Oleh: Hariqo Wibawa Satria*
Romahurmuziy di kantor KPK mengaku dirinya paling dicari (most wanted) karena ia ketua umum partai politik dengan pengikut terbesar di medsos. Berikut pernyataan Romahurmuziy pada Jumat, 22 Maret 2019 yang saya transkrip dari video 20detik.com: "...Tetapi tentu apa yang saya lakukan ini salah satunya karena posisi saya yang memang salah satu most wanted yang kira-kira kalau kemudian ee apa namanya, dilakukan operasi, dibidik ketua umum dengan follower terbesar di medsos, begitulah kira-kira."
Pernyataan Romahurmuziy ini seakan menganggap aparat ingin membuat sensasi dengan menangkapnya, karena yang ditangkap adalah seseorang ketua umum partai dengan pengikut terbesar di medsos. Benarkah demikian?
Untuk pengikut di Twitter, Romahurmuziy berada pada peringkat kesembilan dengan 51 ribu pengikut. Sedangkan peringkat 1 hingga 8 adalah: [1] Susilo Bambang Yudhoyono (Ketum Partai Demokrat), @SBYudhoyono: 10 juta; [2] Prabowo Subianto (Ketum Partai Gerindra), @Prabowo: 3,71 juta; [3] Yusril Ihza Mahendra (Ketum PBB), @Yusrilihza_Mhd: 2,05 juta; [4] Hary Tanoesoedibjo (Ketum Partai Perindo), @Hary_Tanoe: 586 ribu.
Selanjutnya, [5] Grace Natalie (Ketum PSI), @grace_nat: 528 ribu; [6] Zulkifli Hasan (Ketum PAN), @Zul_Hasan: 184 ribu; [7] Muhaimin Iskandar (Ketum PKB), @cakimiNOW: 145 ribu; [8] Sohibul Iman (Presiden PKS), @msi_sohibuliman: 60,4 ribu (Data per 22 Maret 2019, Pukul 21.00 WIB).
Sementara itu, untuk Facebook, laman Ir. H M Romahurmuziy, MT hanya disukai 1.622 orang dan diikuti 1.620 orang. Sedangkan akun Instagramnya @romahurmuziy entah mengapa dihapus.
Dari sisi popularitas, Romahurmuziy juga bukan ketum parpol yang paling populer. Awal Maret 2019 ini, kami dari Komunikonten melakukan penelusuran di Google Trends periode 1 Januari 2019–28 Februari 2019, nama Romahurmuziy justru berada pada peringkat 11 dari 16 Ketua Umum Partai Politik tingkat nasional. Silahkan cek di http://www.komunikonten.com/ketum-partai-terpopuler-di-google-trends-peringkat-1-16.
Ketum Parpol Sekadar Hadir di Medsos
Data Google Consumer menunjukan 89 persen orang Indonesia mengakses internet lewat ponsel pintar. Karenanya, agar ketum parpol hadir di telepon genggam setiap orang adalah dengan berinteraksi di medsos, bukan sekadar hadir.
Pikiran yang disampaikan ketum parpol di media konvensional sebaiknya diuji di media sosial. Namun, ketum parpol tidak banyak melakukannya seperti dulu pernah dilakoni Yusril Ihza Mahendra.
Hingga hari ini debat antarketum parpol hanya terjadi di media konvensional dan online. Bahkan sejak adanya media sosial, tidak pernah ada perdebatan intelektual di antara ketum parpol di medsos, padahal ini ditunggu masyarakat.
--- Depok, 23 Maret 2019, pukul 10.00 WIB, www.komunikonten.com
*) Direktur Eksekutif Komunikonten (Institut Media Sosial dan Diplomasi)