REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rajut Kejut menjadi komunitas yang berdiri atas dasar suka rela. Tanpa memaksa angotanya menetap, membuat Rajut Kejut justru dapat terus beraksi.
Berawal dari ingin memeriahkan acara 17 Agustus tahun 2014, beberapa orang memiliki gagasan membuat sebuah acara spontan dengan rangkaian benang-benang atau dikenal dengan istilah Yarn Bombing. Dari ide tersebut muncul keputusan membungkus dua bangku taman di depan Museum Nasional.
"Dari itu kita mulai ikut acara-acara besar lain, sampai sekarang sudah tujuh acara," kata penggiat Rajut Kejut Harjuni Rochajati, beberapa waktu lalu.
Setelah memeriahkan acara 17-an, kejutan terus berlangsung selama dua tahun.
14 September 2014 Rajut Kejut membungkus dua bangku taman di depan Bundaran HI, kemudian 19 Oktober 2014 membungkus pohon depan Istana Negara, 15 Februari 2015 membuat kolase karpet berbentuk hati yang dibentangkan di jalan raya M.H. Thamrin.
Kemudian 17 Agustus 2015 membungkus bemo bekerja sama dengan Aikon, 15 Oktober 2015 mendandani Kantor Komnas Perempuan dalam rangka ulang tahun Komnas Perempuan ke 17, dan 30 Juli 2016 menghias Taman Pandang Istana sebagai salah satu kegiatan memeriahkan peresmian taman bersama Pemprov DKI Jakarta.
Dalam rangka Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-71 kemarin, Rajut Kejut melakukan dekorasi di satu gerbong KRL relasi Bogor-Jakarta Kota. Dengan memasang rajutan di sekitar tiang, pegangan tangan, hingga tempat menyimpan tas, gerbong disulap menjadi tempat yang ramai dengan hiasan berwarna merah putih.
"Ini ketiga kalinya kami ikut partisipasi perayaan HUT RI, kami bekerjasama dengan KRL, maunya sih spontan aja rias tapi kan takutnya malah ganggu," kata Harjuni.
Harjuni menegaskan, sistem Rajut Kejut bersifat spontan, baik dalam ide maupun anggota. Tidak ada pertemuan tetap, hanya ketika akan melakukan acara komunitas ini akan mengejutkan sekitar.