*Wisnu Budi Waluyo - Penulis dan Admin dari Akun Twitter dan Instagram Badmintalk.com
REPUBLIKA.CO.ID, Ganda putra nomor satu Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo belum juga menjuarai satu pun turnamen setelah tiga gelar Superseries beruntun yang diraihnya awal musim ini. Malaysia Open Super Series Premier menjadi gelar terakhir yang diraih Marcus/Kevin pada bulan April 2017.
Diharapkan dapat berdiri lagi di podium tertinggi, nyatanya Marcus/Kevin justru kerap dijegal ganda dari negara lain. Diharapkan dapat memuaskan publik sendiri di Indonesia Open, Marcus/Kevin terhenti di babak pertama. Dielu-elukan bisa menjadi juara dunia, mereka kalah di babak perempat final.
Setelah rehat dari kekalahannya di Kejuaraan Dunia BWF 2017, Marcus/Kevin diharapkan dapat kembali pada performa terbaiknya. Korea Open Super Series menjadi ajang di mana Marcus/Kevin dapat mengembalikan kepercayaannya.
Benar saja, mereka tembus babak final. Bahkan, di babak perempat final, Juara Dunia 2017 dari Cina, Liu Cheng/Zhang Nan, kalah di tangan Marcus/Kevin. Namun, mengalahkan juara dunia bukan lah jaminan.
Melaju ke babak final turnamen Superseries untuk keenam kalinya juga tidak serta merta membuahkan gelar. Marcus/Kevin kembali dihadang ganda veteran Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen. Tampil dalam pertandingan yang penuh tensi, Marcus/Kevin gagal mempertahankan rekor baiknya yang selalu juara dalam laga final Super Series yang dijalani. Dan, Boe/Mogensen menjadi "aktor" di balik terhentinya rekor Marcus/Kevin tersebut.
Kisah antara Marcus/Kevin dan Boe/Mogensen memang menjadi perhatian pecinta bulutangkis Indonesia sepanjang tahun ini. Rivalitas kedua pasangan ini dimulai saat Boe/Mogensen sukses menghentikan langkah Marcus/Kevin di Singapore Open Super Series.
Publik Indonesia berharap besar Marcus/Kevin meraih gelar Super Series keempatnya secara beruntun di negeri singa setelah tiga gelar mereka raih di All England, India Open, dan Malaysia Open. Melangkah ke babak semifinal Singapore Open, kiprah Marcus/Kevin dijegal Boe/Mogensen.
Hadir sebagai unggulan pertama, Marcus/Kevin menyerah di tangan Boe/Mogensen melalui pertarungan tiga game, 21-11, 11-21, 14-21. Sejatinya pecinta bulutangkis Indonesia bisa memaklumi kekalahan Marcus/Kevin.
Faktor kelelahan sepertinya bisa ditoleransi, pun Marcus/Kevin juga menghadapi partai-partai yang sulit dan melelahkan selama di Inggris, India, dan Malaysia. Namun, "ulah" Boe pasca pertandingan cukup membuat geram banyak pecinta bulutangkis Indonesia.
Setelah mengalahkan Marcus/Kevin yang saat itu baru saja bertengger di ranking satu dunia, Boe "berkicau" di akun Twitter pribadinya yang intinya bahwa Marcus/Kevin bisa saja dikalahkan, mengingat di tiga turnamen terakhirnya mereka tak terkalahkan. Boe seakan "berpesan" kepada ganda putra lainnya untuk terus "menaruh" ganda putra andalan Indonesia ini ke baseline atau garis belakang.
Dengan menerapkan strategi seperti itu, Marcus/Kevin bisa saja dikalahkan dan itulah yang diterapkan Boe/Mogensen dan berhasil. Cuitan Boe tersebut lantas mendapatkan banyak reaksi dari pecinta bulutangkis Indonesia. Ada yang menanggapi sinis, banyak pula yang terus mendorong Marcus/Kevin untuk membuktikan apa yang dicuitkan Boe itu salah.
Rivalitas Marcus/Kevin dan Boe/Mogensen berlanjut di ajang Sudirman Cup 2017. Saat itu, Indonesia berada satu grup dengan Denmark dan India. Laga penentuan negara mana yang akan melaju ke babak perempat final dan siapa yang akan terhenti mempertemukan Indonesia dan Denmark.
Sebelumnya, Indonesia telah kalah dari India, 1-4. Sementara Denmark telah mengantongi kemenangan atas India, 4-1. Untuk itu, jika ingin terus melaju, Indonesia harus mengalahkan Denmark dengan skor telak.
Dua partai awal telah dimenangkan Praveen Jordan/Debby Susanto dan Anthony Sinisuka Ginting. Adapun Marcus/Kevin menjadi andalan yang diharapkan dapat mengalahkan Boe/Mogensen di partai ketiga. Jika Marcus/Kevin menang, langkah Indonesia akan semakin terbuka lebar untuk lolos grup.
