REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Komunitas "Full of Doodle Arts" (FODA) Indonesia ingin membuktikan eksistensinya kepada masyarakat luas lewat karya seni doodle atau coretan spontan agar tidak diremehkan sebagian masyarakat yang hanya memandang sebelah mata.
"Karya seni ini sering dianggap remeh dan tidak punya tujuan oleh orang lain padahal doodle termasuk seni profesional," kata pendiri komunitas FODA Yessi Muliana di Semarang, Selasa (2/8).
Dia mengatakan bahwa seni doodle juga membutuhkan latihan konsisten seperti karya seni lainnya agar menghasilkan karya yang lebih baik. Untuk mengenalkan kepada masyarakat, komunitas tersebut memiliki beberapa macam jenis kegiatan di antaranya gathering, skill sharing, mini exhibition, dan workshop.
"Kami juga ingin mengenalkan seni doodle kepada masyarakat melalui pameran-pameran yang telah kami ikuti," katanya.
Saat ini, pihaknya sedang melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui kompetisi berbasis online 'FODA Warnai Semarang'. "Kami menyediakan gambar doodle yang dapat diunduh oleh para kontestan di seluruh Indonesia kemudian diwarnai semenarik mungkin," katanya.
Dia menambahkan setelah kompetisi selesai, karya akan dipublikasikan lewat akun instagram FODA agar meningkatkan antusiasme masyarakat terhadap seni doodle.
"Harapan kami semoga teman-teman FODA di Indonesia tidak terbawa arus akan doodle musiman, tetap terus berkarya agar makin banyak prestasi yang bisa dibanggakan dan menunjukkan bahwa setiap orang bisa menggambar melalui seni doodle," katanya.
Yessi mengatakan, komunitas yang terbentuk sejak 13 Januari 2012 ini awalnya hanya di Surabaya tetapi sekarang sudah terbentuk di regional lain di antaranya Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Jakarta.
Untuk diketahui, komunitas FODA Indonesia pernah mengikuti pameran di Jerman pada bulan Januari 2016. Prestasi lain adalah komunitas ini pernah masuk ke dalam majalah "Doodle Art" Filipina sebagai salah satu komunitas doodle yang paling berpengaruh di Indonesia.