Kamis 15 Aug 2019 17:01 WIB

Indonesia Terancam Kehilangan Generasi Akibat Pornografi

Kebebasan akses internet berujung pada rusaknya mental dan moral generasi muda

Anak dan Pornografi (ilustrasi)
Foto: Antara
Anak dan Pornografi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Kebebasan tanpa batas dalam akses internet pada akhirnya berujung pada rusaknya mental dan moral generasi muda Indonesia. Bangsa ini kini tengah terancam lost generation akibat terpapar pornografi di dunia maya.

Bagaimana efektivitas program revolusi mental dan pendidikan karakter selama ini? Meski Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 287 Tahun 2001 tegas mengharamkan pornoaksi dan pornografi, faktanya konten asusila ini justru makin menggila, baik yang digital maupun di dunia nyata.

Baca Juga

Generasi bangsa yang terpapar pornografi dan pornoaksi secara radikal akan mengalami berbagai kerusakan individu dan sosial. Selanjutnya, hal tersebut akan berdampak pula pada kehancuran sebuah keluarga dan bangsa.

Hasil penelurusan oleh Kemenkominfo melalui tim AIS sungguh mengejutkan, ditemukan konten negatif berbau pornografi sebanyak 898.109 konten per Juli 2019. Kondisi ini sangat membuat miris dan berbahaya bagi masa depan bangsa ini.

Tidak salah jika dikatakan bahwa bangsa ini telah memasuki darurat pornografi. Ini baru yang konten asusila berbasis digital, tentu belum yang di dunia nyata, semacam pentas musik yang sering menampilkan biduan seronok dan ditonton anak di bawah umur.

Sejak 2001 MUI sudah menyadari pornografi dan pornoaksi serta hal-hal lain yang sejeninya makin merebak dengan bebas dan tersiar secara luas di tengah-tengah masyarakat, baik melalui media cetak dan elektronik, media komunikasi modern, maupun dalam bentuk perbuatan nyata. MUI menegaskan, tayangan asusila telah merusak generasi muda, baik terhadap perilaku, moral (akhlak), maupun sendi-sendi serta tatanan keluarga dan masyarakat beradab.

Berbagai kasus seperti pergaulan bebas, perselingkuhan, kehamilan dan kelahiran anak di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, kekerasan seksual, dan perilaku seksual menyimpang merupakan contoh dampak akses terhadap pornografi. MUI merekomendasikan agar pemerintah segera menetapkan peraturan perundang-undangan dengan ancaman hukuman yang berat dan tegas bagi penyebar dan pelakunya. Secara filosofis, maraknya pornografi dan pornoaksi merupakan akibat sekulerisasi seksual yang selama ini terus dipropagan dakan atas nama kebebasan berekspresi dan HAM.

Negara adalah institusi paling bertang gung jawab atas kebaikan dan kehancuran sebuah generasi bangsa. Pasalnya, tugas negara adalah menjaga dan merawat rakyat agar berjalan di atas rel yang benar. Kehancuran moral generasi muda meru pakan awal dari kehancuran sebuah negara. Negara adalah institusi yang memiliki hampir semua kekuatan untuk bisa memblokir informasi apa pun yang merusak anak bangsa.

Indonesia harus bisa meniru negaranegara yang telah mampu memblokir dan membersihkan konten asusila untuk kebaikan generasi mudanya. Pasalnya, menyela matkan anak bangsa artinya menyelamatkan negara ini dari kehancuran.

Slogan revolusi mental, jika memang benar, harus diarahkan kepada upaya maksi mal untuk memperkuat moralitas anak bangsa. Liberalisme atas nama HAM merupakan virus paling berbahaya bagi ancaman masa depan bangsa ini.

Seluruh elemen kekuatan negara harus dikerahkan untuk mengadang serangan virus asusila ini. Negara harus memiliki sistem aturan yang kuat dan tegas. Visi pendidikan karakter yang selama ini diusung pemerintah jangan sebatas teori di sekolah-sekolah.

Pendidikan karakter juga harus menyentuh kehidupan masyarakat dengan meman tau dan mengawasi berbagai aktivitas yang berbau asusila. Seluruh media massa elektronik dan tulis harus diawasi secara ketat. Ne gara harus memberikan sanksi yang tegas bagi yang melanggar.

Visi pendidikan karakter secara esensial adalah upaya untuk membangun generasi bangsa yang beriman, bertakwa, dan ber akhlak. Karena itu, pendidikan karakter atau revolusi mental harus berbasis nilai agama.

Pasalnya, iman dan takwa adalah istilah yang berakar dari ajaran agama, khususnya Islam. Institusi keluarga juga merupakan elemen sosial yang ikut bertanggung jawab atas kondisi ini. Kebebasan anak memiliki gawai merupakan awal dari terpaparnya anak akan pornografi digital.

Kesibukan orang tua bekerja sering kali menjadi penyebab kurangnya kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak. Visi kema nusiaan yang beradab tidak akan bisa dicapai bangsa ini jika pornografi berbasis digital dan dunia nyata ini tidak dihentikan.

Akses internet yang bebas tanpa batas sama saja dengan negara ini menyengaja untuk bunuh diri. Tidak ada masa depan bagi bangsa ini jika anak mudanya amoral. Per adaban bangsa bisa dicapai oleh manusia beradab, bukan manusia biadab.

Bangsa yang baik adalah bangsa yang bisa belajar dari sejarah dan menyiapkan generasi yang baik pada masa depan. Masa depan bisa dimaknai dengan masa yang akan datang di dunia tetapi bisa juga keselamatan di akhirat.

Sebab, bagi orang beriman, kehidupan bahagia yang hakiki adalah keselamatan di akhirat. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Hasyr: 18).

TENTANG PENULIS: AHMAD SASTRA, Dosen Pascasarjana UIKA Bogor

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement