Oleh: Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI (@Nana Sudiana)
Secara organisasi, Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) tidak berbeda dengan organisasi pada umumnya. Dan bagi Umat Islam, tentu dasar berorganisasi patokannya sama. Ingin lebih kuat dan manfaatnya bisa lebih banyak bagi kepentingan umat. Dasar menyatukan diri dalam organisasi ini disebut di dalam Alquran: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff : 4).
Atas dasar alasan inilah orang-orang menggabungkan diri dan saling menguatkan. Di dalam ayat tadi telah jelas dinyatakan bahwa Allah SWT mencintai orang-orang yang berjuang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur. Maksudnya “barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”, adalah jelas terorganisir dengan rapi. Dengan demikian berarti orang-orang yang berorganisasi itu adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT. Inilah di antara pandangan Al Qur-an terhadap organisasi.
Alasan ini lebih kokoh bilamana dibandingkan dalam urusan mengelola zakat. Mengelola zakat sendirian, tentu selain akan banyak menemui kendala dalam implementasinya juga secara fitrah pengelolaan urusan umat ini tak biasa dilakukan.
Dalam mengorganisasi inikan tak lepas dari konsep amanah, dan namanya amanah, jelas bukan kehormatan. Namun beban dan kewajiban yang harus ditunaikan, bahkan walau harus mengorbankan waktu, tenaga bahkan juga nyawa.
Baca Juga: Fokus Amil pada Solusi, Bukan Hanya Prestasi
Mengelola OPZ yang tampaknya sederhana, ternyata dalam implementasinya tak mudah. Apalagi semudah membalik telapak tangan. Selain diperlukan kesungguhan juga kesiapan mental karena dalam penunaian-nya tentu saja tak akan lepas dari adanya rintangan dan hambatan yang ditemui.
Baca Juga: 7 Hal Penting dalam Marketing Zakat
Inilah mengapa di kalangan OPZ, ada cukup banyak para pimpinan OPZ yang dengan berbagai sebab tak bisa lagi melanjutkan kepemimpinannya. Ada begitu banyak tekanan dan hambatan yang terus terjadi dan menerpa gerakan zakat, dan pastilah bagi para pimpinan OPZ hal ini bukan sesuatu yang harus ditakuti dan dihindari.
Hal tadi niscaya adanya dan ia akan terus menguji kita agar sampai pada kematangan dalam berorganisasi. Kematangan ini penting mengelola suatu organisasi, karena tambah matang, berarti akan tambah kokoh dan kuat kemampuannya dalam menimbang dan memutuskan sesuatu yang penting bagi organisasinya.
Dalam mengelola organisasi OPZ, ada 3 modal dasar dalam membangun sistem OPZ yang kuat, Inilah modal yang harus dimiliki oleh para pengelola organisasi:
Pertama, manajemen yang solid
Pada awalnya, membangun OPZ ini bisa jadi sendirian. Kalaupun ada orang lain, mungkin saja perannya terbatas. Dan, ketika OPZ sedikit demi sedikit berkembang dan terus bertumbuh, tentu tak cukup lagi dikelola seadanya. Sebagai pimpinan utama OPZ, tentu saja lama-kelamaan akan mengalami kesulitan bila mengerjakan semua hal sendirian. Kemampuan yang ada semakin tak cukup untuk melakukan sejumlah fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengawasan dan evaluasi sendirian. Pada situasi ini, tentulah diperlukan tim yang solid yang akan membantu menyelesaikan masalah yang terjadi.
Pimpinan OPZ perlu membentuk tim manajemen yang baik untuk mengelola semua bidang yang ada dalam OPZ masing-masing. Manajemen yang dipilih sendiri oleh pimpinan OPZ dan nantinya diberikan pendelegasian kewenangan tertentu inilah yang akan menjadi tulang punggung OPZ. Ia dan timnya diharapkan juga akan membawa OPZ masing-masing ke tingkat yang lebih baik.
Ada tantangan tersendiri memang ketika membentuk tim manajemen sebuah OPZ. Tim ini selain harus berkemampuan baik dan mahir serta profesional, juga harus memiliki kecocokan dengan kultur dan budaya organisasi OPZ. Dalam tim manajemen ini nantinya akan dibagi kewenangan dan sesuai dengan kedudukan-nya masing-masing. Relasi yang terbangun dengan manajemen ini tak boleh ada bias kepentingan atau conflict of interest.
Mencari dan menemukan Tim manajemen yang kuat memang tak mudah. Walaupun bila tim manajemen ini diambil dari jejaring internal OPZ, risiko kegagalan mencapai tujuan organisasi tetap ada. Ada juga OPZ yang dengan pertimbangan tertentu, mengambil langkah dengan menyewa orang untuk menjadi bos di OPZ-nya mereka. Hal ini bisa jadi karena ketika OPZ melakukan analisis internal, lalu menyadari bahwa tidak ditemukan SDM terbaik yang ada dalam OPZ yang ia kelola untuk memimpin lembaga.
Faktor lain bisa jadi pemegang amanah tertinggi di OPZ justru menemukan orang lain yang lebih baik dalam kepemimpinannya. Yang harus diingat adalah, orang yang kita sewa sebagai pimpinan, harus dipastikan ia mampu sekaligus jadi teladan bagi seluruh amil yang ada.
Karena strategisnya fungsi pendelegasian pada manajemen organisasi pengelola zakat, maka pimpinan manajemen harus bertanggung jawab atas segala sesuatu. Manajemen yang dibentuk juga, mereka punya tugas untuk penentuan strategi untuk OPZ. Mereka juga akan membentuk dan merekrut anggota tim senior lainnya.
Selain itu, mereka yang dibentuk juga harus mampu mengelola aspek pendanaan organisasi. Seorang pimpinan manajemen, saat yang sama juga harus punya keahlian berpikir strategis, dan kemampuan memutuskan kemana tujuan OPZ masing-masing.
Tim manajemen yang baik akan mampu menemukan "rute" terbaik bagi OPZ-nya ketika mengalami hambatan atau rintangan yang terjadi. Dalam konteks ini, keahlian utama yang dibutuhkan dari seorang Ketua tim Manajemen adalah dalam hal merekrut dan memberhentikan orang.
Tim manajemen yang baik idealnya dapat pula menutupi kekurangan pimpinan OPZ. Seorang pimpinan OPZ boleh jadi mengerti dan mampu mengatur strategi, memprediksi masa depan, dan mengelola anggaran, tetapi tetap saja diperlukan tim teknis yang mampu menerjemahkan semua harapan pimpinan OPZ sesuai tujuan yang telah digariskan.