REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Geisz Chalifah
Gempa dan tsunami di wilayah Banten hanya terjadi dalam beberapa menit, tetapi efeknya hingga berbulan-bulan. Jakarta yang paling mendapatkan dampaknya adalah Taman Impian Jaya Ancol.
Akhir Desember 2018 ditargetkan pengunjung malam tahun baru akan mencapai di atas 200 ribu orang. Namun yang terjadi sejak 25 Desember 2018 sampai Mei 2019 jumlah pengunjung menurun drastis.
Di malam tahun baru pengunjung yang memasuki Ancol hanya 40 ribuan orang, bahkan lebih rendah dibanding hari-hari libur biasa. Efek psikologis itu berlanjut sampai dengan bulan-bulan berikutnya.
Hampir semua rombongan dan kegiatan yang sudah direncanakan di Ancol dibatalkan. Ancol sepi-sesepinya. Dalam kondisi demikian ada pula manusia yang tak bertanggung jawab yang mengirim video hujan angin yang terjadi di pantai di Kalimantan dengan caption terjadi di Ancol.
Liburan yang mendekati pantai adalah tempat yang paling dijauhi oleh masyarakat. Januari, Februari, Maret 2019, trend penurunan pengunjung terus berlangsung. Lalu memasuki bulan April mulai merambat naik namun demikian memasuki bulan puasa (Mei) Ancol kembali sepi.
Hal ini dapat dilihat dari laba bersih perusahaan belum mampu melampaui kinerja tahun sebelumnya yaitu negatif lebih dari Rp 31 Miliar.
Sejak tsunami terjadi yang efek psikologisnya demikian panjang. Menjadi kajian yang terus menerus dan sekaligus membuat beragam program yang tak henti-hentinya.
Bagian marketing, even, dan unit-unit rekreasi bekerja tanpa lelah. Menelurkan beragam ide dan mengeksekusi dengan secepat-cepatnya.
Dari lingkaran atas 'para direksi' memutuskan selama tiga bulan tak ada hari libur. Sabtu dan Ahad maupun hari libur nasional semua direksi dan GM tetap masuk kerja.
Dalam sisa waktu hanya 6 bulan, semua "kerugian" (negatif pendapatan) yang diderita sejak tsunami terjadi harus dikejar secara serius dan simultan. Diskon memasuki Dufan dan unit-unit lain digelar. Acara demi acara sepanjang pekan di peragakan di Pantai Timur. Puluhan ribu pengunjung kembali hadir, sektor retail kembali bergelora.
Ancol menggeliat bukan hanya seperti tahun lalu, tetapi bangkit dua kali lebih kuat, lebih gagah dan lebih tegar menghadapi semua masalah. Akhir tahun 2019 menjadi fase krusial, apakah akan tetap mengalami negatif pendapatan dibanding tahun sebelumnya atau mampu menyamakannya dengan tahun lalu.
Tahun baru dan hari-hari lainnya dilibur bulan Desember menjadi target dan harapan untuk menutupi semua kekurangan. Dan yang terjadi Ancol sudah berhasil menutupi negatif pendapatan akibat efek tsunami yang berbulan-bulan itu sebelum tahun baru berlangsung.
Minggu pertama Desember, nafas para direksi sudah kembali lega. Kerja keras yang tak mengenal waktu memberi hasil yang luar biasa.
Ancol bukan saja sudah menyamakan, tetapi berhasil melewatinya walaupun mengalami masalah panjang di awal-awal tahun. Insya Allah bila semua berjalan dengan baik sampai 31 Desember. Ancol bukan saja mampu menyamakan pendapatan dibanding tahun lalu namun mampu melewatinya dan mendapat laba bersih di atas tahun lalu.
Saat bertemu dengan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Bapak Muhammad Taufik dalam sebuah perbincangan di Restoran Putri Duyung, beliau berjanji akan memberi award pada direksi Ancol bila mampu mengatasi penurunan pendapatan di lima bulan pertama pasca-tsunami Banten.
Rasa-rasanya M Taufik harus menepati janjinya untuk memberikan penghargaan kepada BUMD PT Pembangunan Jaya Ancol yang bekerja tanpa mengenal waktu dan berhasil melewati tantangan yang luar biasa itu.