12-15 Februari 2011, Backpacker Community (BPC) menggelar acara blind travel, yakni game jalan-jalan. Di sini, para peserta tidak diberi tahu akan diajak ke mana. Daerah tujuan sudah kita (panitia penyelenggara) pilih, dan mereka hanya membawa duit yang telah disediakan .
Daerah tujuan yang kami pilih adalah Subang. Kenapa? Jujur karena cuma keisengan belaka, tiba-tiba terlintas pengen ke sana.
Dari semula 40 orang yang mendaftar, tapi karena kesibukan dan lain hal, acara blind travel ini hanya diikuti oleh 15 manusia-manusia tangguh yang siap menghadapi tantangan yang telah panitia berikan. Mereka adalah: Reni, Ariza, Rama, Ridho, Ria, Lintang, Isti, Bryan, Natalia, Trias, Haryadi, Opick, Wulan, Obi. Sementara yang bikin repot peserta (panitia): Badruzz, Syukron, dan Taufiq. Adapun tim sukses blind travel: Yangga, Fitri, Ade, Basuki. Berikut blind travel report dari panitia:
Gagasan muncul
November 2010, saat itu kawan-kawan dari komunitas Backpacker Yogyakarta ngumpul-ngumpul di salah satu tempat ngopi di kawasan Seturan Yogyakarta. Niatnya hanya ngumpul-ngumpul biasa, sambil santai dan bersenda gurau..
Tiba-tiba suasana menjadi serius ketika Babyadhitz memecahkan gelas. Gak ding, semua menjadi serius ketika Babyadhietz memiliki gagasan untuk anak-anak Backpacker membikin games bagi kawan-kawan yang doyan jalan.. tapi keluar kota.
Setelah pertemuan, segelintir manusia purba itu merencanakan sesuatu. Maka ditetapkan, yang menjadi panitia adalah: Syukron, Taufiq, Badruzz.
Segala sesuatu kita persiapkan dari mulai hari itu. Atur sana atur sini, pembagian tugas ini dan pembagian tugas itu.
Tapi semua kegiatan panitia terpaksa terhenti sodara-sodara, karena Merapi erupsi. Jogja berduka, dan rata-rata panitia menjadi relawan di tempat-tempat berbeda.
Melanjutkan rencana
Desember 2010, di saat keadaan sudah mulai nyaman dan aman, akhirnya kita mulai kembali membentuk semangat untuk menggarap rencana yang terhenti selama sebulan lebih dikit kit..
Pertama, bikin thread di Kaskus. Kemudian bikin design baju, bikin design spanduk, cari sponsor, dll. Kesana kemari, lalu kemari kesana. Itung ini lalu ini itung. Maka kita bertiga sepakat kalo kita harus survey biar mengerti situasi dan kondisi di sana (Subang).
Oh iya, sebelum survey, kita mulai menyadari bahwa kita emang perlu panitia tambahan untuk mempermudah kerja dan mengamankan situasi di Subang nantinya. Tanpa sepengetahuan anak-anak yang laen, kami menghubungi: Yangga Beden, Fitri, Basuki, and Ade, untuk membantu kita jadi panitia blind travel di Subang, kota penuh IGO tersebut.
Sepakat dengan Yangga untuk membantu blind travel, kita mulai bergerak untuk berangkat survey pada awal Januari. Pada tanggal lupa, hari lupa, dengan hati riang, Syukron and Badruzz bergerak untuk survey ke Subang. Sementara itu Taufiq stay di Jogja untuk ngurusin apa yang perlu di urus untuk blind travel.
Survey ke Subang
Januari 2011, dengan duit cekak dan minim kita berangkat menuju Subang. Peralatan yang dibawa untuk survey: baju 1 pasang, buku catatan, hape, duit, doa, peralatan kecantikan (sampo, sabun, odol, dll).
Dari bandara Lempuyangan, kita naik pesawat Gaya Baru Malam menuju bandara Pegaden baru. Berangkatnya malem, sampe sana (Subang) pagi. Langsung tembak langsung menuju Dinas Pariwisata Subang, hanya untuk menumpang mandi doang. Sama halnya dengan hari terakhir kita di sana, numpang mandi di mall dengan muka pura-pura alim tapi tingkah laku berangasan. Pesan moral: selama tidak ada tulisan "dilarang mandi" maka kita wajib membersihkan diri di tempat-tempat umum yang telah tersedia di negara ini
Setelah beberapa hari di Subang, setelah puas memantau IGO2 Jawa Barat, kita memutuskan bergegas pulang menuju Yogya untuk kembali mempersiapkan segalanya.
