanskerta 'sastri". Sastri artinya dalam bahasa Sanskerta ialah orang yang melajari suatu ajaran (sastra). Jadi kata 'santri' ialah orang yang mempelajari suatu ajaran, dalam hal ni ajaran agama.

''Kata ini memang tidak kurang mirip artinya dengan kata 'talib' yang artinya orang menuntut satu ilmu. Jadi kata 'santri' mirip artinya dengan kata 'taliban'. Pekerjaan taliban ialah menuntut (talab) ilmu. Sekarang selain belajar ilmu agama, santri-santri belajar berbagai hal lainnya,'' tegas Abdul Hadi.