Kamis 27 Feb 2020 14:22 WIB

Catatan Ilham Bintang: Terbayang Shalat Subuh di Nabawi

Arab Saudi melarang kedatangan jamaah umroh menyusul penyebaran virus corona.

Ilham Bintang dan Isteri mencoba kereta Haramain.
Foto: ilham bintang
Ilham Bintang dan Isteri mencoba kereta Haramain.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ilham Bintang

Terbayang-bayang Shalat Subuh di Masjid Nabawi, Madinah, dalam cuaca dingin, 14-15 derajat celcius. Juga Shalat Jumat nanti, serta ziarah ke tempat bersejarah di dua kota suci Madina dan Makkah.

Di Makkah tentu lebih asyik lagi tawaf dan sa’i dalam cuaca seperti di Eropa. Karena itulah antara lain sejak awal bulan saya dan istri memutuskan untuk umroh. Berangkat dari Jakarta ke Madinah Kamis (27/2) dengan Garuda GA 960. Visa sudah saya kantongi pekan lalu, suntik vaksin meningitis sebagai kelengkapannya, seperti kartu kuning yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan sudah di kantong juga.

Seperti tahun lalu, umroh kami sekarang pun tanpa travel. Urus sendiri. Dari booking tiket dan hotel. Di Madinah maupun Makkah. Mutawwif baru semalam kami kontak. Referensinya dari Dirut Anta Umrah, Iwan Giwangkara. Pak Bos Iwan ini juga yang mengurusi visa kami yang selesainya cepat, cuma dua hari.

Umroh dengan kunjungan pertama di Kota Madinah baru untuk pertama kali kami  jalani. Sebelum terbalik. Masuk Makkah dulu baru ke Madinah. Kami akan menetap di Madinah 5 hari dari 27 Februari sampai 2 Maret. Setelah itu berangkat ke Makkah dengan kereta cepat Harramain Highspeed. Dengan kereta ini Madinah-Makkah ditempuh hanya dalam tiga jam. Saya sudah pernah mencobanya tahun lalu.

Namun semalam berubah situasinya. Rupanya, kereta cepat itu hanya beroperasi Kamis sampai Ahad. Maka semalam itu juga saya kontak Ustadz Jumdan, mutawwif kami di Makkah. Minta carikan mobil GMC untuk tumpangan dari Madinah-Makkah, Senin (2/3) pagi selepas sarapan.

Sampai jam 12 malam baru rampung urusan handeling di Tanah Suci. Habis Shalat Subuh periksa kembali barang bawaan. Beres. Tidak ada yang terlupa. Selanjutnya siap-siap jogging pagi satu jam.

Saat mengenakan sepatu, sekitar jam 6 pagi, dr Yassin Bintang, putera nomer dua kirim pesan lewat whatsapp. Isinya mengejutkan. Dia meng-capture isi FB Jamal Bilad, bos Travel Al Bilad. Isinya mengejutkan: Saudi menghentikan pemberian visa Umrah. Bagi yang sudah memperoleh visa pun ditolak masuk Tanah Suci.

Saya tidak hirau lagi dengan Marah Sakti Siregar, wartawan senior, tetangga yang datang menjemput untuk jogging pagi tadi. Kebetulan pula mendadak hujan, sehingga jogging boleh dilupakan.

Saya segera mengontak beberapa kawan yang punya hubungan dengan Saudi atau umroh. Namun sepagi itu tak mudah mengontak orang. Hanya Iwan Giwangkara yang menyahut. Jamal saja, sumber pertama penyebaran info itu sama sekali tidak merespons. Tiga jam kemudian baru merespons. Dia sakit vertigo. Tidak bisa bangun dari tempat tidur. Dari Iwan sekejap saja informasi jadi terang benderang.

Saudi memang betul melarang jamaah umroh masuk di Tanah Suci untuk sementara. Secara eksplisit disebut juga Saudi melarang masuk Masjid Nabawi. Artinya, jamaah yang sudah terlanjur tiba di Madinah pun dilarang beribadah ke Masjid Nabawi.

Iwan melengkapi informasinya dengan foto dan video jamaah umroh Indonesia yang tiba di Bandara King Abdul Azis, Jeddah dengan pesawat Saudi. Foto-foto dan video itu diambil Rabu (26/2) malam. Menggambarkan satu per satu jamaah diperiksa suhu badannya di atas pesawat. Pemeriksaan itu berlanjut menjelang check-in di imigrasi.

photo
Jamaah umrah Indonesia diperiksa suhu tubuhnya oleh Pemerintah Arab Saudi sebelum turun dari pesawat.

Setelah mempelajari semua informasi itu, saya dan istri dengan berat hati memutuskan membatalkan keberangkatan. Langkah selanjutnya mengontak Garuda, hotel, dan Mutawwif.

Di Tanah Suci, mungkin karena masih Subuh di sana, Mutawwif baru menjawab dua jam kemudian. Itu pun masih akan mengkonfirmasi semua informasi kepada pihak yang terkait. Mutawwif di Madinah malah sempat balas saya, menganggap larangan itu hoax. Dalam hati dia pasti menjerit. Banyak jamaahnya akan tiba Kamis malam ini di Madinah.

photo
Jamaah umrah Indonesia diperiksa suhu tubuhnya oleh Pemerintah Arab Saudi sebelum turun dari pesawat.

Meski kecewa saya dapat memahami keputusan pemerintah Arab Saudi. Ini menyangkut keselamatan jiwa warganya. Mereka tidak mau mempertaruhkan jiwa warganya dengan tujuh juta jamaah yang berumroh tiap tahun.

Pemasukan besar dari jamaah itu tidak membuat mereka tergiur. Seperti itulah sikap pemerintah di mana pun. Apalagi menghadapi virus corona yang tidak berwujud. Tidak bsa sembarangan menerima tamu masuk negaranya. Apalagi sampai menawarkan berbagai fasilitas untuk dikunjungi di tengah kecamuk wabah itu di seluruh dunia.

photo
Jamaah umrah Indonesia diperiksa suhu tubuhnya oleh Pemerintah Arab Saudi sebelum turun dari pesawat.

Berumroh dalam cuaca dingin kami batalkan. Tetapi tetap saja sulit mengusir bayangan nikmatnya betibadah di Tanah Suci, Makkah dan Madinah. Masih terbayang-bayang nikmatnya Shalat Subuh dan Shalat Jumat di Masjid Nabi pas Jumat besok.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement