REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Arizka Mufida
BOGOR -- Javan Cecilian (Ichthyophis hypocyaneus) atau dikenal dengan Sesilia Jawa merupakan satwa melata yang memiliki bentuk mirip cacing tanah. Namun, ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih gelap, serta memiliki sepasang kumis di sekitar mulutnya.
Itulah yang membedakan Sesilia Jawa dengan kerabatnya, Ichthyophis Dongata. Ketua Kelompok Pemerhati (KPH) Herpetofauna ‘Python’ Himakova, Eka Dana Prabowo mengatakan warna tubuh Sesilia Jawa yang coklat gelap membuat hewan unik ini jarang tertangkap mata pengamat.
“Habitatnya yang berada di dalam tanah juga membuat Sesilia Jawa susah ditemukan dalam kegiatan monitoring,” ujar Eka.
Beberapa waktu lalu, Himakova menggelar ‘Ekspedisi Calon Anggota KPH 48’ dengan melakukan pengamatan di area sekitar situs sejarah Arca Domas, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Sekitar pukul 09.00 WIB pagi harinya, salah seorang anggota KPH, Anja A Saefullah pertama kalinya menangkap sosok Sesilia Jawa di sekitar area tersebut.
Arca Domas merupakan situs pemakaman sejarah yang terletak di kaki Gunung Salak Endah, Bogor. Situs ini terdiri dari bebatuan yang tersusun rapi, dan dipercaya sudah ada sejak jaman Megalithikum. Luas areal situs Arca Domas kurang lebih sekitar satu hektare yang hingga saat ini kondisinya masih rapi dan terawat baik.
Menurut Anja, Sesilia Jawa sedang merayap keluar dari dalam tanah, pada areal terbuka, dengan jarak yang tidak jauh dari sungai. Ia menduga kondisi habitat yang merupakan hutan pinus dan belukar, ditambah lagi dengan kondisi cuaca hujan sepanjang hari, membuat Sesilia Jawa tersebut keluar dari habitat alaminya, di dalam tanah.
Pembina KPH sekaligus ahli herpetofauna dari Fakultas Kehutanan IPB, Mirza Dikari Kusrini, mengatakan penemuan Sesilia Jawa di area sekitar Arca Domas merupakan prestasi bagus. Pasalnya, amfibi jenis ini sulit ditemukan dan informasi penyebarannya sangat kurang di Indonesia.
“Sesilia jawa hanya ada satu jenis di Pulau Jawa. Sesilia memiliki habitat hidup di dalam tanah yang berserasah, di hutan, atau di dekat hutan,” kata Mirza.
Sesilia menyukai tempat-tempat yang basah atau lembab. Tepi-tepi sungai atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu atau serasah yang bertimbun, dan di dekat kolam atau rawa. Larva Sesilia hidup di air sungai yang jernih, sehingga satwa ini bisa dijadikan bioindikator atau indikator lingkungan yang masih alami.
Rubrik ini bekerja sama dengan HIMAKOVA
Alamat: Tangkaran Himakova, DKSHE Fahutan IPB, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16001
e-mail: [email protected]
Blog: himakovaipb.blogspot.com
Twitter: @HIMAKOVA