Ahad 11 Oct 2015 08:30 WIB

Hari Penglihatan se-Dunia, SDF Tebar 1.000 Alat Bantu Low Vision

Rep: Agus Yulianto/ Red: Hazliansyah
Salah seorang pelajar penderita low vision (ilustrasi)
Foto: Antara
Salah seorang pelajar penderita low vision (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bertepatan dengan puncak Hari Penglihatan se-Dunia (World Sight Day-WSD), Ahad (11/10), Syamsi Dhuha Foundation (SDF), LSM nirlaba peduli Low vision (Lovi) meluncurkan program ‘Tebar 1.000 Alat Bantu Lovi’.

Ketua SDF, Dian Syarief yang juga penyandang Lovi mengatakan, selama 10 tahun terakhir ini SDF banyak melakukan berbagai program. Mulai dari pelatihan, edukasi, sosialisasi, pendampingan dan penelitian bagi para penyandang disabilitas netra. Namun di 2015 ini, SDF ingin berbuat lebih dengan mengupayakan pengadaan dan distribusi alat bantu Lovi ke berbagai daerah di Indonesia.

"Mengapa? Karena dengan berbekal keterampilan/pendidikan dan alat bantu Lovi, maka kualitas hidup dan produktivitas para penyandang disabilitas netra dapat ditingkatkan," tegas Dian.

Selama ini, menurut Dian, ketersediaan alat bantu Lovi masih sangat terbatas, baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Banyak yang tak menyadari bahwa jumlah penyandang Lovi di seluruh dunia (246 juta orang) jauh lebih besar dari jumlah penyandang Totally Blind/TB (39 juta orang).

Selain itu, di WSD kali ini yang bertemakan ‘Melihat dengan Hati’, SDF juga akan luncurkan audiobook ‘Pengembalian Terhebat’ berisi kompilasi kisah dan testimoni dari 10 sahabat Lovi dan TB yg berkiprah di SDF.

Sementara dr Ine Renata S.M (K), dokter pemerhati Lovi dari RSM Cicendo menjelaskan, dengan adanya keterbatasan kemampuan penglihatan, maka fungsinya perlu dialihkan ke pendengaran. Karena itu, kata dia, dibutuhkan alat bantu yang bersuara seperti komputer bicara, handphone bicara, jam bicara atau alat bantu yang sifatnya adalah perbesaran (magnifier/loupe).

Menurutnya, seorang penyandang Lovi harus berkonsultasi dengan ahli mata untuk diperiksa kondisi penglihatannya dan pemilihan alat bantu yang tepat dan sesuai dengan kondisi matanya. "Sayangnya memang alat bantu Lovi masih harus diimpor karena belum ada produsen lokal," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement