Rabu 27 Apr 2016 21:01 WIB

CLC Purbalingga Gelar Festival Film ke-10

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Maman Sudiaman
Direktur CLC Purbalingga, Bowo Laksono memberikan penjelasan kepada wartawan.
Foto: Ist
Direktur CLC Purbalingga, Bowo Laksono memberikan penjelasan kepada wartawan.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Komunitas film Purbalinggga yang tergabung dalam  CLC (Cinema Lovers Comunity), terus bergiat dalam kegiatan perfilman. Usai menghelat acara Temu Komunitas Film Nasional yang dihadiri 400 orang dari 95 komunitas film di Indonesia, pada akhir Maret lalu, CLC Purbalingga kembali disibukan dengan kegiatan Festival Film Purbalingga (FFP).

''Festival Film Purbalingga tahun 2016 ini, merupakan kegiatan festivak ke-10 yang kami gelar. Dengan demikian, sudah 10 tahun kami menggelar acara serupa yang menunjukkkan bahwa kami dari CLC Purbalingga, tetap konsisten menggelar kegiatan untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kegiatan perfilman,'' jelas Direktur CLC Purbalingga, Bowo Laksono, Rabu (27/4).

Menurutnya, dengan waktu sekian lama beraktivitas menggelar berbagai kegiatan perfilman, sudah cukup banyak film-film pendek fiksi dan dokumenter karya yang dihasilkan sineas muda di wilayah Banyumas Raya. Bahkan banyak di antaranya yang kemudian ditampilkan di pentas nasional, dan memenangkan berbagai penghargaan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan FFP akan dilaksanakan dengan menggelar berbagai acara. Antara lain, kegiatan kompeisi film pendek fiksi dan dokumenter bagi kalangan pelajar di Banyumas Raya, juga kegiatan ‘Layar Tanjleb’ berupa pemutaran film di ruang terbuka di brbagai desa wilayah Banyumas Raya.  ''Tahun ini, kegiatan 'Layar Tanjleb; akan hadir di 18 desa,'' jelas Bowo.

Menurutnya, kegiatan 'Layar Tanjleb' tahun ini menjadi cukup unik, karena untuk pertama kalinya, FFP akan mengusung pemutaran dalam format seluloid 16 mm. Tidak hanya film dalam format digital yang diputar dengan menggunakan proyektor komputer.

Sedangkan film dalam format seluloi yang akan diputar, antara lain film Saur Sepuh IV: Titisan Darah Biru (1991) karya Imam Tantowi. ''Film ini kami pilih karena merupakan karya Imam Tantowi, sineas legendaris Indonesia dan merupakan salah satu (seri) film Indonesia yang fenomenal,'' katanya.

Selain film tersebut, juga akan diputar film-film hasil karya sinema muda dari Banyumas Raya yang ikut dalam FPP 2015. Antara lain film berjudul 'Tani Maju–Berdikari' karya MF Wafy, serta fil brjudul 'Neng Kene Aku Ngenteni Kowe' karya Jeihan Angga.

Sedangkan dalam program kompetisi film pendek fiksi dan dokumenter, Bowo akan menyatakan akan memilih film-film terbaik karya pelajar yang kemudian mendistribusikan film-film tersebut dalam ajang kompetisi yang lebih besar. 

''Sudah banyak pelajar Banyumas Raya yang merasakan manfaat dari program ini. Bukan hanya soal menang atau kalah, tapi pengalaman untuk datang ke berbagai acara film di Indonesia sehingga cakrawala mereka mengenai dunia perfilman di Indonesia,'' katanya.

Menurutnya, dalam program kompetisi tersebus sudah cukup banyak karya film yang sudah diterima panitia untuk diseleksi. Untuk film fiksi karya pelajar SMA sudah 18 judul yang diterima dan film dokumenter karya pelajar SMA sebanyak 11 judul. Sedangkan untuk karya film pelajar SMP tercatat ada sebanyak 3 judul.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement