REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI
"Berikan aku seribu orang tua akan aku cabut semeru dari akarnya, tapi berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”. (Ir Soekarno)
Pemuda adalah energi dunia untuk berubah dan menjadi lebih baik. Begitupun dalam gerakan zakat, pemuda, dalam hal ini amil muda adalah energi masa depan zakat Indonesia. Ini bukan soal dikotomi tua dan muda. Bukan pula terkait siapa yang lebih baik diantara keduanya.
Dalam hidup, harus ada keseimbangan agar bisa harmoni. Para masayaikh (orang-orang tua) diperlukan untuk memberi kebijaksanaan dan hikmah, dan akan lebih lengkap bila ada para pemuda yang akan menyalakan kebijakan ini menjadi lebih kuat dan terimplementasi dengan baik. Orang tua punya wibawa, dan anak muda memiliki tenaga yang tak terhingga.
Wibawa yang dimiliki orang tua, sebagaimana didefinisikan oleh KBBI memiliki makna : "(1). Pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik, (2). Kekuasaan".
Kebijaksanaan, wibawa dan kharisma orang-orang tua, para senior di gerakan zakat masih sangat diperlukan untuk memberi ruh dan arah yang benar bagi gerakan zakat di negeri ini. Dengan kebijaksanan-kebijaksanaan yang lurus, gerakan zakat ke depan diharapkan mampu terus bertahan lama dan tak lekang oleh beragam rintangan yang muncul menghadang.
Kebijaksanaan ini juga penting bagi ekosistem kepemimpinan gerakan zakat ke depan. Tanpa ada arah dan kebijaksanaan, nilai-nilai kepemimpinan tak akan tumbuh subur. Para pemuda yang kelak akan meneruskan gerakan zakat ini memerlukan arah kepemimpinan yang terus diperbaharui dari waktu ke waktu. Kepemimpinan gerakan zakat butuh ruh yang menguatkan untuk menyambungkan semangat dari generasi ke generasi.