REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi non profit Taman Bacaan Pelangi membangun delapan perpustakaan baru di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Peresmian dilakukan pada Kamis (22/10) kemarin.
Di delapan perpustakaan tersebut, Taman Bacaan Pelangi mengadopsi manajemen perpustakaan milik Room To Read yang telah terbukti berhasil meningkatkan minat baca anak di 10 negara di Asia dan Afrika.
Apa sebenarnya manajemen perpustakaan Room to Read?
Nila Tanzil, pendiri Taman Bacaan Pelangi mengatakan, konsep Room to Read memiliki berbagai mekanisme dan faktor spesifik yang idealnya dimiliki sebuah perpustakaan. Mulai dari jenis buku, sistem penjenjangan buku yang berdasarkan pada ragam tingkat kemampuan membaca anak, cara memajang buku, pengaturan ruang perpustakaan dan interior yang kaya akan karya anak-anak dan juga sistem peminjaman buku.
Konsep ini dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai untuk anak-anak dengan kemampuan membaca yang berbeda serta didesain khusus agar dapat meningkatkan minat baca anak-anak.
"Selama ini buku di perpustakaan diklasifikasikan berdasarkan genre yang kadang tidak sesuai dengan kemampuan membaca anak. Namun di sistem ini justru mengelompokkan buku berdasarkan tingkat kesulitan bacaan. Misalnya jumlah kalimat per halaman dan jumlah kata per kalimat," kata Nila saat berbincang dengan Republika.co.id beberapa waktu lalu.
Pengelompokkan juga tidak menggunakan metode numerik, namun berdasarkan nama-nama hewan. Mulai dari Kumbang yang paling rendah hingga Gajah yang tingkat kesulitannya paling tinggi.
"Kalau di kategori Kumbang misalnya satu halaman itu hanya terdapat satu sampai dua kalimat. Pemilihan berdasarkan nama hewan ini juga dimaksudkan agar si anak tidak malu saat membaca buku kategori tertentu. Karena setiap anak memiliki tingkat kemampuan membaca yang berbeda," ujarnya.
Selain itu, pihak sekolah ataupun pengelola perpustakaan harus berkomitmen untuk menjalankan "Jam Perpustakaan", dimana setiap kelas diwajibkan meluangkan satu jam khusus bagi anak berada di perpustakaan setiap pekannya. Dalam kurun waktu tersebut guru atau pengelola juga diharuskan melakukan kegiatan seperti storytelling (mendongeng), membaca bersama juga keterampilan tangan (arts & crafts).
"Masih banyak hal-hal yang harus dilakukan. Namun kami yakin melalui tindakan serta kerja sama yang nyata, kita dapat menutupi kesenjangan (tingkat membaca). Taman Bacaan Pelangi berharap dan berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam memajukan bidang pendidikan, terutama meningkatkan minat baca dimulai dari anak-anak," ujar Nila.