REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahasiswa dan akademisi asal Indonesia yang berada di Inggris diharapkan tidak hanya sibuk dalam mengejar publikasi akademik. Sekalipun berada jauh dari tanah air, mereka diminta untuk terlibat dalam diskusi dan debat atas isu yang sedang ramai di publik melalui tulisan di media massa.
"Para mahasiswa dan dosen hendaknya tidak berhenti pada publikasi penelitian saja," ujar Dubes Indonesia untuk Inggris Raya dan Irlandia, Rizal Sukma saat membuka Workshop Riset bagi peneliti muda dan calon doktor Indonesia di Universitas Cranfield, Cranfield, Inggris, Jumat 20 Mei 2016 lalu.
Dirinya menjelaskan, selama ini pembuatan kebijakan di Indonesia masih mengutamakan intuisi. Sementara hasil riset akademik masih belum banyak dijadikan pijakan kebijakan publik.
"Akademisi juga harus melanjutkan dua agenda lain yakni generate diskusi publik melalui tulisan dan artikel di media massa serta mengadvokasi hasil risetnya itu. Dengan begitu, kita bisa mendorong perubahan pembuatan kebijakan menjadi evidence based bukan lagi intuition based," kata Rizal.
Lebih lanjut, Rizal mengakui, jumlah publikasi akademik yang dikeluarkan ilmuwan Indonesia masih jauh tertinggal. Apalagi, lanjut mantan Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) ini mengakui banyak tantangan yang dihadapi peneliti saat menyelesaikan riset.
Terlebih, kegiatan penelitian merupakan sebuah proses yang 'lonely' dan bukan pekerjaan yang dapat meraih penghasilan besar.
"Mau tidak mau kita tetap harus pantang menyerah untuk menulis dan juga mempublikasikan hasil penelitiannya agar ranking dunia akademik kita bisa naik," papar Rizal.
Kegiatan workshop ini digelar oleh Persatuan Pelajar Indonesia Cranfield dan Komunitas staf akademik dan pelajar Indonesia di Cranfield University, UK, (atau lebih dikenal dengan sebutan CRISCOM). Acara yang digelar untuk ketiga kalinya ini dilangsungkan selama dua hari.