REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2015 sukses digelar akhir pekan kemarin di Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Ajang yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk keempat kalinya ini memberikan penghargaan bagi insan perfilman tingkat nasional.
Dari sejumlah peraih penghargaan diantaranya adalah Festival Film Purbalingga yang berhasil mendapatkan Piala Dewantara untuk kategori Apresiasi Festival Film. Selain itu, film “Ijolan” sutradara Eka Susilawati dari SMA 1 Purbalingga membawa Piala Dewantara untuk kategori Apresiasi Film Fiksi Pendek Pelajar.
Selain FFP dan film Ijolan, dua film pelajar dari Purbalingga menjadi nominee yaitu “Sumbangan Dablongan” dari SMA Kemangkon di kategori Apresiasi Film Fiksi Pendek Pelajar dan film “Para Penggali Pasir” dari SMA Karangreja di kategori Apresiasi Film Dokumenter Pelajar.
Direktur FFP Bowo Leksono mengatakan, penghargaan ini sebagai dorongan bagi awak FFP untuk tidak berhenti menggelar festival film.
“Artinya kami harus lebih rajin menabung dan lebih berani utang sana-sini untuk penyelenggaraan festival tahun depan,” jelasnya dalam keterangan tertulis Republika.co.id, Selasa (27/10).
FFP digelar sejak 2007 setiap bulan Mei. Pada Mei 2011, festival yang digagas Cinema Lovers Community (CLC) ini mulai digelar selama sebulan dengan Layar Tanjleb keliling desa di wilayah Banyumas Raya sebagai program unggulannya.
Menurut salah satu juri Panji Wibowo, selain konsisten dalam penyelenggaraan, FFP juga mampu mendekatkan film dengan penontonnya.
“Kami menilai, meskipun Festival Film Purbalingga digelar di kota kecil, namun mampu berkontribusi dalam mengembangkan perfilman Indonesia,”ujar sutradara ini.
Sejak AFI 2013, Purbalingga sudah menorehkan beberapa penghargaan. CLC diganjar penghargaan Apresiasi Komunitas, sementara film “Langka Receh” diganjar penghargaan khusus dewan juri. Pada AFI 2014, film “Penderes dan Pengidep” diganjar Film Independen Pelajar.
“Sudah dua kali film saya dan teman-teman dihargai Kemendikbud lewat ajang AFI. Semoga ini menjadi pemicu bagi kami dan pelajar di Purbalingga untuk terus membuat film dengan atau tanpa bantuan dari sekolah,” tegas Eka Susilawati