REPUBLIKA.CO.ID, Teka-teki ibu kota baru terpecahkan. Letaknya di Kalimantan Timur. Tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kertanegara. Presiden-Wapres, menteri-menteri, anggota DPR, dan ratusan ribu aparatur sipil negara (ASN) bakal dipindahkan ke daerah itu mulai tahun 2024.
Demikian ikhtisar pengumuman yang disampaikan Presiden Joko Widodo beserta sejumlah menteri dan gubernur Kaltim di Istana Negara, kemarin. Presiden mengumumkan ibu kota ini dalam satu siaran media sosial, YouTube. Bukan dalam siaran televisi pada umumnya.
Proyek perpindahan ibu kota negara ini proyek besar, proyek penting. Isunya sudah berkembang sejak Orde Lama. Presiden Sukarno dkk ketika itu juga sempat menimbang untuk meninggalkan DKI Jakarta. Namun, megaproyek ini tak terdengar kabarnya semasa Orde Baru.
Bahkan, rencana itu tetap terselip, tersimpan entah di mana, semasa pergantian rezim 1998. Pada era Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, hingga dua periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, membicarakan pindahnya ibu kota negara senyap saja. Sampai kemudian Presiden Jokowi berkuasa.
Pemerintahan Presiden Jokowi memang gemar dengan konsep megapembangunan. Kita bisa melihatnya dari lima tahun pertama pemerintahan itu. Jokowi menggenjot pembangunan infrastruktur di luar Jawa. Membangun jembatan, pembangkit listrik, jalan, jalan tol, pelabuhan, tol laut, bendungan, rel kereta api, jalan transprovinsi, kawasan industri, kawasan megapariwisata, dan lain sebagainya.
Presiden pun selalu berkeliling daerah untuk memantau perkembangan proyek tersebut. Ada yang proyeknya berjalan mulus dan diresmikan cepat. Namun, ada pula proyek yang mandek, kurang cepat berkembang, sampai belum tuntas meleset dari target.
Pembangunan di luar Jawa adalah berkah bagi warga di sana. Tidak dapat dimungkiri, sejak 1998 sampai 2014, fokus pembangunan infrastruktur dan ekonomi masih terpusat di Jawa. Ini yang kemudian membuat rasa cemburu di daerah begitu besar pada pusat (Jawa). Bagaimana misalnya pendapatan satu daerah mencapai puluhan triliun rupiah, tetapi yang kembali ke daerah itu hanya satu dua triliun rupiah. Sisa terbesarnya tetap dinikmati warga Jawa.
Namun, efek pembangunan infrastruktur besar-besaran era Presiden Jokowi menyakiti APBN. Bangsa ini harus lebih rajin berutang karena kekurangan duit pembangunan. Utang pemerintah pun melonjak signifikan dibandingkan pemerintahan sebelumnya. Faktor utama alasan Indonesia berutang adalah setoran pajaknya masih jauh dari cukup.
Ini pula yang akan dihadapi oleh megaproyek ibu kota negara nanti. Megaproyek ini pasti menyedot sumber daya manusia yang amat banyak. Karena itu, kita wanti-wanti dari mula, megaproyek ini harus melibatkan warga sekitar. Harus menguntungkan warga Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara, mengangkat kesejahteraan mereka.
Yang pindah boleh kota di Jawa, tapi yang makmur jangan sekadar Jawa, tapi juga Kalimantan dan pulau lainnya. Jangan justru perpindahan ini tetap menguntungkan satu kelompok tertentu, satu lingkaran bisnis tertentu, atau kepanjangan tangan dari oknum makelar ekonomi di Jawa.
Toh, salah satu tujuan yang disampaikan memindahkan ibu kota negara memang untuk menggerakkan lebih cepat roda ekonomi daerah. Tak sekadar memindahkan barang dari Jawa ke Kaltim, tapi memang membangun seutuhnya di sana sehingga bisa memaksimalkan potensi lokal bersama-sama.
Harapan warga di sana sudah demikian tingginya. Kepindahan ibu kota negara akan benar-benar menggerakkan ekonomi mereka. Pergerakan lalu lintas barang lokal, kebutuhan tenaga kerja, pertumbuhan kota-kota pendukung di sekitar kabupaten utama, dan lain sebagainya menjadi prioritas. Kata kuncinya gotong royong. Jangan sampai ada kecemburuan sosial saat megaproyek ini berlangsung. Pemerintah sudah diperingatkan.
Ini memang rencana yang amat besar. Semoga bisa terlaksana sesuai jadwal. Kita berharap tak ada hambatan dalam soal pendanaan proyeknya dan perpindahan aset di Jakarta dari pemerintah ke swasta. Lebih luas lagi, kita berharap perpindahan nanti sejatinya adalah sebuah kerja besar bersama satu bangsa.