Senin 02 Sep 2019 05:42 WIB

Perayaan Tahun Baru Islam yang Mengharukan

Umat Islam di Indonesia tidak protes perayaan tahun baru hijryah tak dirayakan.

Warga melakukan pawai obor menyambut Tahun Baru Islam 1440 Hijriyah di kawasan Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (10/9) malam
Foto: Abdan Syakura
Warga melakukan pawai obor menyambut Tahun Baru Islam 1440 Hijriyah di kawasan Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (10/9) malam

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Geisz Chalifah, Produser Jakarta Melayu Festival.

Sebagai anak yang terlahir dan besar di Jakarta saya tak pernah mengalami perayaan satu muharram dirayakan besar-besaran seperti hari ini, 31 Agustus 2019,

tahun baru Hijriyah 1441. Dulu sekali hanya ada dua perayaan di Jakarta yaitu disebut Malam Muda Mudi menyambut ulang tahun Jakarta 22 Juni, dan satunya lagi malam tahun baru masehi. Dua malam itu resmi diadakan oleh Pemprov DKI Jakarta.

Belakangan di akhir-akhir masa Presiden Soeharto, malam Idul Fitri diadakan acara di Monas berupa pemukulan bedug dan lain-lain. Acara itu hanya beberapa kali saja dan kemudian tak pernah ada lagi.

Yang menarik adalah di malam tahun baru masehi. Setiap malam tahun baru tiba, beberapa tempat dibilangan Jakarta, salah satunya di Jakarta Timur diadakan tabligh akbar.

Jadi tak hanya di Jalan Sudirman Thamrin yang ramai oleh lalu lalang manusia dan panggung musik, tetapi di sebagian tempat lainnya pun diadakan perayaan malam tahun baru dengan mengadakan tabligh akbar. Umat Islam tak pernah protes tak pernah, mengatakan diskriminatif atas perlakuan pemerintah yang hanya mengadakan perayaan malam tahun baru Masehi, tetapi sunyi sepi bila malam tahun baru hijriyah.

Puluhan tahun republik ini berdiri dinegara mayoritas muslim terbesar di dunia, tak pernah dirayakan malam tahun baru hijriyah. Dan umat islam duduk manis menerima dengan apa adanya. Kalaupun ada perayaan maka biasanya diadakan oleh inisiatif masyarakat sendiri, d ikampung-kampung di jakarta dengan pawai obor atau tabligh akbar di beberapa tempat tapi tak pernah pemerintah (DKI) berinisiatif merayakan malam tahun barunya umat Islam.

Tahun berganti masa berganti, Anies terpilih menjadi Gubernur,  dia hadir memberi keadilan pada semua. Dia mendatangi Milad FPI, lalu hadir di ulang tahun Gereja Imanuel.

Semua kelompok dirangkul semua orang disapa, semua warga mendapat porsi yang sama, rakyat kecil dilindungi, yang kuat diayomi agar semua taat pada aturan.  Tahun Baru Hijriah kali ini adalah fenomenal dan mengharukan.  Seorang Gubernur berinisiatif memberi ruang pada umat Islam agar bisa merayakan tahun baru miliknya, mendapat kesempatan yang sama untuk bergembira.

Keadilan tidak hadir hanya lewat narasi dalam kampanye, tak hadir bila hanya berada  dalam teks konstitusi yang dibacakan setiap upacara. Keadilan hadir dalam kebijakan pemilik otoritas bila semua orang mendapat kesetaraan kesempatan.

Wajah baru Jakarta, Jakarta untuk semua, untuk semua lapisan, untuk semua golongan, untuk kamu juga untuk saya. Maju Kotanya bahagia warganya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement