Kamis 11 Jul 2019 17:36 WIB
Suara Mahasiswa

Membangun Indonesia Melalui Pendidikan

Maju dan mundur suatu negara dapat dilihat dari akses pendidikan yang terjangkau.

Ahmad Romadhon Abdillah
Foto: dokpri
Ahmad Romadhon Abdillah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Romadhon Abdillah, Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam UIN Walisongo & Mahasantri Islamic Boarding School Bina Insani Semarang

Pendidikan adalah senjata utama yang anda bisa gunakan untuk mengubah dunia (Nelson Mandela)

Ketika Jepang mengalami kehancuran akibat serangan dari pasukan sekutu Amerika Serikat. Kota Hiroshima dan Nagasaki mengalami kelumpuhan, bahkan tidak ada titik kehidupan. Namun, ketika itu Kaisar Hirohito menanyakan kepada seluruh jenderal, “Berapa jumlah guru yang tersisa?”. 

Begitu besarnya perhatian Jepang terhadap pendidikan. Jepang  yang saat itu Jepang mengalami kehancuran, kini melalui pendidikan mereka berhasil menjadi Negara maju bahkan bisa bersaing dengan Amerika Serikat dengan berbagai bidang. Hal ini bisa karena Jepang  mempunyai padangan dengan pendidikan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas akan berpengaruh majunya suatu bangsa.

Memang tidak bisa dipungkiri pendidikan menjadi sebuah kebutuhan bagi manusia untuk mengembangkan pontensi dan jati diri yang dimiliki. Jika kebutuhan ini dapat tersalurkan dan dikembangkan oleh suatu negara yang menyediakan pendidikan yang berkualitas, maka tingkat kebodohan, kemiskinan, dan angka putus sekolah tidak akan ditemukan karena SDM yang dihasilkan mampu memiliki kualitas baik secara sikap maupun kognitif.

Hal inilah yang menjadi problematika di Tanah Air yang sejauh ini belum bisa mengembangkan sektor pendidikan untuk bisa menghasilkan SDM yang memiliki kualitas dan integritas untuk membangun negara ini. Pendidikan belum menjadi prioritas yang diutamakan di negeri ini untuk membangun bangsa. Sehingga, Indonesia sampai saat ini belum bisa dikatakan sebagai negara maju. 

Kualitas dan mutu pendidikan dapat diukur melalui beberapa indikator di antaranya: angka partisipasi murid, angka putus sekolah, angka mengulang kelas, rasio siswa-guru, rasio guru-sekolah, kualitas guru, dan sarana dan prasarana. Apakah sejauh ini pendidikan di Indonesia sudah memenuhi indikator kualitas pendidikan? Tentunya, hal ini bisa dilihat dari kondisi dan realita kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves mengataan kualitas pendidikan yang rendah tercermin dari peringkat Indonesia yang masih ada di posisi tertinggi dari negara-negara tetangga yang menjadi indikatornya meliputi jumlah angka buta huruf, dan akses pendidikan yang belum merata. Jika pendidikan di negeri ini belum bisa berkualitas, maka SDM yang dihasilkan pun tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan untuk bisa bersaing dalam skala nasional maupun internasional. 

Maka, untuk bisa membangun negara Indonesia menjadi negara maju perlu memperbaiki kulitas pendidikan yang ada saat ini. Maju dan mundur suatu Negara dapat dilihat dari akses pendidikan yang dijangkau oleh masyarakatnya. Harapanya, pasca-penetapan presiden baru nanti bisa memperbaiki pendidikan di Indonesia untuk bisa menghasilkan SDM yang memiliki kualitas dan integritas untuk membangun bangsa Indonesia. Wallahu A’lamu Bil Al-Shawab

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement