Selasa 05 Mar 2019 16:13 WIB

Amil Zakat Harusnya Memahami Filosofi Timlo Solo

Siapa pun pengelola utama dalam urusan zakat, mestinya memahami filosofi Timlo

Nana Sudiana
Foto: dok. Humas PKPU
Nana Sudiana

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nana Sudiana (@Nana Sudiana)*

"Friendship is always a sweet responsibility, never an opportunity" - Khalil Gibran

Sahabat Amil yang dirahmati Allah...

Pagi ini seusai beres-beres berbagai urusan kecil di rumah saya buka HP, tepatnya buka beberapa grup Whatsapp, ternyata ada sejumlah kiriman dari beberapa sahabat amil yang kebetulan sedang di Solo untuk ikut event Rakornas sebuah organisasi pengelola zakat yang juga regulator zakat. Anehnya, begitu mendengar Solo, ingatan saya langsung membayangkan Timlo.

Bukan apa-apa, soalnya ada teman yang sering share gambar Timlo yang eksotik, tetapi belum pernah sekalipun membawa fisiknya. Apalagi mencoba mencicipinya. Timlo sangat populer di sana, bahkan saking lekatnya nama makanan ini, jadilah orang mengenalnya sebagai Timlo Solo.

Sekilas Timlo Solo mirip Tekwan dari Palembang. Ada juga yang mengatakan bahwa Timlo ini campuran menu sop dan soto. Entahlah, karena belum nyoba sendiri, entah mana yang benar. Dari gambar yang dikirim dan cerita yang disampaikan teman dari Solo, katanya Timlo memang lebih dekat ke semacam sup.

Di dalam Timlo ini ada irisan ati ampela ayam, irisan dadar gulung, irisan sosis solo, mihun, telur pindang, dan suwiran ayam goreng. Wah, semakin menarik untuk dicoba. Timlo ini juga katanya kuahnya bening, encer, dan segar, berbeda dengan soto yang kadang agak kental dan penuh bumbu rempah.

Ternyata, ada lagi catatan teman dari Solo tadi, untuk menikmati Timlo, memakannya bisa pake nasi yang dicampur atau dipisahkan. Dan yang lebih penting katanya, yang paling khas menikmati Timlo ini adalah pastikan tempatnya di Solo, bukan di tempat lain. Menjadi semakin asyik, katanya bila makannya ramai-ramai dengan keluarga, kerabat, sahabat, atau tim kerja yang hebat.

Sahabat Amil yang baik...

Maaf ya, jadi keterusan membicarakan soal Timlo Solo, padahal judul tulisan ini tentang Amil Zakat dan Timlo Solo. Dasar tukang makan, sering lupa kalau lihat tampilan makanan atau kuliner-kuliner yang asyik dan eksotik.

Kembali ke soal amil zakat dan timlo Solo, saya agak kaget, ketika teman-teman sahabat amil yang ada di Solo membicarakan kekagetan mereka saat pembukaan acara di sana. Kok bisa ya, Wapres kita, membuka acara terkait zakat, malah katanya bukan memberi pujian, tetapi malah mengeluarkan sentilan bagi pengelolaan zakat.

Sahabat amil zakat yang baik...

Sebagaimana kita tahu, setelah UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat muncul, kemudian sebagai salah satu konsekuensinya, Pemerintah, dalam hal ini Kementrian Agama RI mengukuhkan 11 (Sebelas) anggota Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) periode 2015-2020. Setelah pengukuhan, dalam sejumlah catatan media, ternyata Baznas baru melakukan Rakornas tahun pada 2017.

Rakornas digelar di Hotel Mercure Ancol, Jakarta pada 4-6 Oktober 2017. Rakornas dibuka Wakil Presiden, Bapak Jusuf Kalla. Rakornas saat itu dihadiri oleh 559 peserta dari Baznas, baik provinsi, kabupaten/kota, Kementerian Agama provinsi dan kabupaten/kota zerta perwakilan pemerintah daerah serta Lembaga Amil Zakat (LAZ). Tema Rakornas saat itu adalah “Pengarus-utamaan Zakat Infak Sedekah dalam arsitektur keuangan syariah Indonesia, dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs)".

Dalam Rakornas saat itu, disampaikan Ketua Baznas pada tahun 2016 sebelumnya Baznas mencatat Pengumpulan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Rp 5,12 triliun. Rakornas tahun 2017 menghasilkan keputusan adanya 30 resolusi. Butir kedua resolusi ini disebutkan: "Meningkatkan pengumpulan zakat nasional dengan pertumbuhan minimal 25 persen setiap tahun dan target pengumpulan zakat nasional pada 2018 sebesar Rp 8,77 triliun.

Rakornas berikutnya diadakan di Hotel Grand Inna Bali Beach, Bali pada bulan Agustus 2018. Dalam catatan media, Rakornas ini dihadiri 700 peserta dari Baznas, LAZ dan sejumlah undangan. Rakornas dibuka Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin. Salah satu alasan pemilihan lokasi di Bali, menurut Ketua Baznas adalah: "Untuk mendorong BAZNAS dan LAZ di daerah di mana Muslim adalah minoritas tetap bisa menjalankan fungsinya dengan baik dalam suasana saling menghormati antara sesama umat yang berbeda agama".

Dalam Rakornas ini, disinggung bahwa pengumpulan zakat nasional tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp 6 triliun. Meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat di angka Rp 5,12 triliun. Rakornas di Bali menghasilkan 27 Resolusi yang dibacakan pada akhir acara. Dalam resolusi nomor empat, disebutkan bahwa: "Baznas, Baznas Provinsi, Baznas kabupaten/kota, dan LAZ meningkatkan kinerja pengumpulan zakat nasional untuk mencapai target nasional tahun 2018 sebesar Rp 8 triliun".

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement