REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Sugema
Gambaran itu mulai tertangkap dengan business cycle analysis, di mana komponen siklis sedang berada di atas pertumbuhan potensial. Artinya apa? Ekonomi Indonesia sedang menanjak dan itu lebih didorong oleh faktor-faktor internal.
Seperti halnya negara-negara besar lainnya, kemajuan ekonomi dalam jangka menengah dan panjang selalu ditentukan oleh kemampuan pemerintah dan warganya dalam mengelola potensi internal. Tentu kita tidak bisa mengesampingkan faktor eksternal seperti gonjang-ganjing yang diciptakan oleh Trump dan merosotnya pertumbuhan negeri Tiongkok.
Namun, hal-hal seperti itu hanya akan sangat terasa oleh negara kecil seperti Singapura atau negara besar yang fundamental ekonominya sedang melemah. Bersyukur, fundamental internal Indonesia sedang menanjak.
Persiapan foto Kabinet Kerja 2 Jokowi - Maruf
Kalau kecepatan pembangunan infrastruktur bisa kita replikasi ke sektor-sektor lainnya, kemajuan ekonomi Indonesia akan makin solid. Ada lima hal yang perlu direvolusi, yakni birokrasi, pendidikan, kesehatan, energi, dan kapasitas pemerintah daerah.
Jika hal Ini bisa dilakukan, dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan Indonesia akan muncul sebagai negara industri baru. Logikanya sederhana saja, pembangunan infrastruktur yang masif akan memiliki dampak positif yang maksimal jika ditopang oleh birokrasi yang efektif, sumber daya manusia yang mencukupi secara kuantitas maupun kualitas, energi yang murah dan ramah lingkungan, serta pemerintah daerah yang responsif terhadap dunia usaha.
Infrastruktur fisik selama ini merupakan bidang yang sangat kelihatan prestasinya dalam lima tahun terakhir dan tampaknya akan makin diakselerasi. Saya tidak akan memberikan penilaian apakah anggota kabinet yang baru akan mampu mencetak rekor baru dalam pembangunan di kelima bidang tersebut. Ini merupakan jenis revolusi yang tak kasat mata dan hanya bisa dirasakan hasilnya kalau sudah terjadi, dengan pengecualian di bidang energi tentunya.
Menteri Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Maju.
Dengan makin luas dan meratanya infrastruktur transportasi, pergerakan barang dan orang akan makin efisien dan murah. Inflasi akan makin terjaga. Destinasi wisata lokal akan makin mudah dikunjungi. Produk pertanian dari desa akan membanjiri kota.
Waduk dan bendungan akan menjamin ketersediaan air untuk pertanian, keperluan rumah tangga, maupun energi listrik. Lahan pertanian yang tadinya tidak bisa dimanfaatkan selama musim kering kini sudah bisa produktif.
Ketersediaan listrik sampai pelosok tidak hanya membuat desa menjadi terang benderang. Terlebih penting lagi adalah terciptanya kesempatan usaha baru akibat efek dari bertambah panjangnya office hour di desa. Waktu produktif penduduk desa makin banyak.
Karena itu, hampir tidak ada alasan untuk kita pesimistis tentang lima tahun ke depan. Apa yang tercapai dalam lima tahun terakhir akan kita tuai buahnya tidak lama lagi. Namun, yang justru menjadi harap-harap cemas adalah apakah kecepatan pembangunan di bidang nonfisik akan mampu mengikuti kecepatan pembangunan fisik.
Pembangunan manusia memang dijanjikan akan menjadi fokus dalam lima tahun ke depan. Namun, kita belum begitu pasti tentang apa yang sebenarnya akan dilakukan.
Barangkali untuk menambah optimisme, kita harap ada gebrakan yang sangat nyata dalam seratus hari pertama para menteri bekerja. Terutama sekali gebrakan itu adalah di bidang energi, pendidikan, kesehatan, birokrasi, dan kapasitas pemerintah daerah. Semoga bukan harap-harap cemas.