Rabu 01 Mar 2017 20:30 WIB

Memanfaatkan Air Ala Komunitas Kandang Hujan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Hazliansyah
Hujan. Ilustrasi
Foto: *
Hujan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Eksplorasi air tanah berlebihan menimbulkan dampak buruk bagi ekologi lingkungan. Salah satunya penurunan muka tanah dan kerusakan siklus hidrologi. Maka itu, komunitas Kandang Hujan sengaja mengurangi penggunaan air tanah dengan cara yang cukup sederhana.

"Sebenarnya bisa tampung air hujan pakai apapun. Tapi kami pakai tandon 750 liter. Lalu menggunakannya untuk dikonsumsi langsung (diminum) dan keperluan lain seperti untuk bersih-bersih atau mencuci,” kata aktivis Kandang Hujan Sleman, Thomas Soekarto saat ditemui di UGM, Rabu (1/3).

Pria yang sehari-harinya berprofesi sebagai arsitek itu sudah menjadi anggota Kandang Hujan sejak 2012. Oleh karenanya, selama lima tahun ia dan keluarganya di Maguwoharjo, Depok, sudah terbiasa menggunakan air hujan untuk dikonsumsi langsung.

Selain alasan kelestarian lingkungan, penggunaan air hujan sebagai sumber konsumsi juga dilatarbelakangi oleh alasan kesehatan. Menurut Thomas, air hujan memiliki kandungan mineral yang cukup lengkap. Di sisi lain, pH dan Total Dissolved Solid (TDS) air hujan sudah memenuhi standar air berkualitas yang layak dikonsumsi.

Adapun air yang bagus untuk dikonsumsi oleh manusia adalah air yang mengandung pH 7.0 atau lebih. Sedangkan nilai TDS-nya harus dibawah 100 ppm.

“Semakin rendah TDS-nya maka air akan semakin bagus. Walaupun ambang batas TDS air yang bisa kita minum sampai 500 ppm,” kata Thomas.

Bahkan, menurutnya, negara-negara maju sudah menetapkan ambang minimal TDS yang dapat dikonsumsi. Uni Eropa misalnya, menetapkan batas maksimal TDS air minum sebesar 75 ppm. Sedangkan Amerika Serikan menetapkan 100 ppm.

Di samping itu, WHO telah meluncurkan sebuah pernyataan bahwa air yang layak dikonsumsi harus memiliki nilai TDS maksimal 50 ppm.

“Air hujan memiliki pH di atas 7.0 dan TDS paling tinggi 25ppm, rata-ratanya hanya 14 ppm. Sedangkan air keran yang berasal dari tanah, TDS-nya rata-rata di atas 100 ppm,” papar Thomas. Oleh sebab itu, air hujan aman untuk dikonsumsi langsung.

Namun demikian, nilai pH dan TDS air hujan di setiap daerah berbeda-beda. Maka itu saat ini kandang Hujan tengah melakukan penelitian terhadap sampel air hujan di  berbagai daerah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air hujan di wilayah yang berbeda-beda. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement