REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Studi Sastra Jepang bekerja sama dengan Pusat Pengkajian Jepang Universitas Nasional kembali menggelar kegiatan "Student Forum" yang berlangsung pada 16 Agustus silam di Universitas Nasional, Jakarta. Turut hadir sekelompok mahasiswa dari Fakultas Studi Kebijakan Universitas Chuo, Tokyo.
Mahasiswa Universitas Chuo yang berjumlah 14 orang, 10 orang perempuan dan 4 orang laki-laki itu adalah mahasiswa yang mengikuti kuliah seminar tentang Indonesia di kampus mereka, yang diampu oleh Prof. Dr. Hisanori Kato.
Salah satu kegiatan yang dilakukan bersama adalah forum diskusi dengan mengangkat tema "Konsep Agama di Indonesia dan Jepang" yang dibawakan dalam bahasa Indonesia dan Jepang.
Keanekaragaman suku, budaya, bahasa, dan agama di Indonesia telah diketahui dunia. Bahkan, toleransi umat beragama tumbuh subur di negeri ini. Rasanya tidak berlebihan jika Indonesia dijadikan model di dunia.
Islam sebagai agama univeral mengajarkan nilai-nilai penghargaan terhadap sesama tanpa membedakan suku, jenis kelamin, dan agama. Namun, amat disayangkan masih banyak masyarakat yang belum memahami hal ini, diantaranya masyarakat Jepang. Karena Islam masih asing di sana, maka wajar jika masih banyak orang Jepang yang berpandangan negatif tentang Islam.
Melalui kuliah tersebut, mereka belajar tentang Indonesia dan memiliki keingintahuan yang besar, terutama tentang agama di Indonesia khususnya Islam.
Nilai-nilai Islami yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan (habluminallah) dan hubungan sesama manusia (habluminannas) serta bagaimana menjaga keseimbangan tersebut dalam kehidupan sehari-hari menjadi salah satu topik yang disoroti oleh mahasiswa Sastra Jepang Unas.
Sementara, menurut mahasiswa Universitas Chuo, orang Jepang memiliki kesadaran beragama. Konsep agama dan Tuhan mereka realisasikan dalam aktivitas keagamaan seperti menyembah matahari atau melihat bulan.
Meskipun jelas sekali terdapat perbedaan konsep keagamaan di antara kedua negara, namun bukan perbedaan tersebut yang ingin dipertajam, melainkan pemahaman terhadap persamaan yang dimiliki keduanya.
Bertolak dari pemahaman itu akan tumbuh saling memahami, mengakui, dan saling menghargai di antara kedua bangsa yang diperlukan dalam kehidupan dunia yang semakin global ini.