Marcus/Kevin pun tampil meyakinkan dan merebut game pertama, 21-16.Gaya bermain Kevin yang "tengil" membuat partai penentuan itu penuh dengan tensi. Di game kedua, Marcus/Kevin sempat terlebih dahulu mencapai match point, 20-18.
Namun, Marcus/Kevin justru tampil kurang tenang di poin krusial tersebut dan terburu-buru ingin mengakhiri pertandingan. Alhasil, Boe/Mogensen berhasil memaksakan adu setting, sebelum akhirnya mereka merebut game kedua, 24-22.
Game ketiga berjalan dengan semakin sengit. Marcus/Kevin yang kurang bisa mengontrol emosi kerap memprovokasi ganda Denmark. Boe/Mogensen yang tampil dengan lebih tenang sukses mengakhiri game penentuan setelah adu setting, 23-21.
Kekalahkan Marcus/Kevin mempersulit langkah Fitriani dan Greysia Polii/Apriani Rahayu di partai selanjutnya. Meskipun Indonesia menang 3-2 setelah Fitri menang dan Greysia/Apriani kalah, Indonesia tetap tidak lolos grup. Hasil ini merupakan pencapaian terburuk Indonesia sepanjang keikutsertaannya dalam Sudirman Cup.
Marcus/Kevin lah yang kemudian menjadi pusat perhatian. Banyak pecinta bulutangkis yang menyayangkan penampilan mereka yang over confident. Andai mereka bisa tampil dengan lebih tenang, bisa saja Indonesia lolos grup.
Hasil ini pun membuat sebagian pecinta bulutangkis Indonesia semakin "tidak suka" dengan Denmark. Boe/Mogensen juga tak ketinggalan semakin tidak disukai. Usai Sudirman Cup, Indonesia Open menjadi ajang di mana Boe/Mogensen semakin menjadi bulan-bulanan banyak pecinta bulutangkis Indonesia.
Kali ini, bukan lah pertemuan mereka dengan Marcus/Kevin, namun selebrasi Boe yang dinilai berlebihan dan "menghina" Indonesia dengan bergoyang setelah mengalahkan ganda Indonesia lainnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di babak semifinal.
Kala itu Boe juga mengarahkan jari telunjukknya ke mulutnya, seakan meminta pendukung Indonesia yang menonton di Jakarta Convention Center bulan Juni lalu itu untuk diam. Alhasil, Instagram dan Twitter Boe pun menjadi lapak bully-an para pecinta bulutangkis Indonesia.
Marcus/Kevin memang tidak berjumpa Boe/Mogensen di Indonesia Open. Marcus/Kevin justru kalah dari ganda Denmark lainnya, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, bahkan di babak pertama. Namun, sebagai ganda terbaik Indonesia saat ini, Marcus/Kevin diharapkan dapat mengalahkan Boe/Mogensen di kesempatan lainnya, terlebih usai selebrasi Boe yang menurut sebagian pecinta bulutangkis Indonesia tidak etis.
Apa yang menjadi harapan banyak pecinta bulutangkis Indonesia akhirnya tercapai. Marcus/Kevin bertemu Boe/Mogensen di babak final Korea Open 2017. Selain sebagai ajang pembuktian bahwa Marcus/Kevin masih bisa berprestasi, banyak pecinta bulutangkis yang berharap besar mereka bisa mengalahkan Boe/Mogensen.
Seperti dua laga sebelumnya di Singapore Open dan Sudirman Cup, pertandingan antara kedua ganda ini berlangsung dalam tiga game.Sama seperti di Sudirman Cup, laga final Korea Open yang berlangsung pada hari Minggu, 17 September 2017 itu juga berlangsung dengan penuh tensi.
Kali ini, Marcus/Kevin lebih bisa tenang dan bisa mengendalikan emosinya.Namun, tampak jelas di raut wajah mereka, Marcus/Kevin tampil dengan tidak lepas. Strategi no lob dan bola-bola pendek yang selama ini menjadi andalan dapat dimentahkan Boe/Mogensen yang tampil dengan lebih konsisten.
Smash-smash tajam Marcus/Kevin pun dapat dikembalikan Boe/Mogensen dengan sempurna. Pertahanan ganda veteran Denmark ini sungguh rapat. Beberapa kali mimik muka Marcus/Kevin memperlihatkan rasa yang cukup frustasi.
Beberapa insiden pun mewarnai laga ini setelah servis Kevin dinyatakan fault dan bola yang sebenarnya mengenai badan Boe, namun Boe tidak mengakuinya. Terlepas dari itu semua, Marcus/Kevin memang tampil di bawah tekanan yang membuat mereka tidak bisa mengembangkan permainan. Boe/Mogensen pun menang dengan skor 21-19, 19-21, 21-15.
Rivalitas ganda beda generasi ini sejatinya sangatlah positif bagi perkembangan kematangan Marcus/Kevin. Ini bukan lah semata masalah menang-kalah. Ini bukan lah sekadar berbicara teknik permainan Marcus/Kevin yang mulai bisa dibaca dan ditebak lawan. Ini semua adalah tentang mentalitas bertanding.
Marcus/Kevin dan Boe/Mogensen baru lima kali bertemu. Tiga kali kalah dalam tiga pertemuan terakhir sebenarnya merupakan momentum di mana Marcus/Kevin harus belajar bahwa mereka perlu mematangkan emosi dan mentalnya.
Dengan segala pengalaman dan jam terbang yang dimiliki Boe/Mogensen selama hampir dua dekade ini, harusnya Marcus/Kevin bisa belajar tentang bagaimana memainkan perasaan dan mengedepankan ketenangan selama bertanding, terlebih saat menghadapi situasi krusial.
Terlepas dari Boe/Mogensen yang sering dicap berlebihan dalam selebrasinya, terlepas dari sikap Boe/Mogensen yang kerap mendapat cibiran pecinta bulutangkis Indonesia; mereka tetap lah ganda dari Eropa yang sangat disegani dalam panggung bulutangkis internasional. Boe/Mogensen telah berkiprah sejak ganda Indonesia masih "dipegang" Sigit Budiarto, Tri Kusharjanto, Candra Wijaya, Luluk Hadiyanto, Eng Hian, dan nama-nama lainnya.
Saat nama-nama tersebut kini telah pensiun dan bahkan menjadi pelatih, Boe/Mogensen masih aktif bermain dan bahkan masih bisa juara. Pengalaman dan ilmu yang dimiliki Boe/Mogensen tentu tidak lah sebanding dengan apa yang telah diraih Marcus/Kevin.
Namun yang perlu ditekankan di sini bukan lah membanding-bandingkan keduanya, tetapi membuka mata pecinta bulutangkis Indonesia bahwa Marcus/Kevin masih perlu banyak belajar. Dan, melawan Boe/Mogensen menjadi salah satu kesempatan di mana Marcus/Kevin dapat menimba banyak ilmu.
Bukan melulu tentang bagaimana mengalahkan mereka, namun tentang bagaimana Marcus/Kevin bisa me-manage emosi dan perasaan selama di lapangan. Perlu diingat bahwa dari sekian banyak kompetitor yang dihadapi, ganda Indonesia selalu menjadi lawan sekaligus panutan bagi Boe/Mogensen.
Dari era Sigit Budiarto/Tri Kusharjanto hingga Markis Kido/Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Boe/Mogensen selalu menempatkan ganda Indonesia sebagai lawan tangguhnya. Dan kini, di era generasi yang lebih muda, Marcus/Kevin menjadi rival yang juga diakui ketangguhannya oleh Boe/Mogensen.
Dan dari sekian banyak ganda putra kelas dunia yang kini lalu-lalang di kancah internasional, Marcus/Kevin lah yang selalu disegani sekaligus diperhitungkan dengan serius oleh Boe/Mogensen. Kini, era ganda putra dunia telah berubah, di mana tidak ada satu negara yang mendominasi nomor ini.
Ganda dari negara manapun bisa saja menjadi juara.Hampir dua dekade Boe/Mogensen berkiprah hingga kini. Saat ini mereka menjadi satu-satunya ganda putra lintas generasi yang masih aktif bermain dan masih bisa juara.
Jika menilik rivalitasnya dengan Marcus/Kevin yang belum genap tiga tahun dipasangkan, sebenarnya Boe/Mogensen merupakan sosok di mana Marcus/Kevin bisa "mencuri" banyak ilmu dari mereka. Kita tidak tahu sampai kapan Boe/Mogensen masih aktif bermain.Yang kita tahu, Marcus/Kevin masih terus menjadi harapan dan andalan Indonesia.
Kita lihat bagaimana kiprah mereka di turnamen Japan Open Superseries minggu ini, mengingat mereka berpotensi berjumpa lagi dengan Boe/Mogensen. Kini, yang perlu dilakukan Marcus/Kevin adalah memulai mematangkan segala aspek yang dimiliki.
Bukan sekadar teknik dan skill, namun kematangan emosi dan mental juga perlu diperhatikan. Teknik dan skill yang terus ditempa bersama dengan pembentukan mental, akan membawa Marcus/Kevin menjadi ganda yang semakin dewasa dan berkarakter. Bukan hanya Boe/Mogensen, siapapun yang akan dihadapi Marcus/Kevin, kita harap mereka akan lebih siap.
Teruslah belajar dan berkembang, Marcus/Kevin.Harapan dan asa masih kami gantungkan di pundakmu. Jangan lah merasa terbebani, karena kami siap memberikan doa dan dukungan terbaik kami untuk menemanimu membanggakan Ibu Pertiwi.