Selasa 25 Feb 2020 16:18 WIB

Musuh Pancasila adalah Musuh Agama

Masalah kemiskinan, korupsi, radikalisme tak sejalan dengan nilai pancasila dan agama

Mural lambang Garuda Pancasila.
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Mural lambang Garuda Pancasila.

REPUBLIKA.CO.ID, Kalau melihat aneka tanggapan dan kritik terhadap pernyataan kontroversial Ketua BPIP Yudian Wahyudi yang menyebut agama adalah musuh terbesar Pancasila, kesannya tidak ada lagi pertentangan esensial antara agama (Islam) dan Pancasila. Di dalam Pancasila sudah terkandung nilai-nilai agama Islam, terutama dalam konteks (meminjam bahasa budayawan Sujiwo Tedjo) puncak-puncak sosio-kulturalnya atau dalam istilah sejarawan Kuntowijoyo, bahwa Pancasila itu adalah “objektivikasi” Islam (Kuntowijoyo, 2000).

Dengan demikian, apa yang disebut musuh Pancasila sebenarnya adalah musuh agama juga. Sebutlah masalah kemiskinan, ketimpangan sosial, korupsi, radikalisme, atau ekstremisme agama, semua itu tak sejalan dengan nilai Pancasila dan agama sekaligus.

Memang kalau menyimak risalah sidang-sidang BPUPKI 1945 dan sidang-sidang Konstituante 1950-an, pernah terjadi pertentangan keras antara ideologi Islam dan Pancasila. Namun, hal tersebut mesti dimaknai dalam konteks dialektika pemikiran the founding fathers dalam mencari dan menemukan format pedoman hidup bersama sebagai bangsa. Namun, dalam perjalanannya, aneka kepentingan politik kemudian kerap menyubordinasi Pancasila.

Pada masa Orde Lama, pemaknaan Pancasila dihegemoni golongan berkuasa yang dipengaruhi paham komunis untuk mengikis pengaruh kelompok agama dan pro-demokrasi. Pelaku kekuasaan mengeklaim paling Pancasilais, tetapi sebenarnya justru menyelewengkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

Pada masa Orde Baru, penyimpangan Pancasila lebih sistemis. Pada mulanya juga tidak ada kesan terjadinya perbenturan agama dan Pancasila.

Namun, hegemoni makna atas Pancasila dari penguasa justru, antara lain, dengan mendiskreditkan kelompok-kelompok yang dianggap tidak Pancasialis. Stigmatisasi atas kelompok-kelompok Islam tertentu sebagai anti-Pancasila akhirnya seolah mengafirmasi adanya kelanjutan pertentangan ideologi Islam dan Pancasila.

Otoritarianisasi Pancasila akhirnya membawa implikasi serius. Aneka kebijakan pemegang kuasa politik dan hasil-hasilnya justru mencerminkan pengkhianatan terhadap nilai-nilai dasar negara itu sendiri.

Pada tahap ini, yang terjadi bukan lagi soal perbenturan Pancasila dan agama, melainkan terputusnya korespondensi antara Pancasila dan kenyataan. Maraknya KKN pada masa Orde Baru, termasuk di lingkungan keluarga Soeharto, merupakan contoh pengkhianatan serius terhadap kelima sila Pancasila.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement