Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Sekarang publik lagi sibuk menyoal perkara gaya arsitektur bangunan masjid Al Safar karya Ridwan Kamil yang berada di di rest area KM 88 B tol Cipularang, Jawa Barat. Ada banyak pihak pro dan kontra. Yang pro mengatakan ‘biar saja yang penting masjid’ yang kontra mengatakan itu lambang illuminati.
Ketika menyoal perkara ini, maka pikiran berkelebat kepada mendiang Ahmad Nukman. Dengan karya bangunan arsitekturnya yang indah terlihat mengagumkan. Di sini dia jelas begitu dalam memahami filosofi masjid. Semua bentuk bangunan masjid ada filosofinya. Tak pernah Nu'man menuai kontroversi atas karyanya.
Bahkan, Ahmad Nu'man bisa dianggap sebagai arsitektur masjid Indonesia terbaik. Salah satu jejak karya alumni ITB yang monumental itu adalah bangunan masjid Indonesia (Masjid Istiqlal) di Sarajevo.
Masjid tersebut berdiri megah di tengah pusat kota bekas penyelenggara olimpiade musim dingin 1984. Lokasi di tempat lapang yang luas. Di dekatnya ada fasilitas trem. Tak jauh juga dari bandara. Masjid karya Nu'man dan banyak orang di sana menyebutnya sebagai Masjid Soeharto mendapat tempat terhormat.
Di situ Nu'man yang orang Sunda telah melegenda. Dia paham setiap filosofi dan detil dan bangunan bangunan. Yang paling sederhana adalah ketika menara kembar yang ada di bagian depan masjid itu. Nu'man di sini jelas mahfum secara persis untuk apa dan menjadi simbol apa dengan membangun dua menara itu. Sebab, keberadaan dua menara itu tak lazim di masjid Bosnia yang bergaya ala Turki. Menara masjid di sana selalu satu saja.
Tapi Nu'man kemudian sengaja membangunkan dua menara di bagian depan masjid itu. Dia sempat mengatakan, dua menara ini adalah merupakan simbol atau lambang persahabatan abadi dua bangsa, yakni Bosnia dan Indonesia.
Masjid Istiqlal Sarajevo memang dibangun semasa usai perang saudara melanda Bosnia. Saat itu Presiden Soeharto sangat memperhatikan pembangunan masjid tersebut karena dia sendiri pernah pergi ke Sarazevo ditengah sengitnya perang pembantaian Muslim tersebut. Dahulu di tempat itu, yakni di bukit yang melingkupi lokasi masjid, di sekelilingnya penuh dengan senapan anti pesawat udara. Perbukitan itu disebut warga Sarajevo sebagai 'Dead Valley' (bukit kematian).
Dan sekarang pemandangan seram tersebut sudah tak ada. Dua menara masjid menjadi pemandangan baru dan abadi di tengah keramaian tempat berudara suam-suam kuku itu. Bangunan itu seolah-olah melambai-lambai di udara.
Nah, apakah wajar bila sekarang terjadi kontroversi atas bangunan Masjid Al Safar itu? Jawabnya, bisa dan boleh saja. Semua Muslim berhak mempunyai pengetahuan tersendiri atas sebuah bentuk atau simbol bangunan. Apalagi ini masjid yang itu pasti milik semua Muslim tanpa kecuali.
Dalam Islam simbol itu penting. Cendikiawan Jerman yang juga penghayat sufi dan puisi Jalaluddin Rumi, Annemarie Schimmel, sempat meneliti betapa sakralnya simbol dan angka-angka atau hitungan dalam Islam. Karya dia yang monumental soal ini termaktub daam buku soal misteri angka angka.
Dia menjelaskan berbagai latar belakang dan simbol di dalam setiap hal terkait angka. Dan ternyata bukan hal sepele. Semua penuh makna, doa, dan pengharapan. Dan ini tak hanya dianut oleh orang Islam, namun juga dipercaya oleh penganut kepercayaan dan agama lain, misalnya Yahudi, Kristen, kaum Gypsi, hingga para penganut kepercayaan orang pagan.
Dalam sebuah pengantar untuk buku Schimmel tersebut disebutkan secara sederhana angka atau simbol memang terkesan tidak menyimpan rahasia apapun, kecuali sebagai media perhitungan. Angka misalnya jelas mewakili jumlah “sesuatu”. Namun, tidak jarang pula orang suka mengotak-atik angka untuk dicari maknanya. Bahkan, ada beberapa angka sangat digandrungi sebab diyakini membawa keberuntungan.
Begitu pula, ada angka yang dijauhi, tidak diminati sebab bisa membawa sial. Begitulah, kenyataannya angka tidak berhenti hanya sebagai perhitungan tetapi mempengaruhi peruntungan dan kebuntungan.
Angka 13 merupakan angka yang sangat tidak disukai. Konon, angka tersebut angka naas, angka sial atau sejenisnya. Padahal kalau dipikir-pikir, bukankah 13 juga angka selayaknya angka 12, 11, 14 atau yang lainnya. Tetapi, mengapa banyak yang menghindari? Sedangkan angka 9 diyakini angka yang baik, meski kebaikan seperti apa juga tidak diketahuinya? Ada juga kepercayaan Tiongkok yang lebih menyukai simbol angka 8 dari pada 9?
Apakah masalah beruntung-celakanya dari angka sebetulnya hanya sugesti mental, tahayul-tahayul yang berurat akar pada masyarakat? Ataukah memang angka-angka, kombinasinya menyimpan kekuatan di dalamnya? Sehingga dia (angka) bukan lagi sebagai alat pembilang suatu hal semata?
Menurut Schimmel, bidang numerology dan daya magis angka telah menarik perhatian umat manusia selama ribuan tahun. Matahari dan bulan, sebagai tanda-tanda dalam buku agung alam semesta menjadikan manusia merasa bahwa angka-angka memiliki berbagai keistimewaan khusus yang bukan hanya mengelilingi serta menunjukkan ruang dan waktu dalam rumusan-rumusan abstrak, melainkan juga menjadi bagian dari sebuah sistem hubungan yang misterius dengan bintang-bintang dan berbagai fenomena alam lainnya.
“Pengetahuan tentang makna dan rahasia angka-angka tercermin dalam adat-istiadat, cerita rakyat, kesusastraan, arsitektur, dan musik yang dipandang sebagai memanifestasikan harmoni kehidupan,’’ tulis pengantar buku Misteri Angka-Angka Annemarie Schimmel.
Jamaah shalat di masjid Assafar, Rest Area Cipularang.
Selain itu, simbolisme angka memang sangat beragam, dan berbagai kesamaan yang menakjubkan dalam menafsirkan angka-angka bisa ditemukan dalam berbagai kebudayaan yang berbeda.