Kamis 06 Sep 2012 09:17 WIB

Bisakah Autisme Disembuhkan?

anak dengan autis. ilustrasi
Foto: etsy
anak dengan autis. ilustrasi

Pertanyaan:

Saya ingin bertanya, apakah anak penyandang autis itu bisa disembuhkan?

Lailatul B, Condet - 34 tahun

Jawaban:

Ibu Laila yang baik hati, perlu diketahui sebelumnya bu, autisme bukanlah penyakit (seperti batuk, pilek, dll) tapi sebuah gangguan tumbuh kembang. Jadi istilahnya bukan "sembuh", tapi akan dimaksimalkan tumbuh kembangnya. Istilah "sembuh" di dalam autisme adalah perkembangan mendekati normal semua aspek yang terlambat/ terhambat (perkembangan bicara, perkembangan sosialisasi dan interaksi, perkembangan perilaku, perkembangan emosi, dll).

Nah, terkait dengan cara memaksimalkan perkembangan anak autisme, maka diperlukan perlakukan secara multidisipliner/tim (banyak ahli) dari dokter, psikolog, terapis, dll. Termasuk dilakukan terapi adalah wajib, nanti akan ditatalaksana dari mulai medis, diet makanan, terapi sensori integrasi, terapi okupasi, terapi perilaku, terapi wicara, dll.

Dalam konteks support orang tua atas anak dengan autisme, maka dapat dilakukan:

- Membangun bentuk kontak mata dalam segala situasi (salam, berbicara face to face, dll);

- Selalu memberikan kesempatan dan mengajak anak berlatih ujaran (mengeluarkan suara yang bermakna) dari yang sederhana sampai bentuk komunikasi 1 arah lalu 2 arah;

- Mengajak anak selalu dilibatkan dalam interaksi dengan lingkungan;

- Membentuk perilaku yang normal dan baik (etika berperilaku).

Perlu pemahaman yang utuh mengenai Autisme. Dalam kesempatan ini, dapat diindikasikan Autis melalui berbagai ciri sebagai berikut:

1. Terdapat ciri-ciri auto (sendiri) dan isme (senang), sehingga kalau anak yang suka menyendiri, menghindari interaksi dengan orang lain dan yang paling ekstrim menghindari kontak mata;

2. Terdapat gangguan berkomunikasi (terlambat bicara atau bila sudah bisa bicara tidak digunakan untuk komunikasi);

3. Terdapat gangguan minat yang terbatas (gerakan stereotipik/ berulang seperti mengepak-ngepakkan tangan, memandang benda berputar seperti kipas angin dengan luar biasa senang, temper tantrum/ mengamuk luar biasa, dll).

Biasanya yang dilakukan pada bentuk program terapi di sebuah klinik tumbuh kembang, yang dipantau oleh seorang ahli terapi dan dilanjutkan lagi program terapinya di rumah, jenis terapinya:

1. Terapi sensori integrasi (membuat anak lebih aware dengan lingkungan, menurunkan hiperaktivitas, membuat anak terkontrol dalam gerakan dan emosi);

2. Terapi perilaku (membantu anak meningkatkan pemahaman terhadap bahasa, perilaku mendekati normal, dll);

3. Terapi okupasi (membantu anak dalam beratensi, konsentrasi, kemandirian dan motorik halus);

4. Terapi wicara (membantu anak memunculkan ujaran/ produksi suara, mengerti bahasa dan berkomunikasi); 

5. Terapi medikamentosa (obat) yang akan diberikan oleh dokter, dan menjalani diet makanan (menggantikan makanan yang alergi seperti Casein/ susu sapi, gluten/ terigu, gula dan buah yang berfenol/ buah yang bila dibelah berubah warna).

Demikian yang dapat disampaikan semoga bisa bermanfaat ya, bu. Terima kasih, salam. (Gun)

Tri Gunadi, AMd OT, SPsi, SKed

Direktur Klinik Tumbuh Kembang Yamet Meilia Cibubur

 

Kolom Dokter Kita diasuh oleh RS.Meilia Cibubur

Kirim pertanyaan Anda ke email : [email protected]

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement