REPUBLIKA.CO.ID,
Salam dan semangat pagi Sahabat
Dari pengajian "Renungan Ramadhan SDF", Sabtu lalu, ada ilustrasi menarik yang disampaikan sang ustadz.
Seorang ibu yang anaknya harus mengikuti ujian masuk perguruan tinggi berpesan pada anaknya di malam sebelum ujian : "Nak pastikan besok kamu tidak terlambat ya, karena kamu HARUS mengikuti ujian...". Lalu sang ibu menambahkan "JANGAN LUPA sarapan ya.."
Jika kita sebagai anak, seharusnya kita mengerti mana yang harus diprioritaskan antara ujian dan sarapan ? Jika sampai terlambat bangun dan kepepet waktu, mana yang akan dikorbankan ?
Dalam konteks kehidupan, Ilustrasi di atas sebetulnya memberikan gambaran bagi manusia untuk memilih mana yang HARUS diprioritaskan : kehidupan dunia atau kehidupan akhirat ? Bagi mereka yang mau berpikir dan sadar, maka kehidupan akhiratlah yang harus diprioritaskan, karena ia bersifat kekal : kebahagiaan yang kekal (surga) atau kesengsaraan yang kekal (neraka). Kehidupan dunia, adalah tempat bercocok tanam, untuk menuai hasilnya di akhirat. Menanam ketataan dan kebaikan, akan menuai surga. Sementara, menanam keingkaran dan keburukan akan menuai neraka.
Bolehkah kita menikmati kesenangan dunia ? Boleh dan Allah pun mengingatkan kita untuk jangan lupakan dunia, sepanjang tidak mengorbankan akhiratnya.
Seperti nasihat sang Ibu di atas, jangan dilupakan sarapannya, tetapi yang harus dipastikan ikuti ujiannya...
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al Qashash: 77)
Have a blessed Ramadhan.