Ahad 22 Mar 2015 13:29 WIB

Coblosan, Produksi Fiksi SMK Kutasari Purbalingga 2015

Coblosan, film produksi SMK Kutasari Purbalingga.
Foto: dok CLC Purballingga
Coblosan, film produksi SMK Kutasari Purbalingga.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Sebagai sebuah ekskul yang baru berusia kurang dari setahun, Kenari (Kreasi Anak Negeri) Production ekstrakulikuler sinematografi SMK Kutasari Purbalingga nekat memproduksi film pendek. Meskipun kepala sekolah masih ragu dalam mendukung, namun dukungan penuh datang dari para guru. Terbukti, sedikitnya lima guru muda sekaligus, dengan sukarela mengajukan diri untuk menjadi pemain film.

 

"Tau anak-anak mau produksi film pendek, saya langsung mengajukan diri menjadi pemain. Penasaran soalnya. Eh, ternyata teman-teman guru yang lain juga pada semangat ingin main. Tidak gampang ternyata, tapi jadi punya pengamalan belajar," tutur Bangkit Wajar Erawan, guru pengampu Bahasa Jawa belum lama ini.

 

Film fiksi pendek pertama SMK Kutasari bertajuk "Coblosan". Pengambilan gambar dilakukan sehari pada Sabtu, 21 Maret 2015 dari pagi hingga menjelang sore hari di beberapa lokasi di Desa Metenggeng, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga.

 

Putra Sanjaya, selaku sutradara mengatakan, kami kaget setelah melakukan praproduksi dan produksi film pendek. "Banyak hal yang harus dipersiapkan dengan matang dan butuh kerjasama tim yang baik agar hasilnya juga maksimal," ujar siswa kelas X jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) ini.

 

"Coblosan" mengangkat tema antikorupsi yaitu praktik politik uang dalam sebuah pemilihan calon kepala desa. Dikisahkan, Somad dan Kadir adalah pendukung setia calon kades muda yang akan membawa perubahan. Namun, kedua petani itu terus dibayang-bayangi Pono, tim sukses calon kades incumbent dengan uang sogokan.

 

Apapun alasannya, Somad tidak mau mengkhianati kesetiaannya pada calon kades muda. Sementara Kadir, ragu menolak amplop dengan pemikiran bila sudah di bilik suara, tak ada seorang pun tahu pilihannya.

 

Menurut guru pembina ekskul sinema, Junika Cahyaning Trilastuti, pihak sekolah memang belum melibatkan fasilitator dari luar sekolah untuk mendampingi anak-anak. "Makanya, saat produksi pertama ini, kami menggandeng CLC Purbalingga agar anak-anak dan bahkan para guru punya pengalaman bagaimana membuat film pendek," jelas guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

 

Film pendek ini dibuat setelah pihak sekolah menerima undangan dari Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 bulan Mei mendatang untuk turut berpartisipasi dalam program Kompetisi Pelajar tingkat Banyumas Raya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement