REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Malam Penganugerahan Festival Film Purbalingga (FFP) 2017 yang digelar pada Sabtu (5/8) malam di Alun-alun Purbalingga berlangsung meriah. Panggung berukuran besar dan penonton yang sangat cair di seputaran alun-alun. Dimeriahkan Lengger Lanang Desa Panusupan, Paseban Kamajaya, dan 45 Band.
Dikutip dari keterangan tertulis, Senin (7/8), FFP 2017 menganugerahkan enam kategori penghargaan, yaitu Film Fiksi Terbaik, Film Dokumenter Terbaik, Film Fiksi Favorit Penonton, Film Dokumenter Favorit Penonton SMA se-Banyumas Raya, Lintang Kemukus Pelaku Seni dan Budaya Kontemporer, dan Lintang Kemukus Pelaku Seni dan Budaya Tradisi.
Film Fiksi Terbaik disabet film “Kesambet” sutradara Ilman Nafai produksi Gerilya Pak Dirman Film SMA Negeri Rembang Purbalingga.
Meski ekstrakulikuler sinematografi sekolah tersebut sudah dibubarkan pihak sekolah tahun lalu akibat mereka memproduksi film berlatar korban ’65, ternyata pada FFP 2017 ini masih mampu mempertahankan juara.
“Saya mewakili tim produksi sekaligus kakak kelas mereka. Gembira bercampur sedih. Ekskul sinematografi di SMA kami ada bahkan yang pertama di Purbalingga pada 2010. Belasan penghargaan diterima membawa nama baik sekolah dan Purbalingga,” ujar Karyo, pemeran Parto dalam film “Kesambet” usai menerima penghargaan yang diberikan dari Bupati Purbalingga H. Tasdi, SH, MM.
Sementara Fim Dokumenter Terbaik diraih “Urut Sewu Bercerita” sutradara Dewi Nur Aeni dari SMK Negeri 1 Kebumen, Film Fiksi Favorit Penonton diraih “Lintah Darat” sutradara Putri Zakiyatun Ni’mah produksi Sabuk Cinema SMA Negeri Bukateja Purbalingga, dan Film Dokumenter Favorit Penonton jatuh pada “Beras Bosok kanggo Rakyat” sutradara Firman Fajar Wiguna produksi Brankas Film SMA Negeri 2 Purbalingga.
Tahun ini, FFP kerjasama dengan lembaga negara Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Kemendikbud, dan Pemerintah Kabupaten Purbalingga.
Direktur Hubungan Antar Lembaga Luar Negeri Bekraf Rossalis R Adenan mengatakan, film sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif, ke depan memegang peran penting.
“Film menjadi lokomotif subsektor ekonomi kreatif lain, karenanya keberadaan Festival Film Purbalingga sangat strategis,” jelasnya.
Sementara Bupati Purbalingga, Tasdi menganggap, film sebagai media dialog antar kreator film, penonton atau masyarakat, dan pemerintah daerah.
“Film mampu sebagai katalisator pemerintah daerah dalam membuat kebijakan-kebijakan bagi masyarakat,” tegas bupati yang juga menjanjikan akan membangun gedung kesenian Purbalingga pada tahun 2018.