REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Afdhal Aliasar*
Suatu ketika saya berkesempatan terbang mempergunakan airlines terkemuka, alhamdulillah. Perjalanan yang rencananya akan memakan waktu cukup panjang dari Cengkareng, Jakarta menuju Heathrow, London harapannya tentulah tidak membosankan. Sebagaimana kebiasaan sebelum terbang saya selalu cek seat number dan juga pilihan menu makanan. Saya termasuk yang cukup ketat dalam memilih dan bertanya akan tersedianya makanan halal, walaupun tidak seketat istri saya yang kalau dalam urusan makanan ini nanyanya lebih sering.
Mencari pilihan menu halal di aplikasi mobile airlines ini ternyata susah juga, ngga ketemu ternyata. Banyak pilihan makanan, mulai dari vegetarian meals, medical meals, young traveller meals, religious meals dan banyak lainnya. Saya berpikir halal tersembunyi di antara religious meals tersebut.
Ada Vege Hindu meal, Non-Vege Hindu meal, Kosher meal, tapi kok ya halal tetap aja ngga ketemu. Pencarian kemudian beralih dari aplikasi mobile ke website, siapa tahu di website lebih lengkap pikir saya. Tetap saja ngga ketemu pilihan halal. Namun akhirnya pandangan saya menangkap sebuah paragraf di sana yang bertuliskan: All meals provided by… are halal. Alhamdulillah, jadi ngga perlu memilih. Ternyata halal bukan lagi sebuah pilihan.
Ternyata di sebuah airlines yang sudah 5 kali terpilih sebagai Airlines of the Year dari Skytrax, di sebuah airlines yang terkemuka dan merupakan salah satu world's best airlines, halal bukan lagi pilihan. Airlines ini sudah menerbangkan jutaan penumpang dari seluruh penjuru dunia, dan mereka sangat menikmati servisnya termasuk penyediaan makanan selama penerbangan berlangsung.
Semua makanan adalah halal, namun mereka tetap memberikan layanan minuman non-halal (wine/alkohol) sebagai pilihan layanan bagi penumpangnya dengan menginformasikan terlebih dahulu tentunya. Every body is happy dan semua menikmati ini.
Konsep halal yang universal, untuk semua tanpa memandang suku bangsa, ras dan budaya serta bahkan agama, membuatnya bisa dinikmati oleh semua orang. Konsep halal yang berasal dari Islam, tetapi sekarang ternyata sudah menjadi standard global, walau mungkin belum di semua tempat, at least di airlines international ini demikian adanya.
Lifestyle yang berkembang untuk mengkonsumsi makanan halal ternyata sudah menjadi gaya hidup yang kekinian dalam era global tanpa batas ini. Para pebisnis pun sangat menyadari hal ini dan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk konsumennya, airlines di atas adalah salah satu contohnya.
Jadi kalau ngga perhatian dengan perkembangan lifestyle ini, ya akan ketinggalan. Dan ketinggalan bukanlah sesuatu yang diinginkan, apalagi oleh pebisnis yang tetap memiliki konsep pembeli adalah raja yang kebutuhannya perlu untuk dilayani.
Di Indonesia pun, gaya hidup halal berkembang pesat. Bertanya kepada pelayanan restaurant sebelum memesan, apakah makanan di sini halal? Bukan lagi menjadi hal yang aneh. Dan para pebisnis makanan pun menyambutnya dengan baik.
Semakin banyak informasi halal disampaikan pada konsumennya ternyata terang-terang dapat mendongkrak penjualan mereka. Ini side effect sih, namun yang utama adalah layanan bagi konsumen yang membutuhkan halal tersedia itulah yang utama.
Namun bukan Indonesia namanya kalau tidak ada banyak dinamikanya. Bertanya akan menu halal kepada pelayan rumah makan Padang tentunya akan membuat pelayannya berkernyit dahi, tapi trend memberikan informasi yang jelas tentu perlu terus dikembangkan. Apalagi dengan makin banyaknya zat additive makanan yang saat ini dibuat dari material non-halal. Dengan adanya logo hijau LPPOM MUI atau nanti BPJPH di pintu restoran atau di brosur makanan akan membuat hati lebih tenang, simple dan ngga nyusahin pake tanya-tanya… gitu aja.
*penulis adalah professional sociopreneur, yang saat ini bekerja sebagai direktur pada Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) - Indonesia