"Menyusuri Tebing Sawai dengan menggunakan long boat, seakan mengajak kita untuk menjelajah dunia lain, seperti di film Jurassic Park..."
Ambon (30/8) — Taman Nasional Manusela (TNM) secara geografis terletak antara 129o9'3" - 129o46'14"BT dan 2o48'24" - 3o18'24"LS. Secara administratif, kawasan TNM termasuk di wilayah Kecamatan Seram Utara yang berkedudukan di Wahai dan Kecamatan Seram Selatan di Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Sawai, yang pada zaman dahulu dikenal dengan nama Koniari, merupakan sebuah negeri (dusun) yang terletak di Pulau Seram, Kepulauan Maluku. Lokasinya cukup dekat dengan pusat informasi Masihulan, TNM. Negeri Sawai diapit oleh pegunungan dan laut, sehingga suasananya masih nampak alami.
"Menyusuri Tebing Sawai dengan menggunakan long boat, seakan mengajak kita untuk menjelajah dunia lain, seperti di film Jurassic Park. Indahnya terumbu karang yang nampak di beningnya air, dipadukan dengan palung-palung Laut Banda, serta deretan pegunungan yang tertutup kabut menyajikan pemandangan yang tak bisa didapatkan di tempat lain," tutur Alifah Meltriana, anggota Kelompok Pemerhati Goa Himakova.
Negeri ini dipimpin oleh Raja Taslim Numasoreng, penduduk asli Negeri Sawai. Pemilihan Raja tidak dilakukan secara turun temurun, tetapi secara demokratis setiap 6 tahun sekali. Negeri Sawai terdiri atas empat dusun dan satu desa perluasan, dengan jumlah penduduk sebanyak 4000 jiwa dan 800 kepala keluarga. Mayoritas masyarakat negeri ini bermata pencaharian sebagai nelayan karena letaknya yang berada di pesisir pantai.
Meskipun masyarakat Negeri Sawai tergolong memiliki peradaban yang maju, namun mereka masih dekat dengan alam. Hal ini dapat dilihat dari berbagai acara adat yang dilakukan di Negeri Sawai. Manusia, alam, dan budaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dalam negeri ini. Ritual Tahlilan merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan masyarakat Sawai untuk menyambut acara adat.
Adapula Sawat Sawai yang merupakan tarian "selamat datang" untuk menyambut tamu. Tarian ini melambangkan keterbukaan masyarakat Sawai. Kahua Sawai merupakan tarian yang melambangkan kebersamaan masyarakat Sawai. Sahu Reka-reka merupakan tarian antara pemuda-pemudi di Negeri Sawai dengan mengunakan gaba-gaba pelepah pohon sagu. Selain tarian adat, ada juga permainan yang tidak kalah unik seperti Pukul Kain pada malam bulan purnama, dan Perang Air menggunakan bambu. Semua tradisi tersebut mereka lakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
"Selain tradisinya yang unik, potensi Sawai didukung pula oleh indahnya potensi pemandangan pegunungan dan bawah airnya. Berbagai potensi tersebut, membuat Sawai menjadi salah satu objek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri dan patut dikunjungi sebagai tujuan wisata," ujar Heru Hermanto, anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata Himakova.
"Tebing Sawai merupakan spot snorkeling yang patut dikunjungi bagi wisatawan yang menyukai wisata bawah air, dijamin tidak akan menyesal. Tebing Sawai juga tidak kalah dengan Karimun Jawa, Wakatobi, dan Raja Ampat. Hanya dibutuhkan media promosi yang tepat agar kawasan ini dapat lebih dikenal masyarakat," tambah pria yang juga merupakan Ketua Biro Kewirausahan Himakova tersebut.
Ken Dara Cita
Kelompok Pemerhati Ekowisata - Himakova
Fakultas Kehutanan - IPB
Rubrik ini bekerja sama dengan HIMAKOVA
Alamat: Tangkaran Himakova, DKSHE Fahutan IPB. Kampus IPB Dramaga, Bogor 16001
e-mail: [email protected]
BLOG: himakovaipb.blogspot.com