Peserta tiba di Jogja
Februari 2011, bulan ini yang paling repot, semua dah mepet harinya. Tanggal 12 Februari kita menjemput para peserta yang datang dari Jakarta. Bisikan dikit nih, peserta yang ikut blind travel cuma 5 orang dari Jakarta, tambahan yang ikut ke Jogja ada 7 orang.
Jadilah ada rame kawan-kawan yang dateng ke Jogjakarta pada hari Sabtu tanggal 12 Februari kemaren. Kita jemput mereka di Stasiun Lempuyangan. Tanya-tanya ke petugas jam berapa kereta nyampe?? Kata si petugas sih jam 08.00, tapi biasalaaaahhhh… namanya juga kereta api indonesia. Siapa sih menteri perhubungan sekarang??
Jadwal kereta ekonomi gak pernah tepat. Kalo tepat sesuai dengan yang di tiket.. berarti mukjizat, dan itu salah satu pertanda dunia mau kiamat.
Mereka tiba di Jogja jam 09.00. Satu per satu diamankan, disterilkan dari flu babi. Ternyata aman. Lanjut digiring ke markas BOC untuk diajak istirahat. Ehhh bukannya pada istirahat, malah pada mau jalan-jalan
Ya sudahlah, jalan-jalan keliling Jogja. Liat sana liat sini, akhirnya sore pulang ke base camp, cuma istirahat bentar. Eh malemnya sambung lagi ke alun-alunKkidul, kemudian lanjooot ke Sekaten dan terakhir gempor di Tugu sampe jam 01.00. Istirahat .......zzzzzZZZ.. ZZzzz.. Zz.....
Berangkat ke Subang
Minggu 13 Februari 2011, kita berangkat dari basecamp menuju Lempuyangan, jalan kaki. Karena waktu yang mepet, daripada kepepet lalu digencet.. salah seorang kawan inisiatif membawa mobil untuk mengangkut kita ke bandara, eh stasiun lempuyangan, biar cepat sampe.
Tapi... alangkah sayangnya sodara-sodara, muatan mobil terbatas. Alhasil beberapa orang bisa masuk mobil.. dan sisanya??? Para pria-pria tangguh lari dari belakang mobil biar ndak ketinggalan. Mari berikan tepuk tangan untuk mereka, karena ini kisah nyata.
Oke, akhirnya sampai juga menuju bandara Lempuyangan. Sampe di sana, istirahat bentar ambil nafas.. beli minum sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam kedatangan kereta.
Sebenarnya, sampai di stasiun Lempuyangan ini pun para peserta masih tidak kita beritahu akan kemana. Biarlah mereka hidup dengan penasaran dan kasih sayang gaya baru malam. Kita para panitia akhirnya memberitahukan mereka akan ke Subang ketika sudah tiba di stasiun Haeur Gelis, alias tinggal dikit lagi sampai tujuan.
Di dalam kereta sendiri suasananya brutal. Dengan kenyamanan yang diberikan pihak KAI kita bebas bergerak kemana aja tanpa hambatan. Kereta kita adalah kereta paling dewasa se-Indonesia. Koq dewasa??!! Ho'oh.. maklum, sabar banget dan suka ngalah. Beberapa kali berhenti demi mendahulukan kereta-kereta lainnya. Dan setiap kereta berhenti agak lama, kita berusaha ambil kesempatan turun sebentar untuk menghirup udara segar di luar kereta.
Macam-macam tingkah laku pedagang di atas pesawat Gaya Baru malam ini. Misalnya ada pedagang minuman yang lewat melangkahi kami yang berbaris melintang di gang gerbong kereta. "Akuaaa.. Mijooonn..!! Beli satu dapet duaaaa..!!" (*sedotannya). Ngomong sedotannya, suara si abang dikecilkan.
Sampai di Subang
Oke oke, pukul 04.30 kita akhirnya sampai juga di stasiun Pegaden Baru. Langsung cari tumpangan, nego-nego dikit ama sopir angkot, carter biar murah. Ooke deal, dia setuju angkut kita semua menuju Wisma deket pujasera.
Karena mobil angkutan umum sejenis Carry itu tidak mencukupin, para peserta dipersilahkan masuk di dalam, sedangkan kita para panitia gelantungan di pintu. Berangkaaaaaaattttt..!!!!
Tapi ampir jatuh juga pas lagi gelantungan di pintu. Pegangan yang ada di atas mobil, kita tarik-tarik ampe patah. Sukuuuuuuuuurrr aja gak ampe jatuh. Abis deg-degan mau mati, langsung ketawa-ketawa lagi.
Sekitar 30 menit perjalanan, dari kejauhan bangunan arsitek Belanda itu sudah terlihat. Orang-orang Subang menyebutnya Wisma, yang sekarang dijadikan museum oleh pemda setempat. Di sana lah nantinya akan dimulai start game blind travel ini.
Begitu tiba di tujuan, panitia menganjurkan para peserta untuk istirahat sejenak, arena game akan dimulai sejak pukul 9.30, lebih cepat 30 menit dari waktu yang dijadwalkan sebelumnya.
Start game
Pemandangan Subang pagi itu cerah, dan di lapangan depan Wisma tempat kita berkumpul tersebut terlihat ramai ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang asyiik senam pagi dengan seragam merah putihnya. Waktu masih muda-muda, mereka adalah primadona di jamannya.
Kita, rombongan blind travel, langsung berjalan ke arah belakang gedung mencari tempat yang enak untuk selonjoran. Tapi waktu berjalan rame-rame melangkahin kabel panjang, tempat tape itu disambungin ke listrik.. entah siapa yang nyentuh kabelnya, tiba-tiba musik di tengah lapangan tempat si ibu bapak senam pagi ini langsung terhenti. Keknya ada yang nyenggol deh,
"Woooooooo.." Suara teriakan dari mereka langsung bikin anak-anak jadi gak enak hati. Cepet-cepet kita benerin biar musiknya nyala kembali. Tapi dari peristiwa itu, kita jadi bisa berkenalan dengan mereka para sesepuh Subang. Bahkan beberapa teman seperti Rama, Natalia, Taufiq, ikutan senam bareng di tengah lapangan. Disuruh tidur malah senam! Sambil menghabiskan waktu: tidur, senam, mandi, dan cekikikan di Wisma.
Akhirnya para teman-teman panitia tambahan yang membantu segala urusan selama di Subang telah sampai di Wisma: Yangga Beden, Fitri, dan Ade.
Tau mereka bawa apaaaaa??? Mereka bawa makanaaaaaaannnnnn.
Gak perlu diceritain lagi bagaimana kami menhajar nasi-nasi yang telah dibawa oleh mereka bertiga. Pantang ada kedengeran suara.. "Haduh..!! nasiku kebanyakan." Wow!! itu adalah isyarat untuk menambah asupan nasi yang akan masuk ke perut.
Pembagian kelompok
Makan sudah, istirahat sudah, mandi sudah, senam sudah. Semua peserta blind travel dikumpulin, untuk baca doa kepada Tuhan masing-masing biar lancarlah perjalanannya. Kemudian poto rame-rame, laluuuu.... eng ing enggg!!!!... baru deh pembagian kelompok dimulai
Semua peserta dag dig dug menunggu giliran (backsoundnya suara degub jantung). Bapak MC Nodahitam naik ke atas panggung untuk membacakan hasil pembagian group blind travel ini.
"Kelompok satuuuuu.!! Pondo Bali..!!" Suara Nodahitam terdengar jelas di kuping para peserta pagi itu. “Ramaaa, Reni, dan Riza..!!
Ketiganya naik ke atas panggung dangdut untuk diberikan voucher wisata ke Pondok Bali + bonus tambahan kaki gempor. Begitu duit diberikan, ketiganya langsung berangkat ke lokasi tujuan.
"Selanjutnya, kelompok duwaaaaa...!!!" sambung Taufiq membacakan pembagian kelompok. “Natalia, Opick dan isti..!! Kalian mendapatkan liburan wisata ke pantai Patimban, duitnya minta kebelakang ama Mami."
"Kelompok tigaaaa..!! Rido, Rea, dan Bryan.. kalian disini saja..!!!" Gak ding, mereka dapet lokasi di Tangkuban Perahu.
"Paaatttt..!!!.. Mana ini kelompok empat??!!''
Kelompok satu: Rama, Reni, Riza. Mereka diberikan uang 150 rebu. Tujuan: Pantai Pondok Bali.
Kelompok dua: Nathalia, Opick, Isti. Uang yang diberikan 150 rebu. Tujuan: Pantai Patimban
Kelompok tiga: Ridho, Ria, Baco. Uang yang diberikan 60 rebu. Tujuan: Tangkuban Perahu
Video: http://www.youtube.com/watch?v=mKhx1Hw6qeg
Salam
Panitia Blind Travel BPC 2011
Badruzz, Taufiq, Syukron
Rubrik ini bekerja sama dengan
Backpacker Community