Oleh: Magfiroh Yenny, jurnalis senior mantan wartawan Republika
Saya masih ingat. Saya satu kapal dengan Presiden Habibie, di acara peringatan Hari Iptek Nasional di Manado, lupa tahun berapa. Hanya dua wartawan yang diizinkan ikut kapal presiden, wartawan Republika (saya) dan almarhum Bang Ersa Siregar (wartawan RCTI yang wafat saat disandera GAM).
Saat itu Habibie happy sekali, bersama almarhum Bu Ainun di atas kapal, wajahnya berbinar diterpa angin laut. Dan celakanya, tape recorder kecil saya waktu itu kok jatuh ke laut. Padahal, tape itu berisi rekaman-rekaman wawancara penting saya. Pasukan katak segera menyelam mengambil tape kecil saya, dapet sih, tapi ya rusak pastinya....
Ya Tuhan ... Saya tidak tahu apa Habibie melihat atau tidak keteledoran saya saat rekaman itu jatuh. Malu banget sama beliau. Yang jelas, saya terpaksa nulis berita dengan modal ingatan saja, termasuk kutipan-kutipannya.
Saya juga ingat bagaimana gagahnya Presiden Habibie memasuki Ruang Sidang Umum MPR 1999 dengan eksperesi penuh percaya diri, saat akan menyampaikan laporan pertanggung jawabannya sebagai Presiden. Meskipun kala itu diteriaki 'huuuuu' yg panjang oleh para anggota dewan beliau tetap melangkah tegap penuh keyakinan. Lalu, laporannya ditolak.
Hanya sebagian anggota parlemen yang menangisi perlakuan anggota parlemen kepada Habibie. Salah satunya adalah anggota DPR dari Aceh, Nurdiati Akma. Ketika dia berpidato mewakili pandangan fraksinya, ibu ini menangis sesenggukan betapa Habibie itu selama ini menjadi sosok impian para anak Indonesia, namun saat itu seolah tak ada harganya. Teriakan 'huu-huuu' di sebuah acara kenegaraan tertinggi yang dilakukan oleh anggota parlemen adalah catatan sejarah yang jelas mencoreng dan memilukan. Apalagi, saat itu Habibie masih menjabat sebagai Presiden yang resmi.
Melihat itu, maka langsung meneteslah air mata saya yang tengah duduk di tribun pada saat liputan Sidang Umum MPR itu. Namun, melihat tegarnya beliau, dalam hati saya hati sontak berkata: Aahhhh ... Kalian-kalian ini ternyata tidak cukup pintar untuk menghina Habibie.
Sebab, fakta berikutnya saya pun tidak lupa, bagaimana di bawah kepempinan Presiden Habibie, para Menteri dan jajarannya dipaksa bekerja keras. Dolar yg melambung di kisaran angka Rp 17 ribu bisa turun drastis menjadi Rp 6.000. Luar biasa....!
Maka sekarang, selamat jalan Pak Habibie. Sosok Mr Crack yg begitu dikagumi dunia, yang menemukan Crack Progression Theory yg detail menghitung hingga level atom letak awal keretakan pesawat. Terutama pada sayap yg menjadi tumpuan tekanan saat take off, landing, maupun turbulensi.
Masya Allah ... Jasadmu boleh mati, tapi tidak semangat dan ilmumu.... Husnul khatimah, surga untukmu Pak ... Aamiinnnn.