Selasa 09 Jul 2019 06:51 WIB

Kisah Inspiratif Steve Jobs dan Cara Mengelola Zakat

Hal penting yang kadang dilupakan dalam mengorganisasikan lembaga zakat; kepercayaan

Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI
Foto: Dokumentasi Pribadi
Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh:Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI

"Kebersamaan adalah permulaan. Menjaga bersama adalah kemajuan. Bekerja bersama adalah keberhasilan" - Henry Ford -

Beberapa waktu yang lalu, di sela-sela aktivitas Ramadhan yang cukup padat di Makassar, Sulsel, saya berkesempatan memenuhi undangan sahabat-sahabat amil dari LAZ Wahdah Islamiyah. Ini silaturahim saya pertama ke kantor mereka, tetapi entah mengapa pertemuan ini demikian hangat dan penuh keakraban. Seakan teman lama yang lama tak bersua. Walau tanpa diselingi kopi atau panganan pendampingnya -maklum saat itu Ramadhan- pertemuan tadi tetap terasa penuh makna dan serasa ada dalam sebuah keluarga.

Salah satu perbincangan ringan, yang entah mengapa malah jadi serius pada ujungnya adalah soal efektivitas organisasi amil zakat. Saya diminta menceritakan tentang bagaimana membangun sistem organisasi pengelola zakat (OPZ) yang efektif? Berat bukan tema ini? Apalagi dibicarakan saat siang bolong waktu Ramadhan ketika itu.

Dalam banyak buku-buku manajemen modern, ada banyak teori yang dianut mengenai organisasi efektif. Secara umum, efektivitas sendiri merupakan suatu pencapaian dari kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan. Makna efektif bagi sebuah OPZ tentu bila aktivitas organisasinya mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Efektivitas organisasi sendiri tercapai bila di dalamnya terjadi pula capaian efektivitas individu dan kelompok yang baik. Efektifitas individu akan mendukung efektivitas kelompok dan efektivitas kelompok tentu saja akan berkorelasi dengan pencapaian efektifitas organisasi. Dengan begitu pencapaian tujuan organisasi bergantung kepada suatu efektivitas kelompok.

Demikian juga dengan efektivitas kelompok yang bergantung dengan efektivitas individu. Itu pula dalam evaluasi pencapaian organisasi, yang akan dievaluasi adalah pencapaian secara individu, atau amil, setelah itu kelompok kerja atau divisi/bidang dan ujungnya evaluasi secara menyeluruh terhadap semua komponen oeganisasi.

Setiap organisasi pengelola zakat tentu memiliki ukuran dan kriteria yang berbeda dalam soal penentuan efektivitas organisasi ini, tetapi sejumlah kriteria di bawah ini setidaknya bisa jadi gambaran tentang kriteria efektivitas organisasi. Kriteria pertama adalah kriteria jangka pendek: meliputi bidang penghimpunan, program (pendayagunaan), support system ( IT, SDM, keuangan dan pengadaan/operasional) serta kepuasan layanan (baik internal maupun eksternal) organisasi.

Kriteria kedua adalah kriteria jangka menengah, meliputi: kemampuan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi (termasuk perubahan regulasi, situasi eksternal dan lain sebagainya). Adapun kriteria ketiga adalah kriteria jangka panjang, yaitu kemampuan sebuah OPZ untuk terus mempertahankan kehidupan organisasinya.

Memulai Organisasi Layaknya Menanam Padi

Bagi amil yang lahir dan besar di desa, tentu biasa melihat bagaimana orang menanam padi. Di balik sederhananya proses orang menanam padi, ternyata ada dua kandungan ajaran luhur didalamnya.

Pertama, menanam padi itu harus dilakukan dengan cara mundur. Mengapa mundur? Agar padi yang sudah ditanam tidak terinjak-injak dan rusak. Walaupun secara lahir terlihat mundur, sesungguhnya mereka maju, dalam arti nantinya petani akan memperoleh kemajuan. Yaitu akan memanen padi, akan bisa makan nasi, atau padinya dijual untuk kebutuhan hidup lainnya.

Kedua, menanam padi harus dilakukan dengan merunduk, karena jika dilakukan dengan berdiri, tentu bibit padinya tidak bisa tertanam. Posisi merunduk memang lebih capek, namun dengan merunduk penanaman padi bisa lebih kokoh dan menancap kuat di tanah. Hikmah merunduk juga adalah bila ingin hasilnya lebih baik, maka harus lebih kerja keras dan berani melawan rasa capek dan lelah demi hasil yang lebih baik saat panen nanti.

Petani yang menanam padi, sadar betul padi yang ditanamnya tak boleh dibiarkan tanpa perawatan dan perhatian. Ia harus secara rutin memberikan pupuk, menyiangi rumput liar, dan memperhatikan perkembangan padinya dari waktu ke waktu.

Setelah semua dilakukan, barulah seorang petani berpasrah dalam do'a dan permohonan pada Sang Pencipta, Allah SWT yang menumbuhkan padi dan berkuasa atas segala sesuatu, termasuk memberikan rezeki dalam bentuk tanaman padi yang subur dan panen padi yang baik bagi petani.

Dalam konteks organisasi pengelola zakat, para pemimpin OPZ harus dengan sabar, telaten dan penuh perhatian maksimal merawat dan menumbuhkan organisasinya masing-masing. Fungsi organisasi bukan lagi dihafal tetapi sudah harus dipraktikan dengan luwes dalam kehidupan organisasi sehari-hari. Fungsi-fungsi seperti proses menciptakan hubungan antara berbagai fungsi, personalia dan faktor-faktor fisik agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat serta terarah pada suatu tujuan harus terlihat nyata implementasinya di lapangan.

Semua fungsi pengorganisasian dilakukan agar semua aktivitas dapat bermanfaat serta terarah pada suatu tujuan. Pengorganisasian yang baik dapat memberikan beberapa keuntungan pada OPZ.

Pertama, dapat terbina hubungan yang baik antar anggota organisasi, maupun antar organisasi sehingga mempermudah pencapaian tujuan organisasi. Kedua, setiap anggota organisasi dapat mengetahui dengan jelas tugas dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing.

Hal berikutnya yang diperlukan untuk bisa mengawal efektivitas organisasi ini adalah soal kepemimpinan. Kepemimpinan sebagaimana kita tahu adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditentukan. Seorang pemimpin dapat mengarahkan dan mempengaruhi bawahan agar bersedia melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.

Agar seorang pemimpin OPZ bisa mengarahkan dan mempengaruhi bawahan yang ada dalam organisasi-nya, maka ia dituntut untuk memiliki setidaknya tiga keterampilan dasar kepemimpinan. Pertama, mampu membaca situasi. Ini penting dilakukan agar ditengah dinamika gerakan zakat, pimpinan OPZ masih tetap tajam matanya dalam melihat situasi dan kondisi lingkungan gerakan zakat. Kemampuan ini nantinya berkorelasi untuk memantau dan mendiagnosa situasi, mengantisipasi perubahan, mengambil risiko, dan membangun kepercayaan internal tim.

Kedua, kemampuan pendelegasian. Pendelegasian adalah pemberian kewenangan terbatas pada bawahan. Proses ini walau terjadi proses berbagi kekuasaan dalam waktu sementara, tapi merupakan bentuk kepercayaan yang baik bagi penumbuhan potensi kepemimpinan di masa depan. Kemampuan ini bila secara rutin dilakukan, akan meningkatkan rasa percaya diri bawahan dan kesiapan untuk menerima tanggungjawab yang lebih besar lagi.

Ketiga, kemampuan adaptasi dan reformasi. Kemampuan ini diperlukan untuk eksistensi lembaga di masa yang akan datang. Ini diperlukan untuk mengenali kekuatan dan mengkompensasikan kelemahan yang ada pada organisasi. Juga untuk mengantisipasi situasi-situasi kritis yang mungkin saja akan terjadi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement