REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Swargaloka kembali mementaskan Drayang (Drama Wayang) bertajuk "Sukesi" - Saskara Alengka. Pergelaran yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation ini, akan dipentaskan di Teater Kautaman Gedung Pewayangan, Jakarta Timur, Ahad 26 Maret mendatang.
Produser Drayang Swargaloka Suryandoro mengatakan, pementasan akan memadukan berbagai unsur seni, diantaranya seni tari, seni teater, seni musik, seni rupa, dan seni olah sabet wayang.
"Pertunjukan ini dikemas secara etnik dengan pendekatan populis, tampil selama 90 menit tanpa jeda,” ujar Suryandoro, kepada para wartawan, Rabu (15/).
“Sukesi” - Saskara Alengka merupakan pergelaran perdana yang digelar Teater Wayang Indonesia (TWI). TWI merupakan wadah bagi seniman, khususnya para penggiat seni wayang, yang dirintis Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI) sejak tahun 2008. Di TWI dipergelarkan berbagai seni pertunjukan wayang dengan standar internasional.
“TWI menampilkan pergelaran wayang berkualitas, seperti Drayang Swargaloka. Keberadaan TWI terkait erat dengan pendidikan dan pariwisata. TWI menjadi sarana strategis. Apalagi sejak tahun 2003 UNESCO menetapkan wayang Indonesia menjadi ‘Masterpiece Budaya Dunia.’ Di TWI masyarakat dunia dapat menonton kesenian wayang yang telah menerima penghargaan internasional,” ujar Suryandoro.
Drayang “Sukesi” - Saskara Alengka, terang Suryandoro, digarap dan diperankan oleh para seniman alumni perguruan tinggi seni dan seniman profesional dari Surakarta dan Jakarta. Mereka adalah para seniman pilihan yang memiliki pengalaman pentas di mancanegara, antara lain, Dewi Sulastri, Ali Marsudi, Harris Syaus, dan Bathara Saverigadi Dewandoro, seniman muda berbakat penyandang gelar Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), koreografer kelas dunia termuda berbasis seni tari tradisi.
Drayang “Sukesi” - Saskara Alengka, disutradarai Irwan Riyadi. Didukung musik Dedek Gamelan Orchestra, dengan Penata Musik Dedek Wahyudi. Melibatkan 50 penari dari Swargaloka Dance Company, dengan Penata Tari Bathara Saverigadi Dewandoro.
“Pergelaran ini kami kemas secara dinamis, atraktif, komunikatif, kekinian (populer) dengan sasaran penonton anak muda,” terang Suryandoro.